Liputan6.com, Jakarta Al Madinah merupakan sebuah kota di Hejaz, sekaligus ibu kota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi. Nama kota ini seakan sudah terkenal oleh umat Muslim di seluruh dunia. Dalam kota ini terdapat Masjid Nabawi dan kota ini merupakan kota paling suci kedua dalam agama Islam setelah kota Mekkah.
Baca Juga
Advertisement
Setiap tahun tepatnya pada bulan Haji, seluruh umat Muslim di penjuru dunia akan menjalankan ibadah haji di Al Madinah dan kota Mekkah. Bahkan di Al Madinah ini bersemayam jasad kekasih Allah SWT, Nabi Agung Muhammad SAW.
Mengutip laman kemenag.go.id sebelum menjadi sebuah kota yang tertata dengan baik, keadaan Madinah saat kedatangan Rasulullah SAW, belum merupakan sebuah kota. Akan tetapi merupakan gugusan bukit-bukit yang terhampar luas, dan berisi oase-oase tersebar mengikutinya.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai Al Madinah beserta asal usul nama dan letak geografisnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (25/10/2023).
Mengenal Al Madinah
Seperti yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya, Al Madinah adalah nama sebuah kota di Hejaz, sekaligus ibu kota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi. Dalam kota ini terdapat Masjid Nabawi dan kota ini merupakan kota paling suci kedua dalam agama Islam setelah kota Mekkah.
Al Madinah ini dikatakan sebagai kota suci karena di kota ini bersemayam jasad kekasih Allah SWT, Nabi Agung Muhammad SAW.
Selain itu, kota ini menjadi tempat dimana Nabi Muhammad SAW menjalankan dakwah selama 10 tahun. Awalnya, Al Madinah merupakan gugusan bukit-bukit yang terhampar luas, dan berisi oase-oase tersebar mengikutinya.
Kemudian setelah Nabi Muhammad SAW melakukan Hijrah dari Mekkah, dan secara berangsur-angsur berubah menjadi ibu kota Kekaisaran Muslim, dengan pemimpin pertama langusung oleh Nabi Muhammad, kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali.
Di Al Madinah ini terdapat tiga masjid tertua yang pernah dibangun, yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat). Untuk itu, setiap tahun tepatnya pada bulan Haji, seluruh umat Muslim di penjuru dunia akan menjalankan ibadah haji di Al Madinah dan Mekkah.
Umat Muslim percaya bahwa penyelesaian dari serangkaian penurunan surah alquran diterima Nabi Muhammad di Madinah, yang dikenal sebagai surah Madaniyah yang tampak perbedaannya dengan surah Makkiyyah.
Advertisement
Asal Usul Nama Al Madinah
Mengutip dari laman Islami Liputan6.com, awalnya Al Madinah memiliki nama Yatsrib. Hal ini seperti yang disampaikan dalam kitab Akhbar al-Madinah karya Ibnu Zabalah (2003:165&184) dijelaskan bahwa Yatsrib merupakan nama seorang laki-laki dari ‘Amaliq. Bani ‘Umalaq adalah kaum yang pertama kali menempati dan memakmurkan daerah tersebut. Adapun silsilahnya adalah ‘Umalaq bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh As. Jadi kalau dilihat dari urutan silsilah tersebut, Yatrib merupakan keturunan ketiga Nabi Nuh As.
Sebelum menjadi sebuah kota, keadaan Yatsrib sangat jauh dari keberadaban. Kondisi sosial masih berwujud tribalisme (kesukuan), tidak ada suatu peraturan yang mengikat bersama, saling bermusuhan antar kabilah meskipun berada dalam wilayah yang sama.
Kemudian datanglah Nabi Muhammad SAW yang melakukan Hijrah dari Mekkah. Kedatangan Rasulullah ke Yatsrib menjadikan wilayah tersebut sebagai kota. Oleh sebab itu dikenal dengan nama Madinatu Rosulillah. Penyebutan ini didasarkan pada jasa dan jerih payah beliau yang mengubah serta melakukan tata wilayah sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah kota yang beradab.
Menurut Mu’nis Al-Muzaffar, kata Madinah berasal dari Bahasa Suryani, midinta, yang berarti suatu kawasan luas yang dihuni oleh suatu kaum yang kondisi dan kepentingannya sama. Sedangkan dalam bahasa Arab terdapat kata ‘madaniy’ yang berarti masyarakat beradab (civilization). Prosesnya disebut tamaddun yang berarti membangun suatu masyarakat yang memiliki peradaban dan berbudaya maju. Kata-kata yang senada dengan kemasyarakatan yaitu tsaqofah dan hadlarah. Tsaqofah berarti masyarakat yang cerdas dan berpendidikan.
Sedangkan hadlarah adalah masyarakat yang berbudaya, modern, sejahtera, tertib hukum. Sedangkan Madinah adalah tatanan masyarakat yang cerdas, berpendidikan, berperadaban, maju, sejahtera ekonomi, sejahtera lahir dan batin, berhukum dan tertib hokum dan memiliki stabilitas keamanan. Singkatnya, Madinah adalah kondisi masyarakat yang didambakan setiap insan manusia. Dan hal ini sudah silakukan oleh Rasulullah yang telah mengubah Yatsrib menjadi Madinah.
Ketika Nabi Muhammad pertama kali hijrah ke Yatsrib masih berupa daerah kosong yang belum banyak pemukiman maupun bangunan. Untuk itu ketika Rasulullah hijrah beserta rombongan muhajirin, beliau bangun adalah masjid yang berfungsi ganda sebagai tempat ibadah sekaligus kegiatan sosial. Salah satu sudut masjid dijadikan kediaman beliau.
Letak Geografis Al Madinah
Melansir dari NU Online, Al Madinah merupakan salah satu kota yang memiliki letak paling strategis secara geografis. Secara geografis, Al Madinah merupakan kota datar yang dikelilingi gunung dan bukit bukit serta beriklim gurun. Suhu tertinggi berkisar antara 30 °C sampai 45 °C pada waktu musim panas, dan suhu rata-rata berkisar antara 10 °C sampai 25 °C.
Dikutip dari Islami Liputan6.com, menurut Ali Muhammad ash-Shallabi menjelaskan alasan Madinah dipilih sebagai tempat hijrah sekaligus ibu kota umat Muslim saat itu. Menurutnya, Madinah kala itu belum memiliki penguasa penuh atas kota, sehingga tidak ada pajak dan penuh kebebasan.
Tentu, ini peluang emas bagi umat Muslim untuk menjadikannya sebagai basis kekuasaan. Selain itu, lanjut ash-Shallabi, posisi Madinah secara militer cukup strategis. Dari arah Barat terdapat bukit yang menjulang. Begitu pula dari bagian Timur.
Satu-satunya kawasan yang terbuka adalah bagian utara, tempat yang sempat dijadikan parit oleh Rasulullah pada tahun kelima saat perang Ahzab. Sementara dari arah lain, tidak memungkinkan untuk ditembus oleh pasukan musuh. Sebab, berupa kawasan dipenuhi dengan pohon kurma, tanaman-tanaman rindang, besar, dan sempit. Membuat musuh sulit untuk memasukinya. Sebelum hijrah, tampaknya Nabi sudah mengisyaratkan akan hal itu.
Rasulullah pernah bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ وَهُمَا الْحَرَّتَانِ
Artinya: “Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri tempat hijrah kalian. Negeri itu sangat subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma di antara dua bukit bebatuan yang kokoh.” (lihat as-Shallabi, Sirah an-Nabawiyah, hal. 263-264).
Advertisement