Sukses

4 Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid Adalah Sebagai Berikut, Jaga Kemurnian Al-Quran

Tajwid memungkinkan individu untuk membaca Al-Quran sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW.

Liputan6.com, Jakarta - Ilmu tajwid adalah ilmu dasar bagi seorang muslim untuk membaca Al-Quran dengan benar dan sesuai kaidah. Ini adalah disiplin ilmu yang memfokuskan perhatian pada pengucapan yang benar, intonasi yang tepat, dan aturan-aturan bacaan Al-Quran.

Tajwid memungkinkan individu untuk membaca Al-Quran sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW, sehingga bacaan tetap konsisten dan murni. Dalam Islam, mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah.

Dalam buku berjudul Modul Tajwid Al-Qur'an oleh Sutarto Hadi, Harja Santana Purba dan Rusdiansyah, fardhu kifayah dalam mempelajari ilmu tajwid adalah kewajiban yang minimal harus dipenuhi oleh satu orang agar semua orang di suatu tempat terbebas dari kewajiban tersebut.

Ada empat tujuan mempelajari ilmu tajwid dikutip dari buku berjudul Dasar-dasar Tajwid (2020) oleh Marzuki dan Sun Choirul Ummah. Tujuan paling utama mempelajari tajwid adalah menjaga kemurnian Al-Quran. Simak penjelasannya agar lebih memahami.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tujuan mempelajari ilmu tajwid yang dimaksudkan, Kamis (9/11/2023).

2 dari 5 halaman

1. Membaca Al-Quran dengan benar dan fasih

Mempelajari ilmu tajwid memiliki tujuan utama untuk membaca Al-Quran dengan benar dan fasih sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ini memiliki implikasi yang sangat penting dalam pemahaman dan penyampaian pesan-pesan Al-Quran. Membaca Al-Quran dengan benar berarti menghormati kitab suci dan mendekatkan diri pada ajaran Allah.

Ini memastikan bahwa pesan-pesan Al-Quran tidak hanya diucapkan secara mekanis, tetapi juga dipahami dengan baik, dan pemahaman itu disampaikan dengan benar.

Firman Allah dalam Surah Al Furqan ayat 32:

"Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar)."

Contoh praktik dari tujuan ini adalah ketika seorang individu belajar tajwid, mereka akan memperhatikan pengucapan huruf-huruf Arab dengan benar sesuai dengan tajwid. Sebagai contoh, dalam ilmu tajwid, ada aturan yang berkaitan dengan cara melafalkan huruf-huruf tertentu, seperti qalqalah atau idgham. Belajar tajwid akan membantu seseorang memahami dan mempraktikkan cara melafalkan huruf-huruf ini dengan benar.

Selain itu, mereka akan belajar cara membaca tanda-tanda bacaan, seperti tanda tajwid dan tanda-tanda bacaan lainnya, yang membantu dalam melafalkan kata-kata dengan benar. Sebagai contoh, tajwid mengajarkan cara membaca hamzah wasal, atau tasydid, dengan benar sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam ilmu tajwid.

3 dari 5 halaman

2. Memelihara lisan agar tidak keliru

Memelihara lisan agar tidak keliru membaca Al-Quran adalah salah satu tujuan penting dalam mempelajari ilmu tajwid. Pemahaman tajwid membantu seseorang untuk menghindari kesalahan dalam membaca Al-Quran yang bisa merubah makna dan pesan dari teks suci tersebut.

Sebagai contoh praktiknya, perhatikan "ta" (ت) dan "tha" (ث) atau "qaf" (ق) dan "kaf" (ك). Dalam ilmu tajwid, ada aturan-aturan yang jelas tentang cara melafalkan setiap huruf ini. Jika seseorang tidak memahami tajwid, mereka bisa keliru dalam mengucapkannya dan dapat mengubah makna ayat tersebut. Sebagai contoh, salah melafalkan huruf "ta" sebagai "tha" dalam kata yang seharusnya menggunakan "ta" dapat mengubah makna ayat dan merusak keakuratan bacaan.

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya,” (HR. Tirmidzi).

Selain huruf-huruf, tajwid juga memperhatikan tanda-tanda bacaan, seperti tanda tajwid, tanda waqf, dan tanda-tanda lainnya yang mempengaruhi cara bacaan. Praktik ini membantu individu untuk membaca dengan benar dan memahami kapan harus menghentikan bacaan dan mengakhiri frase dengan benar. Sebagai contoh, tajwid mengajarkan cara memperlambat bacaan saat menemui tanda waqf (tanda berhenti) untuk memahami struktur ayat dan makna yang disampaikan.

4 dari 5 halaman

3. Menggapai rida Allah SWT

Menggapai rida Allah SWT dan meraih ganjaran pahala besar adalah tujuan spiritual yang sangat penting dalam mempelajari ilmu tajwid. Ini lebih dari sekadar pembacaan fisik, melainkan merupakan upaya yang mendalam untuk mendekatkan diri pada Allah dan meresapi makna serta kebenaran pesan-pesan Al-Quran.

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 121:

“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Praktik yang terkait dengan tujuan ini melibatkan niat yang tulus dan tekad yang kuat untuk membaca Al-Quran dengan benar, mendapatkan ridha Allah. Contoh praktik yang konkret adalah ketika seseorang memahami tajwid dan menerapkannya dalam pembacaan Al-Quran, mereka melafalkan ayat-ayat dengan penuh khusyuk dan rasa takwa.

Ini melibatkan hati yang ikhlas dan niat untuk mendekatkan diri pada Allah, serta mengambil pelajaran dan petunjuk dari teks suci tersebut. Membaca Al-Quran dengan benar dan penuh rasa takwa juga dapat menjadi sarana untuk berdoa dan berintrospeksi, memohon keampunan, bimbingan, dan ridha Allah SWT.

5 dari 5 halaman

4. Menjaga kemurnian Al-Quran

Menjaga kemurnian Al-Quran melalui pemahaman ilmu tajwid adalah prinsip yang sangat penting dalam Islam. Terlepas dari keragaman budaya, bahasa, dan geografis, Al-Quran harus tetap murni dan konsisten sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ini adalah upaya untuk mempertahankan integritas teks suci dan menjaga kesinambungan pesan-pesan Allah di seluruh dunia.

Contohnya adalah ketika seseorang mempelajari tajwid, mereka belajar cara melafalkan huruf dan kata-kata Al-Quran sesuai dengan aturan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Misalnya, Nabi mengajarkan bagaimana melafalkan huruf-huruf Arab dengan benar, seperti "ha" (ه), "kha" (خ), atau "ain" (ع), dan tajwid membantu memahami dan mempraktikkan pengucapan yang benar.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu dengan panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari)