Sukses

Apa Itu Tendensius? Pahami Definisi dan Contoh Kalimatnya

Pengertian tendensius adalah bersifat berpihak.

Liputan6.com, Jakarta Kata tendensius sedang hangat dibicarakan oleh publik usai debat Calon Presiden atau capres dan Calon Wakil Presiden atau cawapres 2024 yang diadakan oleh KPU pada Selasa, 12 Desember 2023 kemarin. Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian tendensius adalah bersifat berpihak.

Tendensius adalah sifat atau sikap yang cenderung memihak pada satu pihak atau sudut pandang tertentu. Dalam percakapan sehari-hari, penggunaan tendensius sering terjadi ketika seseorang memilih untuk melihat atau menyampaikan informasi hanya dari satu sudut pandang tanpa mempertimbangkan sudut pandang lain yang mungkin juga relevan.

Penggunaan tendensius dalam percakapan sehari-hari dapat mengakibatkan ketidakseimbangan informasi dan pandangan yang diterima oleh orang lain. Hal ini dapat mempengaruhi cara orang lain memahami suatu peristiwa atau isu, dan dapat menciptakan ketidakadilan dalam penyebaran informasi.

Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai pengertian tendensius beserta penggunaan dan contoh kalimatnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (13/12/2023). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengertian Tendensius

Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian tendensius adalah bersifat berpihak. Dengan kata lain, tendensius merupakan sebuah sikap atau perilaku yang diwarnai oleh kecenderungan atau kecondongan pada suatu pihak atau golongan tertentu. 

Dikutip dari buku Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003) karya Yus Badudu, tendensius memiliki arti mengandung maksud atau tujuan tertentu. Tendensius juga berarti suka menyusahkan (melawan) atau rewel. 

Sementara itu, menurut Merriam Webster, pengertian tendensius adalah sikap seseorang yang ditandai dengan adanya kecenderungan yang memihak pada suatu sudut pandang tertentu. Sedangkan menurut Vocabulary, sesuatu yang tendensius menunjukkan adanya bias terhadap suatu sudut pandang tertentu, terutama pada sudut pandang yang tidak disetujui oleh banyak orang.

Beberapa ciri dari sikap atau perilaku tendensius antara lain adanya ketidaknetralan, kecenderungan yang memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu, dan kurangnya objektivitas dalam menyampaikan informasi atau pandangan. Tendensius juga dapat ditandai dengan penekanan pada suatu sudut pandang tertentu tanpa mempertimbangkan berbagai sudut pandang lainnya, serta kurangnya keadilan dalam menyajikan data atau fakta.

Dengan demikian, sikap atau perilaku tendensius dapat mempengaruhi kemampuan seseorang atau suatu media dalam menyajikan informasi secara obyektif dan adil. Hal ini juga dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu isu atau peristiwa.

3 dari 4 halaman

Penggunaan Kata Tendensius dalam Percakapan Sehari-Hari

Penggunaan kata tendensius dalam percakapan sehari-hari bisa merujuk pada situasi di mana seseorang menggunakan informasi atau argumentasi dengan tujuan mempengaruhi opini atau pandangan orang lain dengan cara yang tidak objektif atau tidak adil. Contohnya adalah ketika Prabowo menuduh Ganjar tendensius dalam mengomentari pelanggaran HAM, artinya Prabowo merasa bahwa Ganjar memberikan pendapat secara tidak adil atau tidak objektif. Dalam konteks ini, kata tendensius digunakan untuk menunjukkan sikap atau tindakan yang tidak netral dan cenderung memihak pada suatu pihak, sehingga dianggap tidak objektif.

Dalam percakapan sehari-hari, kata tendensius dapat digunakan ketika seseorang memandang atau menyikapi suatu informasi, peristiwa, atau tindakan dengan sikap yang tidak netral dan cenderung memihak pada suatu pihak. Misalnya, ketika membicarakan pemberitaan di media massa, seseorang dapat mengatakan, "Saya merasa pemberitaan tersebut tendensius karena cenderung memojokkan satu pihak tanpa memberi kesempatan untuk pihak lain untuk diwawancara." Dengan demikian, penggunaan kata tendensius dalam percakapan sehari-hari dapat merujuk pada sikap atau tindakan yang tidak netral dan cenderung memihak pada suatu pihak.

4 dari 4 halaman

Contoh Penggunaan Kata Tendensius

Agar anda lebh paham terkait penjelasan kata tendensius pada paragraf sebelumnya, berikut terdapat beberapa contoh penggunaan kata tendensius dalam percakapan sehari-hari adalah:

  1. "Anak-anak muda sekarang malas belajar, mereka lebih suka main gadget saja."
  2. "Orang kaya semakin kaya, sedangkan orang miskin semakin miskin."
  3. "Pengemudi motor selalu seenaknya sendiri di jalan, mereka tidak mengindahkan aturan lalu lintas."
  4. "Semua politisi itu korup, tidak ada yang benar-benar peduli dengan rakyat."
  5. "Media hanya menampilkan berita palsu dan sensational, mereka tidak objektif sama sekali."
  6. "Anak muda sekarang hanya malas-malasan, tidak ada yang serius belajar."
  7. “Akibatnya yang dihasilkan adalah hasil interpretasi dan penilaian yang lemah, karena tidak punya pijakan yang faktual dan obyektif, sehingga memungkinkan terjadinya penilaian yang keliru, bias, atau tendensius.”
  8. "Orang kaya memang selalu dapat jalan pintas untuk sukses, sementara kita harus kerja keras."
  9. "Pemerintah pasti melakukan korupsi, tidak peduli dengan rakyat kecil."
  10. "Wanita itu pasti hanya bisa sukses karena menggunakan cara-cara licik dan memanfaatkan hubungan."
  11. "Semua politisi itu sama, hanya mau kekuasaan dan uang, tidak peduli sama rakyat."
  12. "Laki-laki memang tidak bisa dipercaya, selalu pandai berbohong dan mengkhianati."
  13. "Orang tua sekarang hanya tau memanjakan anak, tidak mau disiplin sama sekali."
  14. "Semua agama selalu memicu konflik dan kebencian, tidak membawa perdamaian."
  15. "Semua pria pasti hanya terobsesi dengan kekuasaan dan pandai memanipulasi perasaan wanita."
  16. "Generasi muda sekarang terlalu terpengaruh dengan teknologi, tidak punya rasa sosial sama sekali."
  17. “Dan dia memberi jawab bahwa sebenarnya kualifikasi tendensius itu dalam kesusastraan jauh kurang artinya dibandingkan anggapan umum di Indonesia.”
  18. “Demikian pula karya sastra bertendens para sastrawan seperti Multatuli, Tolstoi, dan Roland Holst, ketiganya bukan bolsjewist, sering dikatakan tendensius, tetapi bernilai tinggi.”
  19. “Wartawan harus menyajikan berita secara seimbang dan tidak tendensius sehingga beritanya dapat diterima oleh seluruh masyarakat umum.”
  20. "Jangan berharap kamu akan mendapatkan promosi, kamu tidak punya kemampuan memimpin."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.