Liputan6.com, Jakarta Hujan baru entas dari rumah Maria Susana Hartanti (55) di kawasan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Sore itu, Rabu (29/11/2023) perempuan yang akrab disapa Raras ini sedang membuat hidrosol atau air dari kelopak bunga mawar. Aroma lembut dan hangat tercium saat mulai memasuki halaman rumah.
Baca Juga
Advertisement
Raras tak sendiri. Bersama suaminya, Ignatius Oki Kurniawan (48), ia memulai proses penyulingan sejak tengah hari. Butuh 12 kilogram bunga mawar untuk menghasilkan satu jerigen kecil hidrosol.
"Ini diambil hidrosolnya, jadi murni, tapi ada kandungan minyaknya juga" ujar Raras seraya memperlihatkan proses penyulingan.
Supaya bisa mendapatkan air mawar murni, perlu 10 jam proses penyulingan. Air mawar biasanya digunakan sebagai toner wajah, campuran parfum, atau bahan tambahan dalam produk perawatan kulit dan kecantikan lainnya.
Sudah lebih dari 20 tahun Raras mendalami proses penyulingan minyak atsiri atau yang juga dikenal sebagai minyak esensial. Raras dan suaminya menamai usaha mereka Giriwangi. Hidrosol atau air mawar merupakan satu dari puluhan produk turunan dari minyak atsiri yang dibuat.
Berawal dari budidaya tanaman herbal
Giriwangi berawal dari ketertarikan Raras terhadap agrobisnis. Pada tahun 90-an, Raras yang merupakan lulusan pertanian ini mulai membudidayakan tanaman herbal.
"Jadi awalnya itu kita di agrobisnis. Semacam budidaya tanaman herbal, sambil kita menjual yang keringnya, terus kita juga jual bibit-bibit tanamannya" cerita Raras.
Memasuki tahun 2000, Raras mulai mengenal budidaya nilam. Saat itu, tanaman ini dijuluki sebagai emas hijau Indonesia memiliki kualitas terbaik dan dihargai di pasar internasional. Berbekal sewa lahan 2 ribu meter di daerah Purwomartani, Sleman, Raras mengawali perjalanannya dalam bisnis minyak atsiri.
Awalnya, Raras hanya menjual hasil panen nilam. Seiring berjalannya waktu, Raras mulai mendalami proses penyulingan minyak atsiri. Nilam hasil panennya pun ia coba suling sendiri. Dibantu oleh Oki yang akrab dengan proses penyulingan, pasangan yang menikah pada 2008 ini mulai menghasilkan minyak atsiri.
"Kita punya yang pertama untuk minyak atsiri itu budidayanya cuma nilam, sama sereh wangi terus sereh dapur yang ditanam sendiri" ujar Raras.
Seiring berjalannya waktu, Raras menemukan peluang luas dari bisnis minyak atsirinya. Menurut Raras, Indonesia punya banyak herbal yang bisa dijadikan komoditas minyak atsiri. Namun, potensi ini tak banyak dilirik.
Giriwangi lalu mulai memproduksi minyak atsiri dari beragam tanaman. Melalui berkali-kali percobaan, Raras dan Oki mencoba menyuling rimpang-rimpangan, bunga, dedaunan, buah, batang, akar, hingga biji-bijian.
"Kita berdua sering trial and erorr dengan mencoba suling rimpang-rimpangan, jamu-jamuan seperti kunyit dan temulawak, buktinya keluar minyaknya. Kemangi kita suling, selasih kita suling. Pokoknya macam-macam kita coba" kata Raras.
Advertisement
Industri rumahan berstandar internasional
Semua proses pembuatan minyak atsiri di Giriwangi masih berbasis rumahan. Ruang kosong semi outdoor di samping rumah disulap menjadi rumah industri sederhana. Di sini minyak atsiri dan turunannya dari beragam tumbuhan dilahirkan.
Meski tergolong industri rumahan, kualitas Giriwangi punya standar internasional. Alat penyulingan misalnya, dirancang sendiri oleh Oki berbekal ilmu bioteknologi yang dimilikinya.
"Awalnya kita belajar tentang alat dan akhirnya pelan-pelan rintis dan nabung supaya bisa bikin alat. Alatnya bikin sendiri, desain sendiri, jadilah hasil panennya kita suling sendiri" ujar Raras.
Walau nampak sederhana, alat penyulingan ini dirakit Oki sesuai standar internasional. Pembuatannya pun cukup rumit karena memerlukan detail untuk menjamin keselamatan.
"Kita pakai hitung-hitungan yang detail karena kan pakai standarnya Eropa. Hasilnya alat ini sudah 10 tahun, tapi tidak rusak, tidak bocor" ujar Oki.
Ekspor lintas benua
Produksi utama Giriwangi adalah minyak atsiri atau essential oil. Ada lebih dari 100 jenis minyak atsiri atau essential oil yang dibuat Raras dan Oki. Mulai dari nilam, jahe, kunyit, mawar, pala, cengkeh, peppermint, sampai gaharu. Harganya pun bervariasi dari Rp 35 ribu hingga jutaan tergantung bahan baku yang digunakan. Untuk pasokan bahan baku, Raras memberdayakan petani lokal dari berbagai daerah.
Selain minyak atsiri, Raras dan Oki membuat produk turunan seperti sabun, sampo, body mist, deodoran, penumbuh rambut, lilin aromaterapi, hingga minuman. Limbah hasil sulingan pun dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai.
"Limbahnya ini bisa digunakan lagi, seperti daun-daunan itu kita jadikan pupuk. Kalau kayu manis, cendana, gaharu itu kita serbukkan lagi jadi dupa karena masih wangi dan mahal" ujar Oki.
Pasar Giriwangi tak main-main. Pelanggan Giriwangi tersebar di seluruh Indonesia. Selain dalam negeri, minyak atsiri buatan Giriwangi sudah menjangkau Malaysia, Jepang, Rusia, Arab Saudi, hingga Belanda.
Sejak awal merintis, Raras memanfaatkan internet untuk memasarkan produknya. Bahkan jauh sebelum media sosial booming, Raras sudah berjualan di mailing list (milis).
Luasnya jangkauan pasar ini juga karena Giriwangi sudah dikenal sebagai produsen minyak atsiri murni berkualitas. Potensi ini yang akhirnya juga dilirik oleh Rumah BUMN BRI Yogyakarta atau yang dikenal sebagai RUBY.
"Banyak yang menjual (essential oil) dengan harga tinggi, tapi itu mass product, pasti tetap akan ada campurannya. Nah, ini (Giriwangi) produk lokal kualitasnya lebih bagus. Karena kita lihat benar-benar masih disuling sendiri, tidak ada campurannya" ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Yogyakarta S. Condro Rini Jumat (1/12/2023).
Rumah BUMN sendiri merupakan wadah pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan kapabilitasnya. Di Yogyakarta, Rumah BUMN Yogyakarta disupervisi langsung oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Giriwangi sendiri sudah menjadi mitra RUBY sejak 2021.
Advertisement
BRI bantu Giriwangi terus mewangi
Menurut Condro, Giriwangi punya potensi berkembang jangka panjang. Terlebih, sekarang mulai banyak masyarakat yang menerapkan hidup 'kembali pada alam'.
Sejak bermitra dengan RUBY, Giriwangi sering diboyong mengikuti bazar atau pameran UMKM yang didukung BRI. Dari acara-acara inilah Giriwangi makin dikenal sebagai UMKM unggulan. Jaringan sangat berharga bagi UMKM seperti Giriwangi.
"Kita jadi bisa memperluas networking, kan, karena yang kita incar jaringannya. Soalnya hitungannya BRI lebih luas jangkauannya" ujar Raras.
Terbaru, Giriwangi terpilih sebagai partisipan di Pameran BRI UMKM EXPO(RT) BRILianpreneur 2023. Pameran ini diselenggarakan di di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta pada 7-10 Desember 2023.
BRILianpreneur merupakan event tahunan sejak 2019. Tujuannya untuk memamerkan industri kreatif yang unik dan khas, serta menampilkan produk-produk terbaik UMKM di Indonesia. Tahun ini, BRILianpreneur diikuti oleh 700 UMKM yang sudah terkurasi. Di sini, UMKM terpilih akan dipertemukan oleh calon-calon pembeli potensial dan jaringan yang lebih luas, bahkan hingga tingkat ekspor.
"BRI melihat adanya peluang besar bagi produk-produk Indonesia untuk masuk ke pasar global. Hasil karya anak bangsa dinilai memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk dari negara-negara lain," ujar Direktur Utama BRI, Sunarso pada Rabu (22/11/2023) di Jakarta.
Tak hanya dilibatkan dalam pameran, Giriwangi juga dibantu bangkit saat terpuruk. Pada masa pandemi misalnya, penjualan terjun bebas. Selain itu, pada 2022 Raras sempat jatuh sakit yang membuatnya kini harus rutin berobat. Akhirnya produksi Giriwangi harus rehat sejenak.
Di pertengahan 2023, dengan sisa modal dan peluang dari pameran BRILianpreneur, Giriwangi mulai menata diri untuk bangkit. Sebagai tambahan operasional, Raras dan Oki akhirnya mengajukan pinjaman usaha ke BRI.
Giriwangi kemudian mendapat pinjaman Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI. Kupedes merupakan salah satu produk pinjaman yang ditawarkan oleh BRI untuk mengembangkan atau meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kredit yang didapatkan ini akan digunakan sebagai modal produksi produk sampai akhir tahun, termasuk produk yang akan dipamerkan di BRILianpreneur 2023.
"Kita juga kan baru tumbuh lagi, jadi butuh effort tambahan lewat pinjaman ini. Wong bahan baku ternyata melejit semua" ujar Oki.
Mewangi dari hati
Giriwangi merupakan salah satu industri UMKM yang berkarya dari hati. Menurut Raras, membuat minyak atsiri tak boleh asal-asalan. Semua harus dimulai dengan ketulusan hati. Raras dan Oki pun bisa membedakan mana minyak atsiri yang diproduksi sepenuh hati dengan produksi massal yang hanya mementingkan kuantitas.
"Jadi sebenarnya menjalankan ini kan mirip dengan hobi, kita menjalankannya dengan penuh kesenangan. Karena kalau tidak menggunakan hati, maka ya asal saja" ujar Raras.
Bagi Raras dan Oki, konsisten dan terus berinovasi menjadi kunci UMKM seperti Giriwangi terus hidup dan berkembang. Mindset bertumbuh jangka panjang juga harus dikedepankan.
"Jadi UMKM-nya harus berani mandiri, harus berani show up juga. Karena kita usaha bukan untuk besok, tapi untuk ke depan" tambah Oki.
Upaya-upaya ini yang kemudian diperkuat dengan mengangkat UMKM ke masyarakat luas, seperti yang dilakukan BRI di BRILianpreneur. Ini akhirnya juga akan membuat UMKM naik kelas dan memiliki nilai jual di pasar global.Â
"Karena UMKM-UMKM itu sebenarnya ingin dihargai, bukan sekedar jualan-jualan, karena kan ini dibikinnya pakai hati" ujar Oki.
Advertisement