Sukses

15 Pahlawan Wanita Indonesia dan Kisah Perjuangannya bagi Bangsa

Pahlawan wanita Indonesia menyumbangkan ide, gagasan, bahkan nyawa mereka untuk kemerdekaan, emansipasi wanita, hingga pembangunan bangsa.

Liputan6.com, Jakarta Pahlawan wanita Indonesia perlu kamu kenali dalam rangka menyambut Hari Pahlawan 10 November ini. Indonesia mempunyai banyak sosok pahlawan yang berjasa bagi negara, baik pahlawan laki-laki maupun pahlawan perempuan.

Memperingati Hari Pahlawan, tentu tak lengkap rasanya bila tidak membahas para perempuan yang berjasa bagi kemerdekaan dan perkembangan Indonesia. Nyatanya, peran wanita sangat besar bagi negara Indonesia.

Pahlawan wanita Indonesia menyumbangkan ide, gagasan, bahkan nyawa mereka untuk kemerdekaan, emansipasi wanita, hingga pembangunan bangsa. Tidak heran, nama-nama ini kemudian diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/11/2023) tentang pahlawan wanita Indonesia.

2 dari 5 halaman

1. R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini merupakan pahlawan wanita Indonesia kelahiran 21 April 1879 di Jepara. Ia sosok yang sangat berjasa dalam berjuang untuk kebangkitan perempuan yang ada di Indonesia. R.A Kartini saat itu mengkritisi bagaimana budaya Jawa yang menghambat perkembangan perempuan pada masa itu.

Melalui surat yang banyak ia tulis ia memberikan gagasan mengenai perjuangan perempuan. Sehingga seluruh perempuan di Indonesia bisa memperoleh ruang yang lebih berarti dari sebelumnya. Berkatnya, perempuan saat ini bisa mendapatkan kesetaraan hingga hak yang setara terutama dalam pendidikan.

2. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien adalah pahlawan wanita Indonesia kelahiran 29 Juni 1878 yang berasal dari Aceh. Dia berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Cut Nyak Dien sosok pahlawan wanita yang paling ditakuti oleh Belanda. Ia berhasil menyerang dan mendesak Belanda di Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh. Sosoknya dikenal sebagai wanita tangguh dan tidak menyerah dalam melawan Belanda meskipun suaminya Teuku Umar tertangkap. Ia terus berjuang bersama pasukannya sampai 1901.

3. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu merupakan pahlawan wanita Indonesia kelahiran 4 Januari 1800 di Nusa Laut, Maluku. Ia adalah sosok pahlawan wanita muda dari anak Kapitan Paulus Tiahahu yang membantu Kapitan Pattimura melawan Belanda pada 1917. Martha yang baru berusia 17 tahun sudah mengetahui rencana ayahnya melawan Belanda.

Ia sangat ingin ikut bertempur dengan ayahnya meskipun sang ayah melarang dirinya untuk ikut. Akhirnya, Martha tetap ikut berperan dalam perlawanan terbesar Maluku terhadap Belanda dan terlibat dalam pertempuran di daerah Ulat dan Ouw, Saparua.

3 dari 5 halaman

4. Dewi Sartika

Dewi Sartika adalah sosok pahlawan wanita Indonesia kelahiran 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat. Sosoknya dikenal sebagai wanita yang peduli dengan pendidikan terutama pada kaum perempuan. Dewi Sartika pernah membuat sekolah bernama Sekolah Istri di Pendopo pada 16 Januari 1904.

Kemudian sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri pada tahun 1910 dan berubah menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929. Sosoknya sangat berjasa dalam memperjuangkan pendidikan dan dianugerahi dengan gelar Orde van Oranje-Nassau. Dewi Sartika meninggal dunia pada 11 September 1947 dan diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966.

5. Cut Meutia

Cut Meutia adalah sosok pahlawan wanita Indonesia dan pejuang yang tangguh. Ia lahir di Keureutoe, Pirak Timu, Aceh Utara pada 15 Februari 1870 dan sosok perempuan yang turut berperang. Ia melakukan perlawanan pada Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad. Bahkan, ia terus berjuang dan melakukan perlawanan dengan sisa-sisa pasukannya hingga gugur pada 24 Oktober 1910.

6. Rasuna Said

Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia berasal dari keluarga bangsawan Minangkabau di mana ayahnya yang bernama Muhamad Said merupakan seorang saudagar Minangkabau sekaligus juga seorang aktivis. Ia gencar memperjuangkan agar kaum wanita di Indonesia memiliki kedudukan setara dengan pria. Beliau pernah bergabung dengan sebuah organisasi wanita bernama Sarekat Rakyat.

4 dari 5 halaman

7. Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati atau Keumalahayati merupakan seorang pejuang dan pahlawan kelahiran 1599 yang berasal dari Kesultanan Aceh. Ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah dan masih berkerabat dengan Sultan Aceh. Malahayati bersemangat dalam kelautan mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Ia memimpin sekitar 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).

Pahlawan wanita Indonesia ini berperang melawan kapal serta benteng Belanda dan membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa yang terjadi pada 11 September 1599 tersebut menunjukan keberanian Malahayati dan ia mendapatkan gelar Laksamana. Namun ia gugur pada 1615 saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso De Castro.

8. Fatmawati

Istri ketiga Presiden Soekarno ini memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Fatmawati adalah yang menjahit Bendera Merah Putih. Padahal, pada saat itu beliau tengah hamil tua. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan jahitan Bendera Merah Putih.

9. Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan

Siti Walidah dikenal pula sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Pahlawan wanita Indonesia ini memiliki keinginan untuk memberantas kebodohan dan diskriminasi bersama suaminya. Mereka berdua terinspirasi dari Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 93. Ia kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Aisyiyah bersama suaminya.

5 dari 5 halaman

10. Maria Walanda Maramis

Maria lahir di Kema, sebuah desa kecil yang sekarang berada di kabupaten Minahasa Utara, Kecamatan Kema (hasil pemekaran Kecamatan Kauditan) provinsi Sulawesi Utara.  Setelah dipinang oleh seorang guru yang mengajar bahasa Belanda serta mempelajari bahasa tersebut, ia kemudian memiliki ide untuk mengubah pola pikir masyarakat di daerahnya.

Beberapa peraturan adat Minahasa menurutnya mempersempit ruang gerak wanita untuk lebih maju. Ia kemudian mendirikan organisasi perempuan dengan nama Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya, atau PIKAT.

11. Siti Hartinah

Istri dari Presiden Soeharto atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Tien ini juga memiliki pengaruh di Indonesia. Wanita yang lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923. Salah satu gagasannya yang brilian adalah memberantas poligami bagi pejabat Indonesia. Ia juga turut memberi masukan dan ide dalam pembangunan tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

12. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang lahir di Desa Serang pada tahun 1762, ia merupakan salah satu anak dari pangeran penguasa Serang. Meski demikian, ia tak segan ikut mengusir penjajah di daerah Kulonprogo kala itu.

Peran salah satu pahlawan wanita Indonesia ini amat besar, yakni mengatur strategi dan taktik supaya kelompoknya menang dalam berperang. Salah satu taktik yang dianggap paling cemerlang adalah mengelabui musuh dengan menyamar menjadi semak memakai daun lambu.

13. Andi Depu

Andi Depu adalah pahlawan wanita Indonesia yang berhasil mempertahankan Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat dari penaklukan Belanda. Pada tahun 1942, ia mengibarkan bendera Merah Putih di awal kedatangan pasukan Jepang di Mandar. Berkat keberaniannya, ia mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

Lalu pada 10 November 2018, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan Abdurrahman Baswedan, Kasman Singodimedjo, Depati Amir, Sjam'un dan Pangeran Muhammad Noor.

14. Opu Daeng Risadju

Pahlawan wanita Indonesia berikutnya adalah Opu Daeng Risadju, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Ia merupakan seorang anggota keluarga bangsawan pada kerajaan Luwu. Opu Daeng Risadju memegang peranan penting dalam perjuangan kebangkitan nasional, serta masa revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Tanah Luwu, Sulawesi Selatan. Ia kerap kali dijuluki Srikandi Tanah Luwu.

15. Roehana Kudus

Rohana Kudus adalah pahlawan wanita Indonesia yang dilahirkan dengan nama Siti Ruhana pada tanggal 20 Desember 1884 di desa (nagari) Koto Gadang, Kabupaten Agam, di pedalaman Sumatera Barat, Hindia Belanda. 

Rohana Kuddus adalah wartawati pertama Indonesia. Pada 1911, Rohana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang. Saat aktif di bidang pendidikan, Rohana menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.