Sukses

8 Tarian Daerah Kalimantan Barat yang Wajib Diketahui, Cerminkan Budaya dan Kepercayaan

Kalimantan Barat mempunyai banyak tarian, mulai dari monong, pingan, jonggan, sampai bopureh.

Liputan6.com, Jakarta Setiap daerah atau suku bangsa, memiliki ciri khas sendiri dalam tarian daerahnya yang mencerminkan sejarah, budaya, kepercayaan, dan gaya hidup masyarakat setempat khususnya di Kalimantan Barat. 

Tarian daerah Kalimantan Barat bukan hanya sebagai bentuk seni, tetapi juga sebagai pewaris nilai-nilai dan sejarah budaya. Melalui pertunjukan-pertunjukan yang memukau, masyarakat Kalimantan Barat terus berusaha menjaga dan melestarikan keberagaman budaya mereka.

Dengan tetap menghargai dan mempraktikkan tarian-tarian tradisional ini, tarian daerah Kalimantan Barat menggambarkan kekayaan warisan budaya, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka sebagai bangsa Indonesia.

Tarian daerah Kalimantan Barat sering kali diwariskan dari generasi ke generasi, dan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya. Karakteristik tarian daerah biasanya mencakup gerakan tubuh yang khas, kostum yang menggambarkan tradisi lokal, serta musik atau alat musik yang digunakan sebagai pengiring. 

Berikut ini sejumlah tarian daerah Kalimantan Barat yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (24/11/2023). 

 

2 dari 4 halaman

1. Tari Zapin

Tarian Zapin adalah tarian adat Kalimantan Barat, yang menyajikan keindahan gerak khas dan mendalam. Berakar dari kebudayaan Melayu dengan sentuhan pengaruh budaya Arab, Zapin memiliki makna yang lebih dari sekadar gerakan fisik.

Mengutip dari laman Warga Masyarakat, zapin berasal dari kata Zafn, memiliki arti menggerakkan kaki dengan cepat sesuai dengan irama. Tarian ini diadaptasi dari agama Islam, dan digunakan sebagai media dakwah pada masa lalu. Seiring waktu, Zapin menjadi tidak hanya sebuah gerak, tetapi juga simbol penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat.

Meskipun berakar dari kebudayaan Melayu, Zapin memiliki pengaruh budaya Arab yang terasa dalam gerakan dan makna tarian. Musik pengiringnya sederhana, menggunakan gambus dan tiga buah marwas. Keunikan tarian ini terletak pada kesederhanaan musiknya, yang menguatkan kesan spiritual dan historis.

Awalnya hanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi seiring waktu perempuan pun turut serta, dalam menampilkan Tari Zapin. Tarian ini kini tidak hanya dibawakan oleh kelompok laki-laki atau perempuan saja, melainkan juga dalam gabungan keduanya, menciptakan harmoni yang indah.

2. Tari Kondan

Sulawesi Barat menyajikan keberagaman tarian adat, dan di antaranya adalah Tari Kondan. Tarian ini, yang diadakan untuk menghibur dan meramaikan suasana, menciptakan euforia kebahagiaan di kalangan masyarakat setempat. Tari Kondan memiliki tujuan mendasar untuk memberikan hiburan, dan menghangatkan suasana suka cita dalam masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, tarian ini sering diselingi dengan penari yang saling melontarkan pantun, membentuk lingkaran, dan saling bergantian, menambah keseruan pertunjukan. Tiga jenis alat musik, yaitu gong, gendang, dan dau, mengiringi Tari Kondan. Para Proma, sekelompok laki-laki yang berjumlah empat hingga lima orang, berperan sebagai pengiring utama. Dengan tarian yang bersifat suka cita, Tari Kondan sering ditemukan dalam berbagai acara penting di Sulawesi Barat.

3. Tari Monong

Tari Monong adalah tarian adat Kalimantan Barat yang membawa makna lebih sakral. Melibatkan elemen penyembuhan dan penolakan terhadap penyakit, tarian ini dilakukan oleh dukun setempat sebagai bentuk ritual untuk kesejahteraan individu. Tari Monong tidak sekadar sebagai ungkapan syukur, melainkan juga sebagai upaya untuk menyembuhkan atau menangkal penyakit. Hanya dukun setempat yang memiliki kewenangan dan pengetahuan, untuk melaksanakan tarian ini. Mantra dan jampi-jampi diucapkan sepanjang tarian, menciptakan suasana sakral yang mendalam.

 

3 dari 4 halaman

4. Tari Adat Dayak Pesaguan

Tarian Adat Dayak Pesaguan mencerminkan keindahan gerakan yang bermakna. Dengan pelaksanaan yang melibatkan enam penari, termasuk empat orang wanita dan dua orang laki-laki, tarian ini menjadi sarana penyambutan tamu terhormat dan ekspresi syukur atas nikmat Tuhan. Tarian ini diartikan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak. Selain menyambut tamu dan memberikan gelar, Tari Adat Dayak Pesaguan menjadi simbol kekayaan budaya dan spiritualitas dalam setiap gerakannya.

5. Tari Kinyah Uut Danum

Kinyah Uut Danum merupakan tarian bertemakan perang, yang menyertakan teknik-teknik bela diri. Awalnya digunakan sebelum berburu kepala musuh, tarian ini kemudian menjadi bagian dari acara formal. Tarian ini memerlukan keterampilan khusus karena melibatkan penggunaan Mandau, senjata khas suku Dayak. Meskipun awalnya memiliki konteks mengerikan, seiring waktu, Tari Kinyah Uut Danum menjadi pertunjukan formal yang menunjukkan keseimbangan antara seni dan kewarrioran.

6. Tari Jonggan

Tari Jonggan yang berasal dari daerah Kubu Raya, Rumpawah, mewakili kegembiraan dan ungkapan syukur masyarakat Dayak Kanayatn. Melibatkan partisipasi tamu untuk menari bersama, tarian ini menghadirkan keceriaan kolektif. Tari Jonggan menggambarkan suka cita para muda mudi, di mana tamu yang datang diundang untuk bergabung dalam tarian. Setiap gerakan tarian menyiratkan rasa syukur, yang diarahkan kepada Tuhan, menjadi bentuk ungkapan kegembiraan masyarakat.

Tarian ini disertai oleh tiga jenis musik, menciptakan atmosfer yang meriah. Mulai dari Gedebog (gendang), Dau (gamelan), hingga suling bambu.  Setiap alat musik memberikan dimensi yang kaya pada Tari Jonggan, di mana memperkuat pengalaman pertunjukan. Melalui Tari Jonggan, masyarakat Dayak Kanayatn merayakan kehidupan dengan kegembiraan dan syukur. Keindahan gerakan dan harmoni musiknya, menciptakan pengalaman seni yang tak terlupakan bagi para penonton.

 

 

 

4 dari 4 halaman

7. Tari Bopureh

Tarian Bopureh dari Kalimantan Barat menyajikan narasi, mengenai pasangan yang terhalang oleh budaya dan silsilah, menciptakan kisah cinta yang terhimpit oleh norma-norma adat. Sejak zaman dahulu, suku Dayak dikenal memiliki beragam sub-etnis, masing-masing dengan aturan sendiri.

Beberapa suku memiliki kebijakan untuk menikah dalam lingkungan yang sama, menjaga keutuhan sub-etnis dan kelancaran pewarisan budaya. Salah satu suku yang memegang teguh kebijakan ini adalah suku Dayak Jangkang, dan dari situlah Tari Bopureh mengambil inspirasi namanya.

Tarian ini dipersembahkan oleh lima pasang penari, di mana satu pasang menggambarkan sepasang kekasih yang sedang merajut cinta, sementara pasangan lainnya berperan sebagai perhiasan. Setiap penari mengenakan kostum tradisional suku Dayak Kalimantan Barat dan melibatkan kain berwarna-warni yang memukau.

Dalam setiap gerakan, Tari Bopureh menggambarkan kompleksitas hubungan antar-pasangan dan konflik yang muncul akibat aturan sosial, dan silsilah yang menghalangi cinta sejati. Meskipun terlihat sebagai pertunjukan seni yang memukau, tarian ini juga memuat pesan mendalam tentang keterikatan antara cinta dan budaya, dalam kehidupan masyarakat Dayak Kalimantan Barat.

8. Tari Pingan

Eksotisme dan Sejarah dalam Gerakan PiringTarian Pingan, yang juga dikenal sebagai Tari Piring, merupakan warisan khas suku Dayak Mualang di Kalimantan Barat. Dengan menggunakan piring sebagai elemen sentral, tarian ini memancarkan keeksotisan dan sejarah kaya. Tarian Pingan berasal dari suku Dayak Mualang, terletak di kecamatan Belitang Hilir. Awalnya menggunakan wadah berbahan batu atau tanah liat, kini penggunaan piring beling menggantikan "Pingan" yang langka.

Perkembangan ini mencerminkan adaptasi dan kelangsungan tarian dalam zaman modern. Dulu, piring yang digunakan terbuat dari tanah liat atau batu, namun kini menggunakan piring beling dengan ketentuan warna putih polos dan ukuran diameter tertentu. Tari Piring tidak hanya sebuah pertunjukan, melainkan juga ekspresi sejarah, keberlanjutan, dan keunikan budaya Dayak Mualang.