Sukses

Ra Dibaca Tarqiq Apabila? Pahami Hukum Bacaan Ra dan Contohnya

Ra dibaca tarqiq apabila berharakat kasrah, baik di awal kata, pertengahan kata, maupun akhir kata, dalam kata kerja (fiil) maupun kata kerja (isim).

Liputan6.com, Jakarta Ra dibaca tarqiq apabila berharakat kasrah, baik di awal kata, pertengahan kata, maupun akhir kata, dalam kata kerja (fiil) maupun kata kerja (isim). Namun untuk memahami hukum bacaan tersebut, penting bagi kita untuk memahami hukum bacaan ra.

Dalam artikel ini, kita akan membahas hukum bacaan huruf "ra" dalam konteks ilmu tajwid, sebuah ilmu penting dalam membaca Al-Quran dengan benar. Huruf "ra" adalah salah satu dari huruf-huruf hijaiyah dan memiliki aturan pelafalan yang beragam.

Pengucapan "ra" dapat berbeda, tergantung pada kalimatnya. Hukum bacaan huruf "ra" dapat dibedakan menjadi tiga, yakni hukum tafkhim, tarqiq, dan jawazul wajhain. Penting bagi umat Islam untuk memahami hukum ini agar dapat membaca Al-Quran dengan fasih dan tartil.

Untuk memahami bagaimana ra dibaca tarqiq apabila seperti apa, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (26/10/2023).

2 dari 4 halaman

Hukum Bacaan Ra Tafkhim

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Pengucapan "ra" dapat berbeda, tergantung pada kalimatnya. Hukum bacaan huruf "ra" dapat dibedakan menjadi tiga, yakni hukum tafkhim, tarqiq, dan jawazul wajhain.

Hukum bacaan "ra" dengan tafkhim adalah salah satu konsep penting dalam ilmu tajwid, yang membahas cara-cara membaca huruf Arab dengan benar. Kata "tafkhim" sendiri berasal dari bahasa Arab "tasmin," yang berarti menggemukkan atau menebalkan. Dalam ilmu tajwid, tafkhim mengacu pada cara melafalkan huruf-huruf dengan suara yang tebal hingga memenuhi mulut dengan gema saat diucapkan. Namun, tafkhim hanya berlaku untuk tiga huruf dalam bahasa Arab, yaitu alif, lam, dan ra.

Ketika kita membaca huruf "ra" dengan tafkhim, artinya huruf "ra" harus diucapkan secara tebal, sehingga suaranya memenuhi seluruh mulut. Huruf ra dibaca tafkhim apabila memenuhi syarat berikut:

1. Ketika huruf ra berharakat dammah ( ُ- ), fathah ( ﹷ ), fathatain ( ً- ), atau dammatain ( ٌ- ). Contohnya: سَيَصْلَىٰ نَارًا

2. Ketika huruf ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya fathah atau dammah. Contohnya: وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ

3. Apabila huruf ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat itu. Contohnya: رَبِّ ارْحَمْهُمَا

4. Ketika huruf ra berharakat sukun, huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, dan terdapat salah satu huruf isti'la sesudah huruf ra. Contohnya: كُلِّ فِرْقَةٍ

Adapun yang dimaksud huruf isti'la adalah kha (خ), ṣad (ص), ḍad (ض), ghain (غ), ṭha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).

3 dari 4 halaman

Hukum Bacaan Ra Tarqiq

Hukum bacaan "ra" dengan tarqiq adalah salah satu aspek penting dalam ilmu tajwid, yang membahas cara-cara membaca huruf Arab dengan benar, khususnya huruf "ra." Dalam konteks tajwid, "ra" tarqiq berarti membaca huruf "ra" dengan suara yang tipis dan tanpa mengepakkan bibir. Berbeda dengan hukum bacaan "ra" tafkhim yang sebelumnya telah dijelaskan, yang mengharuskan membaca huruf "ra" dengan suara tebal.

Untuk memahami hukum bacaan "ra" tarqiq, penting untuk memahami perbedaan antara "ra" tarqiq dan "ra" tafkhim. "Ra" tarqiq, seperti yang disebutkan, harus dibaca tipis, sehingga saat mengucapkannya, lidah tidak menyentuh langit-langit mulut dan bibir tidak dimonyongkan. Sementara "ra" tafkhim, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harus dibaca tebal dengan memajukan bibir agak ke depan atau dimonyongkan. Huruf ra dibaca tarqiq apabila memenuhi syarat berikut:

1. Huruf "ra" harus memiliki tanda baca kasrah (tanda baca berbentuk seperti huruf "i"). Contoh: "بِرٌّ" (birrun)

2. Huruf "ra" harus bersukun (tidak memiliki tanda baca harakat) dan harus berada setelah huruf yang memiliki tanda baca kasrah (harakat kasrah). Contoh: "عَلَيْهِ رَءُوفٌ" (ʿalayhi raʾūfun)

3. Saat waqaf (hentian), huruf "ra" bersukun setelah huruf "ya" yang memiliki tanda baca sukun. Contoh: "إِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ" (ilā Allahi l-maṣīru)

4. Dalam situasi waqaf (hentian), huruf "ra" bersukun dan di antara huruf "ra" dengan huruf yang memiliki tanda baca kasrah ada huruf dengan tanda baca sukun. Contoh: "فِي السِّحْرِ" (fī as-siḥri)

Hukum bacaan "ra" tarqiq menjadi penting dalam tajwid karena membantu dalam pengucapan yang benar dan memastikan bahwa makna dari Al-Quran tidak berubah atau terdistorsi. Menghafal dan mempraktikkan hukum tajwid, termasuk hukum bacaan "ra" tarqiq, adalah bagian penting dalam membaca Al-Quran dengan benar dan menghormati kitab suci umat Islam.

4 dari 4 halaman

Hukum Bacaan Ra Jawazul Wajhain

Hukum bacaan ra jawazul wajhain adalah salah satu aspek penting dalam ilmu tajwid, yang membahas cara membaca huruf Arab, khususnya huruf "ra." Istilah jawazul wajhain berarti bahwa dalam situasi ini, huruf "ra" memiliki fleksibilitas dalam cara pengucapannya. Dalam hukum ini, huruf "ra" boleh dibaca dengan tafkhim (tebal) atau dengan tarqiq (tipis), tergantung pada situasinya. Hukum bacaan "ra" jawazul wajhain berlaku ketika terdapat tiga kondisi berikut:

  1. Huruf "ra" bersukun (tidak memiliki tanda baca harakat).
  2. Huruf sebelumnya memiliki tanda baca kasrah (tanda baca berbentuk seperti huruf "i").
  3. Huruf sesudahnya adalah huruf isti'la, yakni huruf yang diucapkan dengan suara tebal dan memenuhi mulut.

Dalam situasi ini, pembaca Al-Quran memiliki pilihan untuk membaca "ra" dengan tafkhim atau tarqiq. Ini berarti bahwa ada keleluasaan dalam memilih apakah akan membaca "ra" dengan suara tebal atau tipis, dan keduanya dianggap sah sesuai dengan tajwid.

Contoh-contoh bacaan "ra" jawazul wajhain adalah sebagai berikut:

  1. "مِنْ عِرْضِهِ" - Huruf "ra" boleh dibaca dengan tafkhim atau tarqiq, tergantung pada preferensi pembaca.
  2. "بِحِرْصٍ" - Sama seperti contoh sebelumnya, huruf "ra" bisa dibaca dengan tafkhim atau tarqiq.

Hukum bacaan "ra" jawazul wajhain memberikan fleksibilitas dalam melafalkan huruf "ra" saat membaca Al-Quran. Ini memungkinkan pembaca untuk memilih gaya pengucapan yang sesuai dengan kenyamanan mereka tanpa melanggar aturan tajwid. Dengan memahami dan menghormati hukum-hukum bacaan huruf "ra" ini, pembaca Al-Quran dapat membaca kitab suci umat Islam dengan baik dan benar.