Sukses

Gunakan Pencapit untuk Makan, Pria Ini Takut Sentuh Makanan dengan Tangan

Gangguan OCD selama bertahun-tahun, membuat pria ini takut menyentuh makanan dengan tangannya secara langsung.

Liputan6.com, Jakarta Era digital yang semakin berkembang pesat saat ini, memungkinkan Anda untuk melihat banyak sekali video dan tren di sosial media secara tak terduga. Seperti halnya video TikTok berdurasi singkat yang viral di kalangan warganet, di mana penayangannya mencapai 1 juta penonton.

Dalam video ini, terlihat seorang pria tengah menikmati burger dengan cara yang sangat tidak biasa, yaitu dengan menggunakan penjepit makanan atau food tongs. Keunikan perilaku ini menjadi buah bibir banyak orang, bahkan tak sedikit dari mereka yang berkomentar aneh saat melihatnya.

Tak lama berselang, pria yang diketahui bernama John ini kemudian mebeberkan alasan di balik perilaku dan cara makannya. Melalui akun pribadinya, pria berusia 34 tahun ini mengungkapkan bahwa dirinya takut menyentuh makanan secara langsung dengan tangan.

Untuk mengatasi rasa takutnya akibat gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dirinya selalu membawa penjepit makanan. Perlu diketahui, bahwa OCD adalah gangguan mental yang ditandai oleh munculnya pikiran obsesif, diikuti oleh tindakan berulang untuk mengatasi pikiran tersebut (kompulsi).

Berikut ini Liputan6.com merangkum dari Brightside, tentang kisah pria yang tak bisa menyentuh makanan, Selasa (17/10/2023). 

 

2 dari 3 halaman

Viral Karena Makan dengan Penjepit Makanan

Melalui akun TikTok @johnjuniorofficial, menampilkan seorang pria yang sedang makan burger dengan food tongs atau penjepit makanan yang viral dan di tonton lebih dari sejuta tayangan. Pria yang bernama John Junior (34) asal Inggris ini akui takut menyentuh makanan secara langsung dengan tangannya.

Untuk mengatasi rasa takutnya, dia selalu membawa 3 set penjepit logam, yang dia gunakan untuk semua makanannya. “Saya tidak bisa menyentuh makanan secara fisik. Di kepalaku, aku pikir aku akan mati. Saya sudah menyelesaikannya dengan cukup baik sekarang. Saya bisa makan segala macam,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. “Saya bahkan makan sup dengan itu. Saya tidak memerlukan waktu tambahan.”

Ketakutan ini berasal dari perjuangannya melawan gangguan obsesif-kompulsif (OCD), suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan pikiran yang mengganggu dan tindakan berulang. Fobia Junior dimulai setelah insiden keracunan makanan pada tahun 2013, yang disebabkan oleh makan ayam yang kurang matang. 

“Saya tahu ini menggelikan, tapi itu adalah pikiran saya yang mengganggu. Setiap orang harus makan untuk bertahan hidup, dan inilah satu-satunya cara saya bisa mengatasinya,” jelas Junior.

Fobia Junior bahkan lebih ekstrem lagi, mencegahnya makan apa pun selain kue. “Saya merasa tidak enak badan,” katanya dalam wawancara berbeda. “Saya gemetar. Saya menjadi terbiasa dan rutin makan biskuit dari bungkusnya. Saya hanya makan makanan yang langsung mudah masuk ke mulut saya.”

Meski kini dia bisa mendapatkan makanan yang layak, kondisinya masih sangat mempengaruhi dirinya. “Hal ini menyebabkan kecemasan dan saya kadang-kadang mengalami serangan panik saat berada di luar rumah,” lanjutnya. "Itu tidak baik, dan seperti terus-menerus berada di bawah kendali.”

“Gangguan ini sangat berdampak pada kehidupan saya sehari-hari, sangat melemahkan hampir setiap hari,” tambahnya. “Saya berharap saya bisa makan dan menyentuh makanan seperti orang lain. Itu membuat saya merasa sendirian dan membuat saya cemas terus-menerus ketika saya mencoba makan. Saya berharap itu akan lebih baik. Saya telah mencoba, saya selalu mengatakan Anda harus merasa nyaman dengan ketidaknyamanan untuk melakukan perubahan.”

 

 

3 dari 3 halaman

Menderita OCD dan Bagikan Kisah Perjuangannya

Terlepas dari semua kritik yang ditimbulkan oleh perilaku kompulsifnya, Junior tetap bersikeras membagikan perjuangannya sehari-hari di media sosial. Pada hari ulang tahunnya, dia melalui Instagram menjelaskan alasannya.

Tujuan memposting saya memakan kue ulang tahun ini dengan penjepit logam adalah untuk meningkatkan kesadaran,” tulisnya. “Kesadaran membantu orang memahami sesuatu. Anda tidak akan pernah bisa memahami sepenuhnya jika Anda tidak melaluinya. Kami harus mencoba dan membantu orang memahami dengan berbagi pengalaman kami. Hal ini selalu membantu orang untuk tidak terlalu merasa sendirian dan tidak menderita dalam diam dengan apa yang mereka rasakan.”

Dia juga menunjukkan bagaimana kebencian di dunia maya, dapat menghalangi orang untuk terbuka tentang pengalaman mereka yang menantang. “Ketika orang menyebut seseorang sebagai pencari perhatian atau sekadar mengkliknya, itu membuat seseorang merasa sangat frustrasi dan membuat mereka merasa tidak bisa mengungkapkan perasaannya,” tulisnya.

“Tolong jangan tinggal diam jika sedang bergumul dengan sesuatu,” imbuhnya. “Perasaanmu itu sah-sah saja, dan kita sebagai manusia tidak apa-apa jika merasa sedih, sedih, emosional, dan tidak apa-apa untuk mengungkapkan perasaanmu juga. Pengalaman Anda akan membantu orang lain.”