Liputan6.com, Jakarta Fraud adalah bentuk kecurangan berupa tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang bersifat kriminal. Fraud dilakukan dengan maksud jahat untuk mendapatkan keuntungan finansial pelakunya. Fraud dapat melibatkan berbagai tindakan ilegal, seperti penipuan, penggelapan, pencurian, penyembunyian, atau pelanggaran kepercayaan, namun tidak selalu melibatkan kekerasan.
Baca Juga
Advertisement
Fraud adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi dengan tujuan untuk memperoleh uang, barang, atau jasa secara tidak sah. Tujuannya adalah untuk menguntungkan diri sendiri maupun kelompok pelaku. Fraud dapat terjadi di berbagai tempat, dan sering kali melibatkan upaya untuk merugikan pihak lain secara finansial.
Fraud adalah tindakan yang perlu diwaspadai dan dihindari. Berikut ulasan tentang fraud adalah tindak kecurangan yang melanggar hukum, dirangkum Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/11/2023).
Tindakan Penipuan yang Melanggar Hukum
Secara harfiah, fraud adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti kecurangan. Dalam konteks ini, fraud merujuk pada tindakan pemalsuan laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja untuk menipu pihak yang terlibat.
Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melanggar hukum (illegal act) dan sebagai ketidakberesan (irregularities) yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan atau sebuah lembaga dengan tujuan mencapai keuntungan pribadi. Tindakan ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian secara materiil dan immateriil.
Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu, seperti manipulasi atau penyajian laporan yang salah kepada pihak lain. Tindakan kecurangan ini dapat dilakukan oleh individu baik dari dalam maupun luar organisasi untuk meraih keuntungan pribadi.
Fraud adalah tindakan yang melibatkan pemalsuan, manipulasi, atau pelanggaran hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu, seringkali dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi, dan ini dapat merugikan dari berbagai aspek, baik finansial maupun non-finansial.
Advertisement
Bentuk Fraud
Terdapat empet jenis tindakan fraud yang umum terjadi, berikut diantaranya.
1. Korupsi
Korupsi adalah salah satu jenis fraud yang paling umum terjadi di Indonesia. Tindakan korupsi melibatkan penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi dengan tujuan tertentu. Dalam kasus ini, pihak yang terlibat biasanya menerima hadiah atau uang sebagai imbalan atas tindakan ilegal yang mereka lakukan.Â
Korupsi dapat menghasilkan gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka panjang. Tindakan korupsi ini merugikan perusahaan maupun masyarakat secara luas karena dapat menyebabkan kerugian finansial dan merusak kepercayaan.
2. Pencucian dan Penggelapan Uang
Jenis fraud ini berkaitan dengan white-collar crime, yang melibatkan penyalahgunaan aset yang dipercayakan kepada seseorang. Salah satu contohnya adalah skema Ponzi dalam multi level marketing di mana pelaku menggelapkan uang yang diinvestasikan oleh orang lain. Penggelapan uang juga mencakup tindakan pencucian uang, di mana uang yang diperoleh dari tindakan ilegal dicuci melalui transaksi finansial yang sah, sehingga sulit dilacak.
3. Pencurian Data
Pencurian data adalah tindakan yang melibatkan pengambilan data penting dari instansi atau perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi. Data yang dicuri dapat berupa informasi pribadi konsumen atau data operasional perusahaan. Jika pencurian data melibatkan data yang terpusat pada komputer, hal ini sering disebut sebagai computer fraud. Pencurian data merupakan tindakan merugikan karena dapat mengancam kerahasiaan data dan juga merugikan individu yang terdampak.
4. Penyimpangan Aset
Penyimpangan aset adalah jenis fraud yang paling umum terjadi dalam sebuah perusahaan. Jenis fraud ini melibatkan penyalahgunaan atau pencurian aset yang dipercayakan kepada pelaku. Meskipun sering terjadi di perusahaan, penyimpangan aset ini mudah dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur pengawasan.
Faktor Penyebab Fraud
Pada umumnya, fraud sering terjadi ketika individu memiliki kemampuan atau akses ke data atau aset yang dapat disalahgunakan. Berikut faktor penyebab fraud.
1. Tekanan Ekonomi
Tekanan ekonomi adalah salah satu faktor penyebab utama dalam terjadinya fraud. Ketika seseorang menghadapi tekanan ekonomi yang besar, seperti masalah keuangan atau utang, mereka dapat merasa terdorong untuk melakukan fraud guna memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Keputusan untuk melakukan fraud seringkali diambil demi keuntungan pribadi.
2. Keinginan Individu
Faktor individu juga berperan penting dalam terjadinya fraud. Ada dua kategori utama dalam faktor ini, yaitu moral dan motivasi. Keserakahan dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan pribadi adalah contoh dari faktor motivasi. Faktor moral muncul ketika individu merasa bahwa tindakan fraud adalah cara yang dapat diterima untuk mencapai tujuan mereka.
3. Lemahnya Kebijakan dan Hukum
Faktor hukum juga dapat menjadi penyebab fraud ketika kebijakan hukum yang melemah membuat pelaku fraud merasa tidak takut untuk melakukan tindakan tersebut. Kondisi ini seringkali ditemukan dalam kasus korupsi di pemerintahan atau ketika perusahaan menghadapi sanksi hukum yang tidak memadai.
4. Kesempatan (Opportunity)Â
Terdapat tiga faktor utama yang mendukung terjadinya fraud menurut Fraud Triangle Theory (FTT) yang dibuat Donald R. Cressey, seorang kriminolog Amerika, pada tahun 1950. Kesempatan adalah salah satu dari tiga faktor tersebut. Fraud dapat terjadi ketika ada peluang atau kesempatan yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakannya. Contohnya, kurangnya pengawasan internal atau kebijakan yang lemah memungkinkan pelaku fraud untuk mengeksploitasi situasi.
5. Kurangnya Kontrol Diri (Pressure)
Faktor kedua dalam Fraud Triangle Theory atau Teori Segitiga Kecurangan adalah kurangnya kontrol diri, atau tekanan yang membuat seseorang cenderung melakukan tindakan fraud. Ini bisa meliputi tekanan ekonomi, dorongan emosional, atau tekanan lainnya yang membuat individu merasa terdorong untuk melakukan tindakan yang tidak etis.
6. Rasionalisasi Atas Tindakan (Rationalization)
Faktor ketiga dari Teori Segitiga Kecurangan adalah rasionalisasi, yaitu pembenaran atas tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelaku fraud. Mereka mungkin merasa bahwa tindakan mereka adalah sesuatu yang dapat dibenarkan atau bahkan wajar, terutama jika mereka merasa bahwa imbalan yang mereka terima tidak sebanding dengan beban kerja mereka.
Advertisement
Dampak Fraud
Seperti sudah dibahas sebelumnya, fraud adalah tindakan yang dapat penybebkan kerugian. Berikut adalah dampak dari fraud.
1. Kerugian Dari Sisi Reputasi
Tindakan fraud dapat sangat merusak reputasi perusahaan atau individu yang terlibat dalam tindakan tersebut. Kerugian reputasi ini bisa jauh lebih parah daripada kerugian finansial. Kehilangan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat umum dapat mengarah pada hilangnya pelanggan, mitra bisnis, dan investasi. Ini berdampak negatif pada hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
2. Kerugian Finansial
Selain kerugian reputasi, fraud juga dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi perusahaan atau individu yang menjadi korban. Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan atau individu yang terlibat dalam fraud dapat hancur, yang berdampak pada penurunan pendapatan dan laba. Perusahaan mungkin kesulitan mencapai target penjualan dan pertumbuhan bisnis yang diharapkan. Kerugian finansial ini juga dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Akibat Sosial
Tindakan fraud dapat memunculkan akibat sosial yang luas. Salah satu dampak sosialnya adalah penggunaan uang hasil fraud untuk kegiatan kriminal atau terorisme. Hal ini dapat membahayakan keamanan masyarakat dan negara. Selain itu, fraud juga dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga atau perusahaan.Â
Hilangnya kepercayaan ini dapat berdampak pada stabilitas sosial dan ekonomi, serta dapat mempengaruhi keyakinan masyarakat terhadap lembaga keuangan, pemerintah, atau perusahaan. Dengan demikian, fraud tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada kepercayaan dan stabilitas sosial.
Mendeteksi Adanya Fraud
Sebagai tindakan yang dapat merugikan banyak pihak, fraud harus segera dideteksi sesegera mungkin untuk mencegah kerugian yang semakin besar. Berikut cara mendeteksi adanya fraud dalam sebuah instansi maupun perusahaan.
1. Audit Internal dan Eksternal:
Salah satu cara utama untuk mendeteksi fraud adalah melalui audit internal dan eksternal. Audit internal adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak di dalam perusahaan yang memiliki kompetensi untuk meneliti catatan keuangan dan pengendalian internal perusahaan.Â
Audit eksternal melibatkan pihak eksternal yang memeriksa laporan keuangan perusahaan. Dalam proses ini, perusahaan dapat mendeteksi tindakan mencurigakan atau penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh individu tertentu.
2. Pemeriksaan Jajaran Manajerial
Keterlibatan jajaran manajerial seringkali menjadi unsur penting dalam kecurangan atau fraud pada laporan keuangan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap jajaran manajerial untuk mengetahui apakah mereka terlibat dalam tindakan yang mencurigakan. Proses ini dapat mencakup penilaian perilaku dan transparansi mereka dalam mengelola data-data sensitif atau keuangan.
3. Pemeriksaan Karakteristik Laporan Keuangan
Pemeriksaan karakteristik laporan keuangan merupakan cara yang penting untuk mendeteksi fraud. Ini mencakup pemeriksaan catatan pendapatan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan. Adanya perbedaan yang signifikan dalam laporan keuangan dapat menjadi indikasi adanya kecurangan. Dengan memeriksa karakteristik laporan keuangan dengan cermat, tanda-tanda kecurangan dapat terdeteksi lebih mudah.
Upaya Pencegahan Fraud
1. Memberikan Pelatihan dan Sosialisasi Mengenai Anti-Fraud
Penting untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada semua pihak yang terlibat dalam perusahaan mengenai anti-fraud. Hal ini akan membantu mereka memahami apa itu fraud, tanda-tanda fraud, dan konsekuensi hukumnya. Dengan pemahaman yang lebih baik, individu cenderung lebih waspada terhadap potensi tindakan curang.
2. Monitoring Secara Proaktif
Monitoring proaktif, terutama terhadap orang-orang yang memiliki akses ke aktivitas pelaporan keuangan, merupakan langkah penting dalam mencegah fraud. Pengawasan rutin akan membantu memastikan integritas data dan aktivitas keuangan terjaga. Ini juga membantu dalam mendeteksi tindakan mencurigakan secara lebih dini.
3. Penetapan Hukum Secara Tegas
Menerapkan peraturan dan kebijakan yang ketat dan tegas merupakan cara efektif untuk mencegah terjadinya fraud. Hal ini mencakup pembuatan prosedur operasional standar (SOP) yang jelas dan tidak hanya berupa kebijakan teoritis. Ketegasan dalam menerapkan hukum juga dapat menciptakan efek jera di kalangan karyawan.
4. Menyediakan Tim Khusus Investigasi
Selain menerapkan kebijakan yang tegas, perusahaan harus menyediakan saluran pelaporan untuk menerima aduan terkait indikasi fraud. Tim investigasi yang andal harus tersedia untuk menangani laporan-laporan tersebut. Pastikan pelapor dapat mengirimkan laporannya secara anonim untuk melindungi identitas mereka. Dengan begitu, bukti yang diperoleh dapat dikumpulkan dengan baik.
Â
Advertisement