Sukses

Mamalia Bertelur Ditemukan Kembali di Hutan Papua, Sempat Punah 62 Tahun

Fosil hidup dinyatakan punah muncul di gunung Papua.

Liputan6.com, Jakarta Sudah bukan rahasia mamalia berkembangbiak dengan cara beranak. Namun ada pengecualian terhadap makhluk purba yang kini kembali ditemukan dalam jenis Echidna atau yang punya kerabat dengan landak semut. Sempat dinyatakan punah 62 tahun, Echidna kembali muncul di hutan Papua.

Tepatnya di hutan pegunungan Cyclops, Provinsi Papua, keberadaan mamalia bertelur ini terungkap oleh  para peneliti dari Ekspedisi Cycloop. Mereka berhasil memotret Echidna Zaglossus attenboroughi, atau yang lebih dikenal sebagai ekidna moncong panjang David Attenborough. 

Mamalia unik mirip landak berduri ini terakhir kali tercatat pada tahun 1961, kini tiba-tiba muncul kembali di layar kaca, menunjukkan bahwa spesies yang diyakini punah ini masih bertahan.

Ini merupakan kali pertama ekidna dengan nama latin Zaglossus attenboroughi berhasil difoto dalam keadaan hidup. Mengingat sebelumnya spesies ini diyakini telah lenyap dari bumi. Tak heran jika penemuannya membutuhkan perjuangan besar. 

Berikut Liputan6.com mengulas penemuan mamalia bertelur Echidna yang sempat dinyatakan punah melansir dari BBC dan Ladbible, Sabtu (11/11/2023).

2 dari 4 halaman

Pasang 80 Kamera di Hutan Tangkap ‘Fosil Hidup’

Para ilmuwan dari Universitas Oxford memasang 80 kamera jejak yang berhasil merekam makhluk ini sedang menjelajahi lantai hutan yang rindang. Bukti kuat ditemukan pada hari terakhir ekspedisi empat minggu, membuktikan bahwa echidna berparuh panjang masih hidup di alam liar.

Echidna, bahkan dijuluki sebagai 'fosil hidup,' memiliki kehidupan malam yang aktif dan tinggal di liang. Mereka terkenal karena sifatnya yang sangat pemalu, dengan ciri-ciri unik seperti duri, bulu, cakar melengkung, dan makanan yang dikonsumsi melalui paruh ompong. Jantan ekidna bahkan memiliki penis bercabang empat.

"Alasan mengapa hewan ini tampak berbeda dari mamalia lain adalah karena ia merupakan anggota monotremata, kelompok bertelur yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 200 juta tahun yang lalu," ungkap ahli biologi James Kempton.

Rekaman luar biasa dari lebih dari 80 kamera jarak jauh mengungkapkan kehadiran ekidna ini, memberikan rasa euforia dan lega kepada para peneliti setelah pencarian yang panjang.

3 dari 4 halaman

Menyandang Nama Legenda Sejarawan David Attenborough

James Kempton, ahli biologi yang terlibat dalam penemuan ini, menggambarkan momen kegembiraannya menemukan ekidna moncong panjang David Attenborough. 

"Ada rasa euforia yang luar biasa, dan juga rasa lega setelah menghabiskan begitu lama di lapangan tanpa imbalan hingga hari terakhir. Saya berteriak kepada rekan-rekan saya yang masih tersisa… dan berkata 'kami menemukannya, kami menemukannya'. Saya berlari dari meja saya ke ruang tamu dan memeluk mereka." kata James kepada BBC News. 

Berita mengenai penemuan ini juga telah disampaikan kepada Sir David Attenborough. Ia dengan senang hati menerima kabar bahwa mamalia yang dinamai berdasarkan namanya masih hidup dan sehat.

4 dari 4 halaman

Warga Papua Menyebutnya Payangko

Warga Desa Yongsu Spari di kaki gunung mengenali hewan ini dengan nama payangko. Spesimen payangko pertama kali ditemukan oleh ahli botani Belanda pada tahun 1961 dan baru diberi nama pada tahun 1998.

Selain menghadirkan kembali spesies yang telah lama hilang seperti payangko, ekspedisi ini juga berhasil menemukan ratusan spesies lain yang diduga merupakan spesies baru dalam dunia ilmiah.

Pegunungan Cycloop, yang terletak di barat ibu kota Provinsi Papua, Jayapura, membuktikan menjadi tempat yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pegunungan ini membentang dari barat ke timur Provinsi Papua dan menjadi pembatas antara Danau Sentani dan Samudra Pasifik, dikenal dengan berbagai nama oleh warga setempat.

Ekspedisi ini memberikan harapan baru akan penemuan lebih banyak lagi dalam dunia biologi di daerah yang masih penuh misteri ini.

 

Â