Sukses

Masjid Qiblatain dan Sejarahnya Sebagai Saksi Perpindahan Arah Kiblat

Masjid Qiblatain dikenal juga dengan sebutan masjid dengan dua arah kiblat.

Liputan6.com, Jakarta Masjid Qiblatain merupakan salah satu masjid terkenal di Madinah. Pada awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Masjid ini menjadi saksi perpindahan arah kiblat umat Islam.

Masjid Qiblatain dikenal juga dengan sebutan masjid dengan dua arah kiblat. Lokasinya berada di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Tepatnya yaitu di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah.

Masjid Qiblatain berjarak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Qiblatain ini merupakan salah satu tempat ziarah yang cukup terkenal. Masjid ini biasa dikunjungi oleh jemaah haji dan umrah dari seluruh dunia.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/11/2023) tentang Masjid Qiblatain.

2 dari 4 halaman

Mengenal Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah di Madinah yang dikenal dengan dua arah kiblatnya. Masjid yang dulu bernama Masjid Bani Salamah itu menjadi saksi perpindahan arah kiblat umat Islam. Masjid Qiblatain terletak di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah.

Masjid Qiblatain mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Masjid ini terletak sekitar 7 kilometer dari Masjib Nabawi di Madinah.

Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Kini bangunan Masjid Qiblatain memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina) yang umumnya digunakan oleh Imam salat.

3 dari 4 halaman

Setelah Renovasi

Setelah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi, Masjid Qiblatain dibangun dengan memfokuskan satu mihrab yang menghadap Ka’bah di Makkah dan meminimalisir mihrab yang menghadap ke Yerusalem, Palestina. Ruang mihrab mengadopsi geometri ortogonal kaku dan simetri yang ditekankan dengan menggunakan menara kembar dan kubah kembar.

Kubah utama yang menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua adalah palsu yang dijadikan sebagai pengingat sejarah saja. Ada garis silang kecil yang menunjukkan transisi perpindahan arah. Di bawahnya terdapat replika mihrab tua yang menyerupai ruang bawah kubah batu di Yerusalem, bernuansa tradisional. 

Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya pada tahun 893 H atau 1543 M. Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jemaah haji dan umrah dari seluruh dunia. Jadi, kamu tentunya perlu mengetahui sejarah dari Masjid Qiblatain bagaimana bisa memiliki dua kiblat.

4 dari 4 halaman

Sejarah Masjid Qiblatain Sebagai Saksi Perpindahan Arah Kiblat

Melansir laman Kemenag, asal-usul masjid Qiblatain ini diawali dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW beserta beberapa sahabat ke Salamah untuk menenangkan Ummu Bishr binti al-Bara yang ditinggal mati keluarganya. Ketika itu bulan Rajab tahun 2 Hijriah, Rasulullah salat Zuhur di Masjid Bani Salamah. Ia mengimami para jamaah.

Dua rakaat pertama salat Zhuhur masih menghadap Baitul Maqdis (Palestina), sampai akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika lelaki dijuluki Al-Amin ini baru saja menyelesaikan rakaat kedua. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144).

Begitu menerima wahyu ini, Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jemaah melanjutkan salat Zuhur menghadap Masjidil Haram, di mana tadinya menghadap Baitul Maqdis. Namun Rasulullah SAW tetap melanjutkan rakaat kedua bersama makmum (pengikut salat).

Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari Madinah), menuju Masjidil Haram (menghadap arah selatan dari Madinah). Masjid Bani Salamah ini pun dikenal sebagai Masjid Qiblatain atau Masjid Dua Kiblat.­­­

Pada awalnya, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah yang dibangun pada masa Nabi Adam AS, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 96:

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Sedangkan Al Quds atau disebut juga sebagai Baitul Maqdis, ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari bangsa Israel. Al Quds berada di sebelah Utara. Adapun Baitullah di Makkah di sebelah Selatan sehingga keduanya saling berhadapan.