Sukses

Papirus Mesir Kuno Gambarkan Lusinan Ular Berbisa, Termasuk Ular Langka Bertaring 4

Dan Apophis, ular besar yang dianggap sebagai dewa berwujud ular.

Liputan6.com, Jakarta Peradaban Mesir Kuno telah memberikan berbagai peninggalan yang mengungkapkan aspek kehidupan, budaya, dan alam sekitarnya. Salah satu penemuan mengejutkan adalah temuan tentang deskripsi lusinan jenis ular dalam papirus Mesir kuno. Papirus ini, seperti Papirus Brooklyn, merupakan sumber berharga yang memungkinkan kita memahami hubungan manusia dengan hewan-hewan di sekitar mereka.

Papirus Mesir Kuno tidak hanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga binatang-binatang liar yang mendiami wilayah Mesir kuno. Salah satu gambaran yang paling mencolok adalah deskripsi ular besar yang dikenal sebagai Apophis. Ular ini dianggap sebagai dewa berwujud ular, dan papirus menggambarkan bahwa gigitannya dapat menyebabkan kematian dengan cepat. 

Dilansir dari Live Science, berikut telah Liputan6.com rangkum hasil penelitiannya, pada Selasa (31/10/2023). 

2 dari 4 halaman

Ulasan Tentang Papirus Mesir Kuno dan Ular Berbisa

Papirus Mesir kuno telah menjadi jendela berharga ke dalam kehidupan dan alam sekitar peradaban kuno Mesir. Salah satu temuan terbaru yang mengejutkan adalah deskripsi lusinan jenis ular, termasuk ular langka bertaring empat. 

Dalam papirus-papirus seperti Papirus Brooklyn, kita dapat menemukan kisah-kisah tentang binatang-binatang liar yang hidup berdampingan dengan orang Mesir kuno. Salah satu contoh menarik adalah deskripsi ular besar yang disebut "Apophis," yang merupakan dewa berwujud ular. 

Papirus tersebut menggambarkan bahwa gigitan ular ini dapat menyebabkan kematian dengan cepat, serta mencatat bahwa ular ini memiliki empat taring, yang merupakan karakteristik langka pada ular. Namun, pertanyaan muncul: apakah ular ini benar-benar ada, dan jika iya, apakah kita dapat mengidentifikasi spesies yang dimaksud?

3 dari 4 halaman

Penelitian Terbaru Mengungkapkan Keberagaman Ular di Mesir Kuno

Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti baru-baru ini melakukan penelitian yang mendalam. Mereka menggunakan pemodelan ceruk iklim untuk merekonstruksi kondisi iklim Mesir kuno dan wilayah jelajah berbagai ular di masa lalu. Hasil penelitian ini sangat menarik. 

Menurut temuan mereka, Mesir kuno memiliki iklim yang lebih lembab daripada saat ini, yang memungkinkan banyak spesies ular hidup di sana yang tidak ada di wilayah tersebut saat ini. Penelitian ini fokus pada sepuluh spesies ular dari wilayah tropis Afrika, Maghreb di Afrika utara, dan Timur Tengah, yang mungkin sesuai dengan deskripsi papirus kuno. 

Hasilnya mengungkapkan bahwa sembilan dari sepuluh spesies ini mungkin pernah ada di Mesir kuno. Mereka mungkin menduduki wilayah yang berbeda, seperti Sudan utara, pantai Laut Merah, lembah Nil yang subur, atau sepanjang pantai utara. 

Dengan temuan ini, muncul kemungkinan bahwa deskripsi "ular besar Apophis" pada papirus mungkin adalah deskripsi awal dan mendetail tentang spesies yang sekarang kita kenal sebagai "boomslang."

4 dari 4 halaman

Penemuan Terbaru dan Implikasinya

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sejumlah besar spesies ular yang mungkin telah mendiami Mesir kuno sekarang tidak ada di wilayah tersebut. Penelitian ini fokus pada sepuluh spesies ular dari wilayah tropis Afrika, Maghreb di Afrika utara, dan Timur Tengah, yang sesuai dengan deskripsi pada papirus Mesir kuno. 

Hasilnya menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh spesies ini mungkin pernah ada di Mesir kuno. Mereka mungkin mendiami wilayah yang berbeda, seperti Sudan utara, pantai Laut Merah, lembah Nil yang subur, atau sepanjang pantai utara.

Penelitian ini membawa kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan lingkungan dan ekosistem di Mesir kuno. Pengeringan iklim dan perubahan lingkungan yang terjadi ribuan tahun yang lalu telah memengaruhi komposisi spesies yang ada. 

Dengan demikian, papirus Mesir kuno membantu kita memahami interaksi antara manusia dan satwa liar pada masa lalu serta dampaknya pada ekosistem.