Sukses

Balance Scorecard Adalah Pengukur Kinerja, Ini Fungsi, Kelebihan, dan Kekurangannya

Balanced Scorecard adalah sistem atau alat pengukur kinerja.

Liputan6.com, Jakarta - Balanced Scorecard (BSC) adalah kerangka kerja manajemen yang dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan dan David Norton pada awal tahun 1990. Ini digunakan untuk mengukur dan mengelola kinerja organisasi dengan cara yang seimbang dan komprehensif.

Sistsm Balanced Scorecard membuat kinerja organisasi tidak hanya dapat diukur melalui angka-angka keuangan tradisional. Akan tetapi, juga melalui berbagai perspektif yang mencakup keuangan, pelanggan, proses internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

Dalam Balanced Scorecard, setiap perspektif memiliki sejumlah Key Performance Indicators (KPI) yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan. Ini membantu organisasi untuk memahami kinerja mereka dari berbagai sudut pandang yang lebih luas. Agar lebih paham, simak penjelasan lengkapnya.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang Balanced Scorecard, fungsi, kelebihan, dan kekurangannya, Kamis (26/10/2023).

2 dari 6 halaman

Pengukur Kinerja

Balanced Scorecard (BSC) adalah sebuah kerangka kerja manajemen yang revolusioner yang dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan dari Harvard Business School dan David Norton pada awal tahun 1990. Ide di balik BSC adalah menyediakan organisasi dengan alat yang komprehensif untuk mengukur kinerja mereka melalui berbagai dimensi, yang pada gilirannya membantu organisasi mencapai tujuan strategis mereka dengan lebih efektif.

Secara bahasa, sistem Balanced Scorecard adalah istilah yang berasal dari dua kata, yaitu "Balance" yang berarti berimbang, dan "scorecard" yang berarti kartu skor. Dalam pengertian yang lebih mendalam, ini mengacu pada gagasan bahwa dalam mengelola sebuah organisasi, diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara berbagai aspek kinerja. BSC bukan hanya alat pengukuran kinerja, tetapi juga sebuah konsep manajemen yang melibatkan seluruh organisasi dalam pencapaian tujuan strategis.

Balanced Scorecard bertujuan untuk menerjemahkan tujuan strategis organisasi ke dalam serangkaian tujuan kinerja yang dapat diukur, dipantau, dan dikelola. Hal ini memungkinkan organisasi untuk memahami sejauh mana mereka telah mencapai tujuan mereka dan memberi panduan tentang perubahan yang perlu dilakukan jika tujuan tersebut belum tercapai.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) ungkap dalam pengimplementasiannya, prespektif Balanced Scorecard yang dilibatkan ada empat untuk mengukur kinerja organisasi:

  1. Stakeholder Perspective: Perspektif ini menempatkan fokus pada pemahaman dan pemenuhan harapan para pemangku kepentingan organisasi. Ini mencakup pemegang saham, pelanggan, masyarakat, dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam kesuksesan organisasi. Dalam konteks ini, BSC membantu organisasi dalam menjalin hubungan positif dengan semua pihak yang terlibat.
  2. Customer Perspective: Customer perspective berbicara tentang bagaimana organisasi memandang pelanggan sebagai elemen kunci dalam keseluruhan strategi. Ini mencakup bagaimana organisasi memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, serta cara pelanggan menilai kualitas produk atau layanan yang mereka terima. BSC membantu organisasi dalam memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efektif.
  3. Internal Process Perspective: Perspektif ini memeriksa proses-proses internal organisasi yang mendorong pencapaian tujuan. Ini mencakup evaluasi dan pengembangan proses internal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. BSC membantu dalam mengidentifikasi proses yang perlu ditingkatkan untuk mencapai tujuan strategis.
  4. Learning & Growth Perspective: Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi, menciptakan budaya inovasi, dan meningkatkan kemampuan. Dalam dunia yang terus berubah, organisasi harus belajar dan berkembang untuk tetap relevan. BSC membantu dalam mengukur kemampuan organisasi untuk mengembangkan sumber daya manusia dan meningkatkan kapabilitas mereka.

Metode Balanced Scorecard ini telah mendapatkan pengakuan di seluruh dunia dan digunakan oleh berbagai jenis organisasi. Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemekeu) ungkap, ini termasuk institusi-institusi besar di berbagai negara seperti Incheon Airport, US Army, FBI, Dubai Police, US Department of Commerce, dan berbagai perusahaan multinasional. Kesuksesan BSC dalam membantu organisasi dalam merumuskan dan mencapai tujuan strategisnya telah membuatnya menjadi alat yang sangat berharga dalam manajemen strategis dan kinerja organisasi.

 

3 dari 6 halaman

Kelebihannya

Ini kelebihan dan kekurangan yang dimaksudkan mengutip dari Balanced Scorecard to Functional Score:

  1. Komunikasi Strategi: Salah satu kelebihan utama BSC adalah kemampuannya untuk menjadi alat komunikasi yang efektif dalam organisasi. BSC memungkinkan organisasi untuk mengkomunikasikan strategi mereka kepada berbagai pihak, termasuk manajemen, karyawan, pemegang saham, pelanggan, dan komunitas lingkungan. Dengan demikian, semua pihak terlibat dapat memiliki pemahaman yang jelas tentang visi dan arah yang diambil oleh organisasi. Contoh konkret adalah ketika sebuah perusahaan menggunakan BSC untuk menyampaikan visi keberlanjutan mereka kepada pemegang saham dan masyarakat.
  2. Pemetaan Faktor-Faktor Kunci: BSC memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor utama yang memengaruhi kinerja mereka, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Ini adalah keuntungan besar karena konsep perencanaan strategi lainnya cenderung terbatas pada hal-hal yang bersifat tangible. Misalnya, sebuah organisasi pendidikan dapat menggunakan BSC untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam mencapai tujuan pendidikan yang meliputi infrastruktur fisik, kualitas pengajaran, serta dukungan siswa.
  3. Hubungan Strategi dengan Kinerja: BSC tidak hanya fokus pada pembuatan strategi, tetapi juga pada pelaksanaannya. Ini memungkinkan organisasi untuk mengaitkan strategi yang dibangun dengan proses pelaksanaannya. BSC memungkinkan pemantauan tingkat pencapaian strategi melalui Key Performance Indicators (KPI). Sebagai contoh, sebuah perusahaan e-niaga dapat menggunakan BSC untuk memastikan bahwa strategi pengiriman barang tepat waktu (KPI) terkait dengan strategi pengembangan pelanggan.
  4. Konsep Sebab-Akibat: BSC menciptakan konsep sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dan hasil. Ini membantu para pelaku strategi untuk memahami bahwa tindakan mereka dapat berdampak pada pencapaian strategi lainnya. Jika satu bagian dari organisasi berhasil mencapai tujuannya, ini dapat mempengaruhi pencapaian tujuan strategi keseluruhan. Sebaliknya, jika tujuan tidak tercapai, dampaknya dapat merembet ke strategi lainnya. Contoh konkret adalah hubungan antara meningkatkan kualitas produk dengan meningkatnya kepuasan pelanggan dan pertumbuhan pangsa pasar.
  5. Penyusunan Anggaran: BSC dapat membantu dalam proses penyusunan anggaran. Saat menyusun anggaran tahunan, organisasi dapat menggunakan BSC sebagai panduan. Dari BSC, organisasi dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai target mereka. Contoh dalam hal ini adalah ketika sebuah organisasi nirlaba menggunakan BSC untuk merumuskan anggaran tahunan mereka berdasarkan tujuan kinerja yang ingin dicapai di berbagai area seperti pendanaan kegiatan sosial atau pendidikan.

 

4 dari 6 halaman

Kekurangannya

  1. Kompleksitas: Salah satu kelemahan BSC adalah kompleksitasnya. Implementasi yang tepat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang metode ini dan pengalaman manajemen yang kuat. Organisasi yang tidak memiliki sumber daya dan kemampuan yang cukup mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi BSC.
  2. Waktu dan Sumber Daya: Implementasi BSC membutuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan. Proses pengukuran, pelaporan, dan analisis yang terkait dapat memakan waktu dan menguras anggaran. Contoh konkret adalah perusahaan yang harus menghabiskan banyak sumber daya untuk mengumpulkan data KPI dan mengintegrasikannya dengan sistem manajemen yang ada.
  3. Keterbatasan dalam Pengukuran Kualitatif: BSC cenderung lebih kuat dalam mengukur kinerja kuantitatif daripada kualitatif. Beberapa aspek kinerja organisasi, seperti budaya perusahaan atau kepuasan pelanggan, mungkin sulit diukur secara kuantitatif. Contoh dalam hal ini adalah ketika sebuah organisasi seni mencoba menggunakan BSC untuk mengukur dampak seni mereka pada masyarakat.
5 dari 6 halaman

Fungsinya

1. Alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang dianut telah tercapai

BSC berfungsi sebagai alat pengukuran yang membantu organisasi untuk menilai sejauh mana visi dan misi mereka telah tercapai. Ini dilakukan melalui pengukuran kinerja pada berbagai perspektif, seperti kepuasan pelanggan, efisiensi proses, pertumbuhan pendapatan, atau keberlanjutan. Contohnya, jika visi perusahaan adalah "Menjadi pemimpin dalam pelayanan pelanggan," BSC akan membantu mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan melihat apakah visi ini telah tercapai.

2. Alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan

BSC memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang memberikan keunggulan kompetitif. Ini bisa mencakup pengukuran efisiensi operasional, inovasi produk, atau keunggulan layanan. Contoh konkret adalah ketika perusahaan teknologi mengukur tingkat inovasi mereka dalam menghasilkan produk-produk baru dan seberapa baik mereka memenuhi kebutuhan pelanggan.

3. Panduan strategis untuk menjalankan bisnis

BSC berfungsi sebagai panduan strategis yang membantu organisasi dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Dengan mengidentifikasi tujuan strategis dan KPI yang relevan, BSC memberikan arah bagi tindakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dan karyawan. Sebagai contoh, jika salah satu tujuan strategis adalah meningkatkan pangsa pasar, BSC akan memberikan panduan tentang tindakan apa yang perlu diambil untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Alat analisis efektivitas strategi yang telah digunakan

BSC juga digunakan sebagai alat analisis yang memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi seberapa efektif strategi yang telah digunakan. Dengan memantau KPI yang sesuai, organisasi dapat menilai apakah strategi mereka telah memberikan hasil yang diinginkan atau apakah perubahan strategis diperlukan. Contohnya, jika perusahaan telah meluncurkan strategi pasar baru, BSC akan membantu dalam melacak sejauh mana strategi ini berhasil meningkatkan pangsa pasar.

 

 

6 dari 6 halaman

5. Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT yang dimiliki

BSC juga memberikan gambaran yang jelas terkait dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dimiliki perusahaan. Dengan memantau kinerja pada masing-masing perspektif, organisasi dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal mereka serta peluang dan ancaman eksternal. Sebagai contoh, jika organisasi mendapati bahwa kepuasan pelanggan menurun (kelemahan), ini dapat menjadi indikasi bahwa persaingan di pasar sedang meningkat (ancaman).

6. Alat key performance indicator perusahaan

BSC adalah alat utama untuk mengukur kinerja perusahaan melalui Key Performance Indicators (KPI). Ini melibatkan pengukuran kinerja pada berbagai aspek bisnis, termasuk keuangan, pelanggan, proses internal, dan pertumbuhan serta pembelajaran. Contohnya, KPI dalam hal keuangan dapat mencakup laba bersih, sementara KPI dalam hal pelanggan dapat mencakup tingkat kepuasan pelanggan.

7. Sebagai feedback terhadap shareholder perusahaan

BSC memberikan feedback yang berharga kepada pemegang saham dan investor perusahaan. Mereka dapat melihat bagaimana perusahaan berkinerja dari berbagai perspektif, yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik. Sebagai contoh, pemegang saham akan melihat dengan jelas apakah perusahaan berhasil meningkatkan keuntungan dan pangsa pasar mereka.

8. Alat komunikasi, informasi, dan sistem analisis pembelajaran perusahaan

Terakhir, BSC berfungsi sebagai alat komunikasi yang membantu organisasi dalam menyebarkan informasi yang relevan kepada semua tingkatan dalam perusahaan. Selain itu, BSC juga merupakan sistem analisis pembelajaran yang memungkinkan organisasi untuk terus mengembangkan strategi mereka berdasarkan pemahaman yang lebih baik tentang kinerja mereka. Sebagai contoh, BSC memungkinkan perusahaan untuk mengkomunikasikan pencapaian positif dalam hal kepuasan pelanggan dan memotivasi karyawan untuk terus berupaya meningkatkan layanan pelanggan.

Video Terkini