Liputan6.com, Jakarta Taksonomi Bloom dan Kata Kerja Operasional merupakan konsep penting dalam dunia pendidikan. Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk menggolongkan dan mengorganisir tujuan pembelajaran ke dalam tingkat-tingkat yang berbeda. Sementara itu, Kata Kerja Operasional (KKO) adalah kata kerja yang spesifik dan dapat diukur yang menggambarkan perilaku konkret yang diharapkan dari siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Kata Kerja Operasional membantu mengoperasionalisasikan Taksonomi Bloom dalam penyusunan soal dan evaluasi. Kata Kerja Operasional ini membantu guru untuk membuat tujuan pembelajaran yang konkret dan dapat diukur. Misalnya, untuk tingkat Mengingat, contoh Kata Kerja Operasional seperti Mendefinisikan, Mengidentifikasi, atau Mendeskripsikan.Â
Memahami konsep Taksonomi Bloom dan Kata Kerja Operasional ini dapat memudahkan pendidik dalam merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Berikut ulasan tentang Kata Kerja Operasional yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (16/11/2023).
Advertisement
Relasi Taksonomi Bloom dan Kata Kerja Operasional
Taksonomi Bloom, yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956, menyajikan kerangka konsep yang memandu tahapan dan tingkat pemikiran yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan enam tingkatan, mulai dari pengetahuan hingga evaluasi, taksonomi ini membantu guru merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.Â
Revisi Taksonomi Bloom, yang diperkenalkan oleh Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001, memberikan perubahan signifikan dengan memasukkan pemikiran multidimensional dan memperluas domain kognitif. Revisi Taksonomi Bloom tidak hanya menambahkan tingkatan "memahami" yang menekankan pemahaman tingkat tinggi, tetapi juga memperluas domain afektif dan psikomotorik.
 Dengan mengakui bahwa proses berpikir tidak selalu linear, revisi ini memberikan pandangan yang lebih holistik terhadap pembelajaran. Keseluruhan, Revisi Taksonomi Bloom memberikan kerangka konseptual yang jelas dan struktur dalam proses pembelajaran dan penilaian, memandu guru dalam perencanaan pembelajaran yang terarah dan sesuai dengan level pemahaman siswa.
Kata Kerja Operasional (KKO) menjadi penting dalam penerapan Taksonomi Bloom karena membantu mengoperasionalisasikan konsep-konsep tersebut dalam konteks pembelajaran sehari-hari. KKO adalah jenis kata kerja yang menggambarkan tindakan atau operasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menggunakan KKO, guru dapat merinci aktivitas nyata yang melibatkan pemahaman dan penerapan konsep-konsep taksonomi. Sebagai contoh, KKO dapat membantu merumuskan pertanyaan evaluasi atau membuat soal yang sesuai dengan tingkatan taksonomi yang diinginkan.
Secara keseluruhan, hubungan antara Taksonomi Bloom dan Kata Kerja Operasional adalah bahwa KKO membantu menghadirkan tingkatan taksonomi ke dalam konteks praktis pembelajaran. KKO memberikan representasi konkret dari konsep-konsep taksonomi dalam tindakan nyata, memungkinkan guru untuk merancang penilaian yang sesuai dan menggambarkan aktivitas siswa secara spesifik sesuai dengan tingkatan taksonomi yang diinginkan.
Advertisement
Kata Kerja Operasional dalam Ranah Kognitif
Kata Kerja Operasional (KKO) dalam ranah kognitif, berdasarkan Taksonomi Bloom, memainkan peran penting dalam mengukur pemahaman dan penerapan konsep pada tingkat pemikiran siswa. Taksonomi Bloom membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga domain, di antaranya ranah kognitif yang menitikberatkan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir.
Dalam ranah kognitif, KKO membantu merinci perilaku siswa yang diharapkan muncul setelah mereka melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. KKO membentuk indikator penilaian yang lebih terukur dibandingkan dengan indikator pencapaian kompetensi, membantu guru, peserta didik, dan pengawas dalam menilai pemahaman siswa.
Contoh KKO dalam ranah kognitif mencakup berbagai tingkatan Taksonomi Bloom
Pengetahuan (C1)
- Mengutip
- Menyebutkan
- Menjelaskan
- Menggambar
- Membilang
- Mengidentifikasi
- Mendaftar
- Menunjukkan
- Memberi label
- Memberi indek
- Memasangkan
- Menamai
- Menandai
- Membaca
- Menyadap
- Menghafal
- Menim
- Mencatat
- Mengulang
- Mereproduksi
- Meninjau
- Memilih
- Menyatakan
- Mempelajari
- Mentabulasi
- Memberi kode
- Menelusuri
- Menulis
Pemahaman (C2)
- Memperkirakan
- Menjelaskan
- Mengkategorikan
- Mencirikan
- Merinci
- Mengasosiasikan
- Membandingkan
- Menghitung
- Mengkontrasikan
- Mengubah
- Mempertahankan
- Menguraikan
- Menjalin
- Membedakan
- Mendiskusikan
- Menggali
- Mencontohkan
- Menerangkan
- Mengemukakan
- Mempolakan
- Memperluas
- Menyimpulkan
- Meramalkan
- Merangkum
- Menjabarkan
Penerapan (C3)
- Menugaskan
- Mengurutkan
- Menentukan
- Menerapkan
- Menyesuaikan
- Mengkalkulasi
- Memodifikasi
- Mengklasifikasi
- Menghitung
- Membangun
- Mengurutkan
- Membiasakan
- Mencegah
- Menentukan
- Menggambarkan
- Menggunakan
- Menilai
- Melatih
- Menggali
- Mengemukakan
- Mengadaptasi
- Menyelidiki
- Mengoperasikan
- Mempersoalkan
- Mengkonsepkan
Analisis (C4)
- Menganalisis
- Mengaudit
- Memecahkan
- Menegaskan
- Mendeteksi
- Mendiagnosis
- Menyeleksi
- Memerinci
- Menominasikan
- Mendiagramkan
- Mengkorelasikan
- Merasionalkan
- Menguji
- Mencerahkan
- Menjelajah
- Membagankan
- Menyimpulkan
- Menemukan
- Menelaah
Kata Kerja Operasional dalam KKO Ranah Afektif
Kata Kerja Operasional (KKO) dalam ranah afektif memainkan peran utama dalam mengukur dan mengembangkan sikap, minat, serta respons emosional siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Ranah Afektif menyoroti aspek perasaan dan emosi, termasuk minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Indikator afektif membentuk sikap yang diharapkan terjadi selama dan setelah siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
KKO dalam ranah afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional yang mencerminkan perilaku siswa terkait dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini mencakup hal-hal seperti berlaku jujur, peduli, tanggung jawab, dan sebagainya. Selain itu, indikator afektif juga menekankan pengembangan keterampilan sosial, seperti bertanya, menyumbangkan ide, berpendapat, menjadi pendengar yang baik, dan berkomunikasi.
Beberapa contoh kata kerja operasional afektif mencakup,
Menerima (Al)
- Memilih
- Mempertanyakan
- Mengikuti
- Memberi
- Menganut
- Mematuhi
- Meminati
Menanggapi (A2)
- Menjawab
- Membantu
- Mengajukan
- Mengkompromikan
- Menyenangi
- Menyambut
- Mendukung
- Mendukung
- Menyetujui
- Menampilkan
- Melaporkan
- Memilih
- Mengatakan
- Memilah
- Menolak
Menilai (A3)
- Mengasumsikan
- Meyakini
- Melengkapi
- Meyakinkan
- Memperjelas
- Memprakarsai
- Mengimani
- Mengundang
- Menggabungkan
- Memperjelas
- Mengusulkan
- Menekankan
- Menyumbang
Mengelola (A4)
- Menganut
- Mengubah
- Menata
- Mengklasifikasikan
- Mengkombinasikan
- Mempertahankan
- Membangun
- Membentuk pendapat
- Memadukan
- Mengelola
- Bernegosiasi
- Berdiskusi
Advertisement
Kata Kerja Operasional dalam Ranah Psikomotor
Kata Kerja Operasional (KKO) dalam ranah psikomotorik memiliki peran sentral dalam mengukur dan mengembangkan keterampilan motorik siswa. Ranah Psikomotor menitikberatkan pada perilaku fisik dan keterampilan motorik, seperti menulis, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Indikator psikomotorik mencerminkan perilaku yang diharapkan terjadi setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Tekstual ini juga menyajikan tujuan dari Ranah Psikomotor, yang diklasifikasikan menjadi lima kategori menurut Davc (1970) sebagai berikut.
Peniruan
- Siswa mengamati suatu gerakan dan memberikan respons serupa.
- Pengurangan koordinasi dan kontrol otot-otot saraf.
- Peniruan biasanya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
Manipulasi
- Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, dan gerakan-gerakan pilihan melalui latihan.
- Siswa menampilkan sesuatu sesuai dengan petunjuk, tidak hanya meniru tingkah laku.
Ketetapan
- Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian tinggi dalam penampilan.
- Respon-respon lebih terkoreksi, dan kesalahan dibatasi pada tingkat minimum.
Artikulasi
- Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat.
- Mencapai konsistensi internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda.
Pengalamiahan
- Mencapai tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
- Tingkah laku ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
- Gerakan dilakukan secara rutin.
Â