Liputan6.com, Jakarta - Khutbah Jumat adalah bagian penting dari sholat Jumat yang mengandung unsur nasihat, pengajaran, serta ajakan untuk berbuat kebaikan. Dalam sholat Jumat, setelah dua rakaat pertama yang dilakukan secara berjamaah, khutbah Jumat disampaikan oleh khatib atau penceramah di hadapan jemaah yang hadir sebagai renungan.
Dalam buku "Fiqh Islam" yang ditulis oleh H. Sulaiman Rasjid, seorang ulama lulusan Universitas Al Azhar, khutbah Jumat adalah momen khatib memberikan ceramah agama yang berfokus pada pesan-pesan keagamaan, memotivasi umat untuk meningkatkan keimanan, memperkuat nilai-nilai moral, dan menginspirasi untuk berbuat kebaikan.
Advertisement
Baca Juga
Memasuki akhir dan awal tahun, tema yang cocok untuk mengisi khutbah Jumat renungan adalah menyoal introspeksi diri, upaya memperbaiki diri, berlomba-lomba dalam kebaikan. Lalu, menjaga ketakwaan, melawan godaan setan, mengingat kematian, hingga jihad fi sabilillah. Simak penjabaran lengkapnya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang khutbah Jumat renungan di awal dan akhir tahun lengkap dalilnya, Senin (4/12/2023).
1. Introspeksi Diri
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Alhamdulillah, kita telah disampaikan kesempatan oleh Allah SWT untuk menjalani hari yang berarti sebagai peralihan tahun yang lalu menuju tahun yang baru. Saat seperti ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk merenungkan perjalanan hidup kita, memperbaiki diri, dan merencanakan langkah ke depan yang lebih baik.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk selalu melakukan introspeksi diri, mengevaluasi perbuatan, dan memperbaiki diri di setiap langkah perjalanan hidup. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, "Renungkanlah amalan-amalan kamu pada hari Jumat dan hari Sabtu, tetapi jangan kamu renungkan pada hari Ahad karena itu adalah hari yang fitrah (asalnya), dan pada hari itu Allah menciptakan Adam." Hal ini menunjukkan pentingnya merenungkan perjalanan spiritual kita, terutama menjelang awal dan akhir tahun.
Kita perlu mengintrospeksi amal perbuatan yang telah dilakukan selama tahun yang berlalu. Apakah kita telah menjalankan kewajiban kita kepada Allah SWT dan sesama dengan sebaik-baiknya? Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Hashr ayat 18, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dalam merenungkan perjalanan hidup, mari kita perbaiki diri kita ke arah yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang tidak akan sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." Ini mengajarkan kita untuk merenungkan cara kita berinteraksi dengan sesama, memperkuat persaudaraan, dan meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat.
Ma'asyiral Muslimin, dalam menyambut awal tahun yang baru, marilah kita merenungkan ayat dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rum ayat 41, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." Ayat ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita dalam menjaga bumi dan lingkungan, serta bagaimana perbuatan kita berdampak pada alam sekitar.
Dalam menghadapi awal tahun yang baru, marilah kita memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah kita, dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan sesama. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk menjadi individu yang lebih baik di tahun yang baru.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2. Memperbaiki Diri
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Setiap peralihan tahun merupakan momen yang berharga bagi kita. Momen di mana kita merenungkan perjalanan hidup kita yang telah berlalu dan merencanakan langkah ke depan yang lebih baik. Rasulullah SAW memberikan petunjuk penting terkait upaya memperbaiki diri dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, "Sesungguhnya manusia adalah musuh yang paling besar bagi dirinya sendiri. Keutamaan manusia yang paling mulia adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berusaha memperbaiki diri."
Dalam merenungkan akhir tahun, marilah kita mengintrospeksi diri. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Hashr ayat 18, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Introspeksi diri adalah kunci untuk memahami perbuatan kita, memperbaiki kesalahan, dan memperkuat ketaqwaan kepada Allah SWT.
Saat kita menyambut awal tahun yang baru, mari kita mengambil langkah-langkah konkrit untuk memperbaiki diri. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan ibadah kita. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, "Perintah yang pertama kali diwajibkan kepada umatku adalah sholat. Barangsiapa yang memelihara sholatnya, maka ia telah memelihara agamanya, dan barangsiapa yang tidak memeliharanya, maka ia telah merusak agamanya." Kita perlu memperkuat hubungan kita dengan Allah melalui ketaatan dalam ibadah.
Selain itu, dalam merenungkan awal tahun yang baru, marilah kita perbaiki hubungan kita dengan sesama. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim, "Tidak masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." Hal ini mengajarkan kita untuk menjaga hati yang lapang, menghapuskan sikap sombong, dan merangkul persaudaraan sesama muslim dengan penuh kasih sayang.
Ma'asyiral Muslimin, memperbaiki diri adalah perjalanan yang terus-menerus. Kita perlu melakukan evaluasi secara berkala, mengoreksi kesalahan, dan berusaha meningkatkan kualitas diri. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk menjadi individu yang lebih baik di tahun yang baru.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Advertisement
3. Berlomba dalam Kebaikan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Tatkala kita memasuki pergantian tahun, kita diingatkan akan pentingnya merenungkan perjalanan hidup kita dan merencanakan langkah kebaikan ke depan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 148, "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah) ke mana ia menghadap, maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya perlombaan dalam kebaikan.
"Seandainya manusia mengetahui (kebaikan) apa yang terdapat pada panggilan sholat dan saf pertama lalu mereka tidak dapat meraihnya melainkan dengan mengundi, tentulah mereka akan mengundinya. Seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada bersegera melaksanakan sholat tentulah mereka akan berlomba untuk melakukannya dan seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada Atmah (salat Iya) dan Subuh tentulah mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak." (HR. Al-Bukhari)
Memasuki tahun yang baru, marilah kita bersaing dalam melakukan kebaikan. Mulailah dari hal-hal kecil seperti senyum kepada sesama, memberikan sedekah, atau menolong yang membutuhkan.
Diceritakan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.”
Ma'asyiral Muslimin, perlombaan dalam kebaikan tidaklah hanya tentang jumlah atau tingkat kesulitannya. Allah SWT lebih melihat keikhlasan dan ketulusan hati kita dalam berbuat kebaikan. Sekecil apapun amal kebaikan yang kita lakukan, jika dilandaskan dengan niat yang tulus karena Allah, itu sangat bernilai di hadapan-Nya.
Kita juga diajarkan dalam Islam untuk tidak iri kepada kebaikan yang diperoleh oleh orang lain. Sebaliknya, Rasulullah SAW mengajarkan untuk bersyukur dan mendoakan kebaikan bagi mereka. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 114, "Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh."
Dalam tahun yang baru ini, marilah kita bersaing dalam melakukan kebaikan, bukan sekadar untuk mendahului orang lain, namun untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan keberkahan dalam hidup kita.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
4. Melawan Hawa Nafsu
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Ketika kita menghadapi awal tahun yang baru, ini merupakan momen yang tepat untuk merenungkan diri kita dan mengevaluasi hubungan kita dengan hawa nafsu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 53, "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu akan selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku."
Hawa nafsu adalah musuh terbesar yang seringkali menggoda dan mengarahkan kita pada perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Abu Malik Al Asyari meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Musuhmu yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di antara lambungmu, anakmu yang keluar dari tulang rusukmu, istrimu yang kamu gauli, dan sesuatu yang kamu miliki.” (HR Al Baihaqi)
Di dalam diri kita, terdapat dorongan-dorongan untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak selaras dengan ajaran agama. Namun, Allah SWT telah memberikan kita akal dan kekuatan untuk melawan dorongan hawa nafsu tersebut. Dalam menjalani kehidupan, kita dituntut untuk senantiasa mengendalikan hawa nafsu agar tidak menjauhkan kita dari jalan yang benar.
Rasulullah SAW memberikan contoh betapa pentingnya melawan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling utama adalah umat yang selamat dari keburukan lisan dan tangannya. Mukmin paling utama keimanannya adalah yang paling baik perilakunya. Muhajirin paling utama adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. Jihad paling utama adalah jihad melawan nafsu sendiri karena Allah.” (HR. Ahmad, Al Tirmidzi, dan Abu Dawud)
Ini menunjukkan bahwa perjuangan melawan dorongan-dorongan hawa nafsu adalah salah satu bentuk jihad yang sangat utama.
Selain itu, menjaga diri dari hawa nafsu juga merupakan bagian dari usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Firman-Nya dalam Al-Qur'an Surah Al-Qiyamah ayat 2-3, "Dan tidak, aku bersumpah demi jiwa yang teguh, bahwa sesungguhnya kemenangan adalah bagi orang yang mensucikan diri (dari perbuatan buruk dan meneladani akhlak yang baik)."
Dalam pergantian tahun yang baru ini, mari kita tingkatkan kesadaran kita akan hawa nafsu yang seringkali menghalangi kita dari kebaikan. Perjuangan melawan hawa nafsu adalah proses yang terus-menerus, tetapi setiap langkah yang kita ambil dalam mengendalikan diri akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
5. Menjaga Ketakwaan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Saat kita memasuki awal tahun yang baru, adalah saat yang tepat untuk merenung dan mengevaluasi tingkat ketakwaan kita kepada Allah SWT. Ketakwaan merupakan landasan utama dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Hasyr Ayat 7, "Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya."
Ketakwaan bukan hanya tentang melakukan ibadah, tetapi juga tentang menjaga kesadaran kita terhadap Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Dari Abu Dzar RA, Nabi SAW pernah berpesan kepadanya:
"Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah dalam urusanmu yang rahasia maupun yang terang terangan. Jika kamu berdoa, berdoalah dengan baik! Janganlah kamu meminta sesuatu apapun kepada orang lain! Jangan kamu menyimpan amanat ; dan janganlah kamu memberi keputusan di antara dua orang!" (HR Ahmad)
Ketakwaan juga mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan sesama. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu."
Perjalanan menuju kesempurnaan takwa adalah upaya yang terus-menerus. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis mengajarkan bahwa takwa bukanlah tentang eksternalitas, tetapi lebih pada kebersihan hati dan batin.
Abu Dzar dan Mu'adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Bertakwalah kepada Allah bagaimanapun keadaanmu! Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik yang akan menghapusnya! Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik." (HR At-Tirmidzi)
Dalam menjalani tahun yang baru ini, mari kita tingkatkan kesadaran kita akan pentingnya takwa dalam setiap langkah kehidupan kita. Melalui upaya menjaga ketakwaan, kita dapat menjadi individu yang lebih baik, yang selalu ingat kepada Allah dalam segala situasi, baik senang maupun susah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
6. Melawan Godaan Setan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Ketika kita memasuki awal tahun yang baru, mari kita melakukan renungan dan introspeksi diri terkait perjuangan melawan godaan setan. Setan adalah musuh yang jelas dalam ajaran Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa' Ayat 76, "Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah."
Namun, kita juga diberi peringatan dalam Surah An-Nisa ayat 119 bahwa setan memiliki kekuasaan untuk menggoda manusia. "Dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).” Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata."
Setan terus berusaha menghalangi manusia dari jalur yang benar, dari ibadah kepada Allah SWT, dan dari kebaikan. Perjuangan melawan godaan setan adalah bagian dari perjalanan kita sebagai manusia.
Dalam menghadapi godaan setan, Allah SWT memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an Surah Al-Imran ayat 135, "Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat Allah lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka."
Kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk berlindung kepada Allah SWT dari godaan setan. Dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 200, Allah berfirman, "Dan jika kamu ditimpa gangguan dari setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Saat memasuki tahun baru ini, mari kita tingkatkan perjuangan kita melawan godaan setan dengan memperbanyak ibadah, memperkuat iman, dan terus memohon perlindungan serta petunjuk dari Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari godaan setan dan menjadikan kita hamba yang teguh dalam menjalankan kebaikan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
7. Mengingat Kematian
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Saat kita memasuki awal tahun yang baru, mari kita merenungkan kepastian yang tak terelakkan, yaitu kematian. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 185, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh, ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
Salah satu laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Yang paling baik akhlaknya di antara mereka." "Mukmin manakah yang paling cerdas?", tanya lelaki itu. Beliau menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas." (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Haitsamiy)
Mengingat kematian adalah salah satu amal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Kematian adalah hakikat yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan." (HR. Tirmizi)
Perenungan terhadap kematian dapat memberikan kita pengertian yang mendalam akan akhirat dan akan memperkuat motivasi untuk berbuat kebaikan.
Perenungan ini akan membantu kita mempersiapkan diri dan memperbaiki amal di hadapan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Mulk ayat 2, Allah berfirman, "Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa di antara kalian yang terbaik amalnya."
Memahami bahwa hidup ini sementara dan kematian adalah kepastian dapat membantu kita menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Mari kita gunakan waktu yang Allah anugerahkan kepada kita untuk berbuat kebaikan, beribadah, dan memperbaiki diri agar dapat menjadi hamba yang lebih baik di hadapan-Nya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Advertisement
8. Tujuan Kehidupan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Saat kita menapaki awal tahun yang baru, adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan tujuan sejati di balik kehidupan yang Allah anugerahkan kepada kita. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun, ibadah bukan hanya terbatas pada ritual-ritual formal, melainkan juga termasuk amal-amal kebaikan, sikap dan perilaku yang mencerminkan ketakwaan kepada-Nya.
"Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan". (Hr. Tirmidzi).
Dalam mencapai tujuan hidup ini, Allah memberikan petunjuk yang jelas melalui ajaran-Nya. Tujuan hidup sejati adalah untuk menyadari keberadaan Allah, mengenal-Nya, dan mengabdi kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Saat kita memasuki tahun baru, mari renungkan kembali tujuan hakiki hidup ini. Melalui ibadah, kebaikan kepada sesama, dan kesadaran akan keberadaan Allah, kita dapat memperjuangkan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
9. Bahagia di Dunia dan Akhirat
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita mencari kebahagiaan di dunia dengan berbagai cara. Namun, kebahagiaan sejati yang abadi terletak pada persiapan untuk kehidupan di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rad ayat 28, "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Kebahagiaan sejati dalam dunia dan akhirat adalah ketika hati kita selalu terhubung dengan Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
Menjadi bahagia dalam dunia dan akhirat bukanlah hanya tentang memiliki harta atau kesenangan semata, melainkan juga tentang memberi manfaat kepada orang lain. Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dalam segala hal, meskipun keduanya tetap baik. Jagalah yang baik bagi dirimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah." (HR. Muslim)
Melalui perbuatan baik, kebaikan bagi sesama, dan kebersamaan dalam kebaikan, kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia ini. Namun, kebahagiaan sejati yang abadi terletak pada persiapan untuk kehidupan di akhirat.
Saat kita melangkah ke tahun baru, marilah kita jadikan kebahagiaan yang sejati sebagai tujuan utama. Kebahagiaan yang berasal dari kebersamaan dalam kebaikan, ketulusan hati, dan ketenangan batin dalam mengingat Allah SWT.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
10. Jihad Fi Sabilillah
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Seiring bergulirnya waktu dan kita memasuki awal tahun yang baru, marilah kita merenung dan mendalami makna Jihad Fi Sabilillah, perjuangan di jalan Allah. Jihad bukanlah semata-mata perang fisik, melainkan juga perjuangan dalam meningkatkan kebaikan, memerangi ketidakadilan, dan membela kebenaran. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 195, "Dan pergunakanlah harta benda kamu pada jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan."
Jihad Fi Sabilillah mencakup segala bentuk perjuangan yang dilakukan dengan niat tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membela nilai-nilai kebenaran. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ingin dicapainya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang didatangi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jihad bukan hanya dalam medan perang, tetapi juga dalam mengatasi ego, melawan hawa nafsu, dan berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik jihad adalah berjuang melawan hawa nafsu." (HR. Ibn Majah)
Dalam mengarungi tahun baru ini, marilah kita melakukan jihad terhadap diri kita sendiri, meraih kemajuan dalam ilmu, amal ibadah, dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual. Jihad Fi Sabilillah adalah perjuangan untuk menjadikan diri kita hamba Allah yang lebih bertaqwa, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih memperjuangkan nilai-nilai keadilan.
Jadikanlah jihad sebagai bagian dari resolusi tahun baru kita, bukan hanya untuk kesuksesan dunia, tetapi juga untuk keberkahan akhirat. Semoga perjuangan kita dalam meningkatkan kualitas hidup ini diberkahi oleh Allah SWT.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.