Sukses

Semangka Jadi Simbol Perlawanan Palestina Terhadap Israel, Ini Sejarahnya

Berbagai foto serta ilustrasi semangka viral di media sosial sebagai bentuk dukungan untuk Palestina.

Liputan6.com, Jakarta Dikenal memiliki rasa yang manis dan segar, buah semangka tentu banyak dicari saat hawa panas. Terlebih, buah semangka juga memiliki kadar air yang tinggi serta memiliki banyak vitamin C, Vitamin A, magnesium dan kandungan antioksidan yang baik untuk tubuh.

Namun, nyatanya bagi masyarakat Palestina Semangka bukan hanya sekedar buah saja. Semangka diketahui menjadi simbol perlawanan masyarakat Palestina terhadap Israel. Bahkan, dalam beberapa waktu terakhir berbagai karya seni simbol Semangka ramai diunggah di media sosial.

Dilansir Liputan6.com dari Time, Kamis (2/11/2023), penggunaan semangka sebagai simbol perlawanan rakyat Palestina bukan hal yang baru. Bahkan, simbol ini pertama kali muncul saat Perang Enam Hari pada 1967. Perang ini terjadi saat israel menguasai Tepi Barat dan Gaza, dan mengontrol Yerusalem Timur.

Melalui media sosial, semangka sendiri kini dijadikan sebagai simbol solidaritas serta pengganti bendera Palestina. Bahkan, tak sedikit pula netizen dari berbagai belahan dunia yang turut mengunggah gambar semangka, baik dalam foto ataupun sebuah ilustrasi.

2 dari 3 halaman

Simbol warna bendera Palestina

Dalam Perang Enam Hari yang terjadi pada 1967, pemerintah Israel saat itu menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat. Untuk menghindarinya, masyarakat Palestina pun mulai menggunakan semangka. Pasalnya, saat dibelah, buah tersebut memiliki warna bak bendera Palestina, yakni, merah, hitam, putih dan hijau.

Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada tahun 2021 bahwa pejabat Israel pada tahun 1980 menutup pameran di 79 Galeri di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya lainnya, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Maka Issam berkata, ‘Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih?’, dan petugas itu menjawab dengan marah, ‘Ini akan disita. Bahkan jika Anda mengecat semangka, itu akan disita,’” kata Mansour kepada outlet tersebut.

Israel mulai mencabut larangan penggunaan bendera Palestina pada tahun 1993, sebagai bagian dari Perjanjian Oslo. Perjanjian ini mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina dan merupakan perjanjian formal pertama yang mencoba menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

3 dari 3 halaman

Penggunaan semangka sebagai simbol muncul kembali pada 2021

Setelah perjanjian tersebut, New York Times menyetujui peran semangka sebagai simbol selama pelarangan bendera. Pada tahun 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka untuk sebuah buku berjudul Atlas Subjektif Palestina. Pada tahun 2013, ia mengisolasi satu cetakan dan menamakannya Warna Bendera Palestina, yang kemudian dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia.

Penggunaan semangka sebagai simbol perlawanan Palestina terhadap Israel kembali muncul pada 2021. Hal ini menyusul pada keputusan pengadilan Israel bahwa keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur akan diusir dari rumah mereka untuk dijadikan tempat bagi pemukim.

Pada bulan Juni, Zazim, sebuah organisasi komunitas Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Gambar semangka terpampang di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan teks bertuliskan, “Ini bukan bendera Palestina.”

“Pesan kami kepada pemerintah jelas: kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti memperjuangkan kebebasan berekspresi dan demokrasi,” kata direktur Zazim Raluca Ganea.