Sukses

China Tumbuhkan Primata Stem Cell Pertama, Lahir dengan Mata dan Jari Berwarna Hijau

Jadi Chimera Stem Cell Pertama di Dunia.

Liputan6.com, Jakarta Mengukir capaian luar biasa di dunia bioteknologi, para ilmuwan di Tiongkok baru-baru ini meraih terobosan signifikan dengan berhasil mengembangkan monyet chimeric, sebuah makhluk unik yang lahir dari dua embrio monyet Cynomolgus yang genetiknya berbeda. 

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Cell mengungkapkan bahwa bayi monyet tersebut menampilkan ciri-ciri fisik yang menakjubkan, dengan mata dan ujung jari yang berpendar hijau cerah. Pencapaian ini bukan hanya melampaui batas penelitian stem cell.

Namun juga membuka peluang baru dalam pemahaman penyakit manusia dan kontribusi pada upaya konservasi spesies primata yang terancam punah. Untuk informasi lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, pada Sabtu (11/11/2023).

2 dari 4 halaman

Keberhasilan Mengembangbiakan Chimera di Tiongkok

Para ilmuwan di Tiongkok telah mencapai terobosan signifikan dengan berhasil mengembangbiakan monyet chimeric, menciptakan makhluk ini melalui penggunaan sel induk embrionik. Makalah yang dipublikasikan di jurnal peer-review Cell pada hari Kamis menyatakan bahwa monyet ini lahir dari dua embrio monyet Cynomolgus yang berbeda secara genetik, dikenal sebagai kera pemakan kepiting. 

Kunci keberhasilan ini adalah penggunaan protein hijau fluoresensi untuk menyoroti pertumbuhan jaringan yang berasal dari sel induk embrionik. Studi ini dianggap sebagai langkah penting dalam penelitian sel induk, khususnya pada primata, yang dapat memiliki dampak besar pada pemahaman penyakit neurologis dan penelitian biomedis lainnya. 

Keberhasilan ini juga membuka peluang untuk pengembangan model monyet yang lebih akurat, memberikan kontribusi signifikan pada rekayasa genetika, serta memiliki potensi untuk konservasi spesies primata.

3 dari 4 halaman

Ciri Khas yang Mengagumkan: Mata Hijau dan Ujung Jari Bersinar

Salah satu aspek paling mencolok dari monyet chimeric ini adalah ciri-ciri fisik yang sangat tidak biasa. Dengan menggabungkan sel-sel embrionik dari dua monyet Cynomolgus yang berbeda secara genetik, para peneliti berhasil menciptakan bayi monyet dengan mata dan ujung jari yang berpendar dengan warna hijau cerah.

Penggunaan protein hijau fluoresensi memberikan keunggulan visual yang luar biasa, memungkinkan para ilmuwan melacak secara langsung di mana jaringan tersebut tumbuh dari sel induk embrionik.

Meskipun bayi monyet tersebut hanya hidup selama 10 hari sebelum di-eutanasia, pencapaian ini menciptakan pandangan baru terhadap kemungkinan pengembangan spesies chimera dengan proporsi sel tinggi dari garis sel induk.

 
4 dari 4 halaman

Peluang Mempelajari Penyakit Manusia yang Lebih Mendalam

Keberhasilan pengembangan monyet chimeric ini membawa peluang besar dalam memperdalam penelitian penyakit manusia. Dengan memiliki model monyet yang lebih akurat, terutama dalam mempelajari penyakit neurologis, penelitian ini membuka jalan untuk pemahaman lebih mendalam tentang mekanisme penyakit dan potensi pengembangan terapi yang lebih efektif.

Selain itu, keberhasilan ini juga memiliki dampak pada bidang rekayasa genetika dan konservasi spesies primata. Para peneliti berpendapat bahwa monyet chimeric memiliki potensi nilai yang sangat besar untuk konservasi spesies jika dapat diciptakan antara dua jenis spesies primata bukan manusia, terutama yang terancam punah. Dengan menyelidiki kontribusi sel donor dari spesies yang terancam punah ke garis keturunan, kemungkinan untuk menghasilkan hewan dari spesies ini melalui pembiakan menjadi suatu kenyataan yang menarik.

Meskipun keberhasilan ini menjadi tonggak bersejarah, para ilmuwan mengakui bahwa masih ada tantangan yang perlu diatasi. Efisiensi metode ini terbatas, dan hanya satu dari 12 kehamilan yang menghasilkan monyet chimeric hidup. Kesehatan satu-satunya monyet yang bertahan hidup juga memburuk setelah 10 hari dan akhirnya di-eutanasia.

Namun, harapan tetap tinggi, dengan peneliti berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi metode ini. Jika berhasil, hal ini tidak hanya akan memajukan penelitian biomedis, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan pada pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan spesies primata yang terancam punah. 

 

 

Â