Sukses

BSC Adalah Balance Scorecard, Ini Fungsi, Contoh, dan Cara Menerapkannya

Pengukuran kinerja dengan BSC membuat pengambilan keputusan lebih seimbang dan berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Balanced Scorecard (BSC) adalah kerangka pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton dari Harvard Business School pada awal 1990-an. Digunakan oleh perusahaan dan instansi, BSC menekankan pengukuran kinerja secara komprehensif dari perspektif keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan panjang.

BSC adalah alat yang digunakan untuk mengukur aspek keuangan dan non-keuangan, seperti kepuasan pelanggan, proses internal, dan pembelajaran. Fokus pada perspektif ini, manajemen dapat membuat keputusan seimbang dan mempertimbangkan nilai pemangku kepentingan serta pencapaian target keuangan yang strategis. Ditekankan bahwa karyawan dengan kemampuan yang tepat dan pelaksanaan proses bisnis strategis kunci dalam mencapai tujuan.

Pengukuran dengan BSC telah diterapkan secara luas di sektor swasta dan instansi pemerintah. Penerapan BSC pada instansi pemerintah tidak hanya menekankan output, tetapi juga hasil yang dihasilkan serta dampak kinerja terhadap alokasi anggaran. Misalnya, dalam sistem anggaran berbasis kinerja yang diterapkan oleh Kementerian Keuangan, alokasi anggaran untuk instansi pemerintah ditentukan oleh kinerjanya, mendorong fokus pada efisiensi dan efektivitas guna memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang BSC dan cara mengukur kinerja dengan BSC, Minggu (29/10/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kerangka Pengukuran Kinerja

BSC adalah sebuah kerangka pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan dan David Norton dari Harvard Business School pada awal tahun 1990 sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya. Konsep ini digunakan oleh perusahaan dan instansi untuk mengukur hasil kerja serta mengarahkan manajemen ke arah pencapaian tujuan di masa depan.

Melansir dari Inspektorat Jenderal Pekerjaan Umum (PU), BSC menyoroti pentingnya mengukur kinerja secara komprehensif dan seimbang dari berbagai perspektif. Ini termasuk keuangan dan non-keuangan, serta jangka pendek dan jangka panjang.

Pendekatan BSC memungkinkan perusahaan atau instansi untuk lebih memahami kinerja mereka secara holistik. Selain melihat aspek keuangan seperti pendapatan dan laba, BSC juga mempertimbangkan elemen-elemen non-keuangan seperti kepuasan pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan melibatkan perspektif ini, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.

Fungsi Unggulannya

Salah satu keunggulan BSC adalah kemampuannya untuk mengukur kinerja dalam jangka panjang dan menghubungkannya dengan tujuan strategis perusahaan atau instansi. Ini membantu dalam meningkatkan nilai bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) dan mencapai target keuangan yang strategis.

Dalam hal ini, ditekankan bahwa memiliki karyawan dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik serta mampu melaksanakan proses bisnis strategis merupakan faktor kunci dalam mencapai tujuan.

Kementerian ESDM, jelaskan BSC adalah sebuah alat manajemen yang telah menjadi landasan bagi banyak perusahaan dalam memperkuat dan menerapkan strategi bisnis mereka. Penggunaan BSC telah terbukti memberikan pemahaman yang lebih holistik terhadap kinerja perusahaan.

Contoh Penerapannya

Selain diterapkan di perusahaan swasta, ditegaskan Inspektorat Jenderal PU bahwa BSC juga digunakan secara luas dalam pengukuran kinerja Instansi Pemerintah. Pendekatan ini mendorong instansi pemerintah untuk tidak hanya fokus pada output yang dihasilkan, tetapi juga pada outcome atau hasil yang dihasilkan. Instansi pemerintah diharapkan untuk memberikan manfaat yang jelas bagi para pemangku kepentingan mereka, dan kinerja mereka akan berdampak pada alokasi anggaran yang mereka terima.

Dalam kerangka anggaran berbasis kinerja yang diterapkan oleh Kementerian Keuangan, alokasi anggaran untuk instansi pemerintah ditentukan berdasarkan kinerja mereka, bukan hanya berdasarkan kebutuhan semata. Ini mendorong instansi pemerintah untuk fokus pada efisiensi, efektivitas, dan pencapaian hasil yang diinginkan dalam rangka menciptakan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.   

3 dari 3 halaman

Cara Mengukur BSC

Kaplan dan Norton dalam bukunya berjudul Using the balanced scorecard as strategic management system (1996), menegaskan empat cara mengukur BSC. Ini memberikan landasan penting untuk memahami bagaimana BSC digunakan sebagai alat manajemen.

1. Proses pertama adalah "Perspektif Keuangan."

Dalam perspektif ini, ukuran keuangan digunakan untuk menilai apakah perencanaan dan implementasi strategi organisasi telah memberikan perbaikan yang signifikan dalam kinerja. Pengukuran kinerja keuangan mencakup berbagai tahap dalam siklus bisnis dan membantu dalam menilai apakah strategi telah memberikan perbaikan mendasar. Fokus utama adalah pada tren pertumbuhan anggaran dan nilai tambah ekonomi (economic value-added).

2. Proses kedua adalah "Perspektif Pelanggan."

Di sini, organisasi perlu mengidentifikasi segmen masyarakat yang menjadi target penerima manfaat mereka. Ini membantu dalam memastikan bahwa layanan yang disediakan memenuhi harapan pelanggan. Organisasi perlu memiliki kebijakan korporat yang secara spesifik menekankan aspek-aspek seperti waktu, kualitas, kinerja, pelayanan, pangsa pasar, dan kebutuhan pemangku kepentingan, serta biaya.

3. Proses ketiga adalah "Perspektif Internal Bisnis."

Dalam perspektif ini, organisasi mengidentifikasi proses bisnis internal yang kritis. Ini mencakup proses-proses yang memungkinkan organisasi memberikan nilai tambah dan pelayanan yang lebih baik kepada penerima manfaat. Ini mencakup proses inovasi, operasi, dan layanan setelah serah terima seperti konsultasi dan perbaikan.

4. Proses keempat adalah "Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan."

Di sini, organisasi fokus pada kemampuan mereka untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang. Tujuannya adalah memberikan infrastruktur bagi ketiga perspektif sebelumnya. Ini mencakup investasi dalam sumber daya manusia, sistem, dan prosedur. Ukuran kinerja dalam perspektif ini meliputi motivasi, peluang pengembangan diri, inovasi, kerja sama di lingkungan kerja, dan banyak faktor lainnya yang mendukung pertumbuhan organisasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.