Liputan6.com, Jakarta - Daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran atau pahatannya adalah Jepara. Kota di Jawa Tengah ini telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan ukiran yang mendunia sejak abad ke-19. Keahlian dalam memproduksi mebel dan ukiran telah mendapat pengakuan baik di dalam maupun di luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
Tidak heran jika Jepara dijuluki sebagai kawasan terpadu penghasil mebel dan ukiran. Kegiatan mengukir di Jepara bukan hanya industri semata, melainkan juga telah meresap dalam aspek budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik, membentuk identitas kuat yang sulit dipisahkan dari sejarahnya. Ukiran Jepara memiliki ciri khas dengan motif unik seperti Daun Trubusan dan Jumbai yang menonjolkan keindahan seni ukir.
Jepara dikenal sebagai daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran, bukan hanya karena kualitasnya tinggi, tetapi juga tahan lama. Kayu jati, bahan utama dalam ukiran ini, dikenal akan daya tahannya yang luar biasa, bahkan bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran atau pahatan, Selasa (31/10/2023).
Paling Terkenal Ukiran Jepara
Daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran adalah Jepara. Daerah ini telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan ukiran yang mendunia sejak abad ke-19. Keahlian mereka dalam memproduksi mebel dan ukiran telah meraih pengakuan dan penghargaan dari berbagai kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Jepara, dengan bangga, didefinisikan sebagai sebuah kawasan terpadu penghasil mebel dan ukiran. Budaya mengukir dan memahat di kota ini bukan hanya sekadar industri, melainkan telah meresap dalam aspek budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik, menjadi bagian integral dari sejarahnya yang mendalam.
Melansir dari situs website resmi Republik Indonesia, ditegaskan bahwa daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran atau pahatannya adalah Jepara dan memiliki ciri khas yang membedakannya dari yang lain. Ukiran Jepara memiliki motif seperti Daun Trubusan yang terdiri dari varian unik, termasuk daun yang muncul dari tangkai relung dan daun yang tumbuh dari cabang atau ruasnya.
Motif Jepara juga dikenal dengan istilah "Jumbai," yang ditandai oleh daun yang membuka layaknya kipas dengan ujungnya yang meruncing. Motif ini seringkali dihiasi dengan tiga atau empat biji yang tumbuh dari pangkal daunnya. Satu ciri khas yang tak terbantahkan adalah kemampuan tangkai relung dalam memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang dan menambah keindahan karya seni tersebut. Ciri-ciri khas inilah yang menjadi identitas kuat dari ukiran Jepara.
Daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran adalah Jepara, mereka bisa menampilkan sifat akomodatif yang mampu menjaga keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Keseimbangan ini menjadi prinsip penting karena masyarakat Jawa cenderung sangat menjunjung tinggi konsep keselarasan dalam hidup mereka. Ukiran di daerah pesisir, sebagai contoh, dapat terlihat lebih terbuka dan menyiratkan kepribadian yang berbeda.
Sejalan dengan keindahannya, kualitas produk ukiran Jepara sudah mendunia. Mereka menggunakan material bermutu tinggi, seperti kayu jati dan jenis kayu-kayu lain yang terbukti kualitasnya. Kayu jati, bahan utama dalam ukiran Jepara, memiliki daya tahan luar biasa, dapat bertahan selama lebih dari 20 tahun.
Jepara disebut sebagai daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan ukiran, karena hasilnya memiliki tekstur halus dan memiliki serat yang tajam. Harga mebel Jepara relatif lebih tinggi, namun dengan kualitas tinggi dan nilai seni yang tinggi, harganya sebanding.
Salah satu tantangan terbesar dalam produk ukiran kayu adalah ketahanannya terhadap air dan serangan rayap atau ngengat. Namun, kualitas terbaik ukiran Jepara dibuktikan oleh kandungan minyak alami dalam kayu jati, yang membuat produk mereka tahan air dan tahan terhadap serangan rayap.
Advertisement
Perberdaan Ukiran Jepara dan Bali
Kerajinan ukiran di daerah Jepara, khususnya Jawa Tengah, dan di daerah Bali memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal gaya, teknik, dan motif. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya melansir dari situs website resmi Republik Indonesia dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif:
1. Gaya dan Motif
Jepara: Ukiran Jepara cenderung memiliki ciri khas dengan motif-motif klasik seperti bunga, daun, dan bentuk-bentuk geometris. Motif ini seringkali memiliki bentuk cekung yang mengandung keunikan dan keindahan tersendiri. Selain itu, ukiran Jepara memiliki gaya yang lebih konservatif dan tradisional.
Bali: Ukiran Bali memiliki motif yang lebih beragam, sering kali terkait dengan cerita pewayangan dan tokoh-tokoh mitologis. Selain itu, ukiran Bali cenderung lebih artistik, menggabungkan elemen-elemen seni yang lebih kompleks. Motif-motifnya lebih dinamis dan mewakili aspek-aspek kehidupan dan budaya Bali.
2. Bahan yang Digunakan
Jepara: Kayu jati, kayu moja gaung, dan kayu cempaka adalah bahan-bahan yang umum digunakan dalam ukiran Jepara. Ukiran batu padas juga terlihat tetapi kurang umum dibandingkan dengan kayu.
Bali: Selain kayu, Bali dikenal dengan penggunaan batu padas dalam ukirannya. Batu padas digunakan terutama dalam pembuatan relief dan ukiran untuk bangunan suci.
3. Fungsi
Jepara: Ukiran Jepara banyak digunakan dalam pembuatan mebel dan dekorasi rumah. Fungsi utamanya adalah dekoratif dan fungsional.
Bali: Selain digunakan dalam dekorasi rumah, ukiran Bali juga sering ditemukan dalam bangunan suci, seperti candi dan pura, serta sebagai cendera mata. Fungsi ukiran Bali sering kali lebih terkait dengan ekspresi seni dan spiritualitas.
4. Pengaruh Sejarah
Jepara: Kerajinan ukiran di Jepara memiliki pengaruh sejarah dari Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan sebelumnya. Klasik dan konservatif dalam gaya dan motifnya.
Bali: Ukiran Bali mencerminkan pengaruh sejarah dari Kerajaan Majapahit dan Padjajaran, tetapi juga memadukan unsur-unsur seni lokal Bali yang kaya. Seni ukir Bali lebih dinamis dan ekspresif.
Â