Sukses

Mengenal Unsur Ekstrinsik Cerpen, Begini Perannya dalam Pembentukan Cerita

Unsur ekstrinsik cerpen merujuk pada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi dan membentuk cerita.

Liputan6.com, Jakarta Cerpen singkatan dari "cerita pendek," adalah suatu bentuk karya sastra yang mengisahkan cerita fiksi dalam bentuk tulisan yang tampil dalam format singkat, jelas, dan padat. Ini merupakan fiksi prosa, yang berarti cerita disampaikan melalui narasi atau tulisan tanpa unsur puisi. Salah satu ciri paling khas dari cerpen adalah fokus yang kuat pada satu konflik atau permasalahan yang dialami oleh tokoh utama. 

Unsur ekstrinsik cerpen merujuk pada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi dan membentuk cerita. Hal ini meliputi latar belakang penulis, kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya pada saat cerpen tersebut ditulis. Unsur-unsur ini dapat berperan dalam membangun konteks cerita, mengarahkan plot, serta mencerminkan realitas sosial di mana cerpen itu dibuat.

Dalam unsur ekstrinsik cerpen, latar belakang penulis merupakan faktor penting yang mempengaruhi tulisan tersebut. Pengalaman hidup dan pemahaman penulis tentang dunia sekitarnya dapat tercermin dalam cerita. Selain itu, kondisi sosial, politik, dan ekonomi juga dapat memengaruhi isi serta jalan cerita. Misalnya, keadaan sosial yang tidak stabil atau peristiwa politik berdampak pada pemilihan tema dan kejadian cerita.

Cerpen mengajak para pembacanya mengikuti perjalanan karakter dari pengenalan karakter hingga penyelesaian masalahnya. Berikut ulasan tentang apa saja unsur ekstrinsik cerpen yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (23/10/2023).

2 dari 5 halaman

1. Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang merupakan salah satu unsur ekstrinsik dalam cerpen yang memiliki peran penting dalam pembentukan cerita. Latar belakang ini mencakup sejumlah faktor yang memengaruhi cara pandang dan keberagaman pengarang, serta mempengaruhi pemilihan tema, gaya bahasa, dan alur cerita dalam karya sastra tersebut.

Latar belakang pengarang meliputi aspek-aspek seperti pendidikan, kehidupan pribadi, pengalaman hidup, dan pemahaman tentang dunia sekitar. Semua hal ini berkontribusi dalam membentuk sudut pandang dan pengetahuan pengarang yang tercermin dalam tulisannya. Misalnya, pengarang yang memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang psikologi kemungkinan besar akan menghadirkan aspek psikologis yang kuat dalam ceritanya.

Selain itu, pengarang juga terpengaruh oleh kondisi ekonomi, politik, dan sosial di sekitarnya. Mereka bisa menggambarkan kondisi masyarakat dalam ceritanya, memberikan pandangan kritis tentang hal-hal yang terjadi dalam masyarakat, atau mencerminkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada saat penulisan cerita.

2. Kondisi Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya merupakan salah satu unsur ekstrinsik yang turut mempengaruhi cerita dalam sebuah cerpen. Unsur ini merujuk pada lingkungan sosial dan budaya di mana cerita tersebut berlangsung. Lingkungan sosial budaya ini menjadi penting karena mempengaruhi karakter, nilai-nilai, dan konflik yang dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Dalam sebuah cerpen, kondisi sosial budaya dapat menjadi latar belakang yang kuat. Cerita dapat menggambarkan situasi politik, ekonomi, agama, atau nilai-nilai budaya yang dominan dalam masyarakat. Contohnya, sebuah cerpen yang berlatar belakang pada masa perang dapat menggambarkan trauma dan kecemasan yang dialami oleh tokoh-tokoh cerita. Begitu juga dengan cerpen yang berlatar belakang pada masyarakat yang konservatif, bisa mencerminkan konflik internal yang dialami oleh tokoh yang ingin melanggar norma-norma sosial.

Kondisi sosial budaya dalam cerpen juga dapat memberikan sudut pandang atau kritik tentang masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat itu. Pengarang dapat menggunakan cerita untuk menyampaikan pesan tentang isu sosial yang relevan, seperti ketidakadilan sosial, kesenjangan ekonomi, atau kebebasan individu. Hal ini memberikan dimensi yang lebih dalam pada cerita dan membuat pembaca ikut merenungkan kondisi sosial budaya yang dihadapi dalam kehidupan nyata.

3. Lokasi Karya Dibuat

Tempat atau lokasi karya dibuat adalah salah satu unsur ekstrinsik cerpen yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap cerita itu sendiri. Lokasi cerita dapat mencakup berbagai hal seperti tempat geografis, lingkungan sosial, dan konteks historis. Misalnya, jika cerita berlatar belakang di sebuah desa di Indonesia, unsur-unsur budaya dan tradisi lokal dapat mewarnai plot cerita dan karakter-karakternya. 

Teks cerita juga bisa menggambarkan kehidupan sehari-hari penduduk desa, seperti pekerjaan mereka, relasi sosial antar penduduk, dan adat istiadat yang dijaga dengan ketat. Sebaliknya, jika cerita berlatar belakang di sebuah kota besar, mungkin akan ada penggambaran tentang kehidupan urban yang sibuk dan dinamis. Kondisi sosial, pola pikir, dan gaya hidup yang berbeda dapat memainkan peran penting dalam perkembangan cerita dan karakternya.

3 dari 5 halaman

4. Subjektivitas Pengarang

Subjektivitas pengarang adalah salah satu unsur ekstrinsik yang mempengaruhi jalannya cerita dalam cerpen. Subjektivitas mengacu pada sudut pandang dan pengalaman pribadi pengarang yang tercermin dalam cerita. Pengarang sebagai individu yang memiliki latar belakang sosial, budaya, dan pendidikan tertentu akan membawa pengaruh langsung terhadap cerpen yang dihasilkannya.

Subjektivitas pengarang dapat terlihat dalam pemilihan tema, pengembangan karakter, pengaturan latar, dan penulisan gaya bahasa. Seperti halnya dalam cerita cinta, pengarang yang pernah merasakan cinta sejati mungkin akan menyampaikan nuansa yang lebih dalam dan emosional dalam ceritanya. 

Begitu juga dengan latar belakangnya, pengarang yang pernah mengalami kehidupan di pedesaan akan cenderung menghadirkan pengalaman dan nilai-nilai desa dalam cerpennya. Subjektivitas dari pengarang memberikan keunikan tersendiri pada cerpen. Cerpen tersebut akan menjelaskan pandangan dan pengalaman pengarang dalam menghadapi kehidupan dan dunia sekitarnya. 

5. Biografi Pengarang

Biografi pengarang termasuk ke dalam unsur ekstrinsik cerpen yang berperan dalam membentuk isi cerita. Biografi pengarang mencakup latar belakang pribadi, pendidikan, pengalaman hidup, serta karir sastra yang telah dia jalani. Dalam cerpen, biografi pengarang dapat mencerminkan pandangan, nilai, dan pengalaman hidup yang dimiliki oleh pengarang. 

Misalnya, seorang pengarang yang berasal dari latar belakang masyarakat pedesaan mungkin akan mengangkat tema dan nilai-nilai desa dalam cerpennya. Sementara itu, pengarang dengan latar belakang pendidikan tinggi dan pengalaman luas bisa saja menampilkan sudut pandang yang lebih akademis dan kompleks dalam ceritanya.

Selain itu, pemilihan karakter, pengembangan alur cerita, dan gaya bahasa yang digunakan pengarang juga dapat dipengaruhi oleh biografi pengarang. Misalnya, pengarang yang memiliki latar belakang psikologis yang kompleks dan gelap mungkin akan mengeksplorasi tema-tema yang lebih intens dan karakter-karakter yang ambigu dalam cerpennya.

6. Psikologi Pengarang

Keadaan psikologi pengarang merupakan salah satu unsur ekstrinsik yang mempengaruhi cerpen. Psikologi pengarang mencakup perasaan, pikiran, dan kondisi emosional yang dialaminya, dan hal-hal ini dapat tercermin dalam cerita yang dibuatnya.

Psikologi pengarang sangat berpengaruh dalam memilih tema, membuat karakter, dan mengembangkan alur cerita dalam cerpen. Ketika pengarang mengalami keadaan psikologis yang kompleks atau gelap, mereka cenderung mengeksplorasi tema-tema yang intens dan karakter-karakter yang ambigu. Ini dapat menciptakan cerita yang penuh dengan ketegangan emosional dan konflik internal yang kuat.

Sebaliknya, jika pengarang berada dalam keadaan psikologis yang stabil dan bahagia, cerpen yang dihasilkan mungkin memiliki nuansa yang lebih optimis dan penuh harapan. Pikiran dan emosi pengarang juga dapat mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan dalam cerita. 

Misalnya, pengarang yang merasa sedih atau frustasi mungkin cenderung menggunakan gaya bahasa yang lebih gelap dan melankolis, sedangkan pengarang yang merasa gembira dan antusias mungkin akan menggunakan gaya bahasa yang lebih hidup.

4 dari 5 halaman

7. Lingkungan Sosial Pengarang

Sebagai salah satu unsur ekstrinsik cerpen, keadaan sosial dan lingkungan pengarang memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan cerita yang autentik dan kaya akan nilai-nilai budaya. Lingkungan sosial pengarang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan budaya di mana pengarang tersebut hidup dan berkarya.

Keadaan sosial pengarang dapat mempengaruhi tema-tema yang diangkat dalam cerpen. Misalnya, jika pengarang hidup dalam masyarakat yang penuh ketidakadilan sosial, mereka mungkin cenderung mengeksplorasi tema-tema tentang kesenjangan ekonomi atau ketimpangan sosial. Begitu juga jika kondisi politik negara sedang dalam keadaan krisis, pengarang bisa saja mengangkat tema-tema tentang konflik politik atau pelanggaran hak asasi manusia.

Selain itu, keadaan sosial dan lingkungan pengarang juga dapat mempengaruhi latar belakang cerita. Latar belakang masyarakat, dengan semua kompleksitas dan dinamikanya, akan tercermin dalam latar belakang cerpen, baik itu dalam penggambaran tempat, situasi kehidupan sehari-hari, atau interaksi antar karakter.

8. Nilai Agama

Nilai sosial merupakan salah satu unsur ekstrinsik yang sangat penting dalam cerpen. Nilai-nilai sosial mencerminkan kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Pengarang bisa saja menggunakan nilai-nilai agama sebagai salah satu aspek kehidupan yang diangkat dalam cerita. Nilai-nilai agama seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan pengampunan, dapat menjadi landasan moral dalam cerpen. Pengarang bisa mengeksplorasi mengenai bagaimana nilai-nilai agama ini diaplikasikan dalam kehidupan karakter-karakter dalam cerita.

Misalnya, pengarang cerpen bisa mengisahkan seorang tokoh yang mengalami konflik moral karena dihadapkan pada pilihan-pilihan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang diyakini. Pengarang juga bisa menggunakan alur cerita untuk mengeksplorasi dampak-dampak yang muncul ketika karakter-karakter dalam cerita bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut.

Dengan mengangkat nilai-nilai agama dalam cerpen, pengarang dapat memperkaya dan memberikan pesan moral kepada pembaca tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang juga dapat menunjukkan bagaimana pengaruh nilai-nilai agama dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan karakter-karakter dalam cerita.

9. Nilai Moral

Nilai moral pada dasarnya adalah ajaran tentang baik dan buruk, benar dan salah yang dianut oleh suatu masyarakat. Dalam sebuah cerpen, nilai moral dapat dijadikan sebagai pondasi atau pedoman bagi perilaku dan tindakan para karakter. Melalui nilai moral, pengarang dapat merangkai cerita dengan menggambarkan dilema moral yang dihadapi oleh tokoh-tokoh cerita.

Misalnya, pengarang dapat mengisahkan seorang tokoh yang mengalami konflik batin antara kejujuran dan keserakahan, atau antara keadilan dan korupsi. Selain itu, pengarang juga dapat menggunakan alur cerita untuk menunjukkan konsekuensi dan dampak dari tindakan yang didasari oleh nilai moral tertentu.

5 dari 5 halaman

10. Nilai Sosial

Sebagai salah satu unsur ekstrinsik cerpen, nilai sosial memiliki peran penting dalam merangkai cerita. Nilai sosial mengacu pada norma-norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerpen, nilai sosial digambarkan melalui perlakuan dan interaksi antar karakter, serta situasi atau kejadian yang terjadi di dalam cerita.

Dalam menggambarkan nilai sosial, pengarang dapat menyelipkan pesan moral atau mengkritisi kondisi sosial yang ada. Misalnya, pengarang dapat mengangkat isu-isu seperti kesetaraan gender, persahabatan, kejujuran, atau menggambarkan konflik antara kelas sosial yang berbeda. Penulis juga bisa menggambarkan keadaan sosial yang mungkin ada di masyarakat, seperti kemiskinan, korupsi, atau diskriminasi.

Melalui nilai sosial yang dihadirkan dalam cerpen, pembaca dapat melihat dan memahami dinamika masyarakat serta dampak dari berbagai nilai dan perilaku sosial. Hal ini juga dapat membangun pemahaman dan kesadaran terhadap masalah sosial yang ada di masyarakat. Dengan demikian, nilai sosial menjadi unsur ekstrinsik yang penting dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan menggambarkan keadaan masyarakat dalam sebuah cerpen.

11. Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan salah satu unsur ekstrinsik dalam cerpen yang sangat penting. Unsur ini mengacu pada nilai-nilai, norma, dan tradisi yang ada di dalam masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam cerpen, nilai budaya seringkali digambarkan melalui karakter, konflik, atau setting cerita yang menggambarkan kearifan lokal atau keunikan budaya suatu daerah.

Melalui nilai budaya, penulis cerpen dapat menunjukkan identitas suatu kelompok atau masyarakat dengan menggambarkan tradisi, adat istiadat, atau kepercayaan yang ada. Nilai budaya juga dapat menjadi alat untuk menyampaikan pesan moral yang diinginkan oleh penulis kepada pembaca. Penulis dapat menghadirkan karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya seperti kejujuran, persatuan, atau pengorbanan.

Selain itu, nilai budaya juga dapat mencerminkan keadaan sosial, politik, atau ekonomi suatu masyarakat yang menjadi latar belakang cerpen. Penulis dapat mengkritisi atau menggambarkan kondisi masyarakat melalui cerita yang ditulisnya. Contohnya, penulis dapat mengangkat isu-isu seperti diskriminasi, ketimpangan sosial, atau kesenjangan dalam kondisi ekonomi.

 

Â