Liputan6.com, Jakarta Gunung Salak, yang terhampar di antara Bogor dan Sukabumi, mengundang para penjelajah untuk merasakan pesona keindahan alam dan memahami sejarah yang kaya yang melekat pada lerengnya. Dari puncak yang menjulang tinggi hingga jejak letusan bersejarah, setiap sudut Gunung Salak menyimpan cerita yang memikat.Â
Baca Juga
Advertisement
Sebagai destinasi yang menawarkan keanekaragaman hayati yang melimpah, gunung ini tak hanya menjadi tantangan bagi para pendaki tetapi juga menjadi penjaga alam yang unik di pulau Jawa. Puncak tertinggi Gunung Salak, yaitu Puncak Salak I dengan ketinggian mencapai 2.211 meter di atas permukaan laut, memandang indah sekelilingnya. Namun, keindahan itu tidak dapat dipisahkan dari sejarah geologisnya yang mencengangkan.Â
Letusan bersejarah yang tercatat sejak abad ke-16 hingga letusan terakhir pada tahun 1938 di Kawah Cikuluwung Putri memberikan warna dan bentuk pada karakter Gunung Salak. Di tengah keindahan alam dan jejak sejarah yang dipahat oleh letusan, gunung ini juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang mengagumkan, menjadikannya salah satu destinasi alam yang penuh dengan keajaiban.
Memiliki sejumlah kisah menarik dibaliknya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber 8 fakta Gunung Salak, pada Jumat (15/12/2023).
1. Asal-usul Nama yang Menyimpan Misteri
Dalam kompleksitas sejarah Gunung Salak, terdapat fakta menarik mengenai asal-usul namanya yang menyimpan keunikan tersendiri. Meskipun mungkin banyak yang mengira bahwa nama "Salak" memiliki keterkaitan dengan buah salak, kenyataannya jauh berbeda.Â
Nama ini bukanlah sekadar penunjuk jenis tanaman, melainkan membawa unsur mistis dengan berasal dari bahasa Sansekerta, yakni "salaka," yang menerjemahkan sebagai "perak." Ketika kita menyelami makna ini, Gunung Salak tak lagi hanya menjadi ikon alam, tetapi juga mengandung kemungkinan bahwa setiap puncak dan lekuknya menyimpan rahasia sejarah dan kehidupan yang mungkin terlupakan.
2. Jejak Letusan Bersejarah
Gunung Salak menjadi saksi bisu perjalanan waktu sejak abad ke-16, menyimpan catatan jejak letusan yang membentuk esensi dan karakternya. Seiring berjalannya waktu, letusan terbesar yang tercatat pada tahun 1699 menandai momen dramatis dalam sejarah geologisnya. Tak hanya merusak, letusan tersebut bersifat magmatis, menciptakan kawah-kawah yang kemudian dikenal sebagai Kawah Ratu, Kawah Cikuluwung Putri, dan Kawah Hirup.Â
Jejak-jejak aktivitas vulkanis ini bukan hanya pemandangan dramatis yang dapat diamati, tetapi juga merupakan arsip hidup tentang bagaimana Gunung Salak menjadi apa yang kita lihat hari ini. Sebuah perjalanan melintasi lerengnya bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan melintasi sejarah geologis yang kaya.
Advertisement
3. Keanekaragaman Hayati yang Mengagumkan
Gunung Salak, sebagai perwakilan keajaiban alam di Pulau Jawa, menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang memukau. Keseimbangan ekosistemnya menciptakan lingkungan yang mendukung hidup lebih dari 232 jenis burung yang tercatat. Dalam eksplorasi alam Gunung Salak, pengamat burung dapat menyaksikan keelokan elang jawa, kehadiran ayam-hutan merah yang menarik, dan keunikan tringgiling yang melengkapi kekayaan biologis gunung ini.Â
Keberagaman hayati ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi para pecinta alam, tetapi juga memberikan nilai ekologis yang tinggi, menjadikan Gunung Salak sebagai lanskap yang memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati di Pulau Jawa.
4. Tantangan Pendakian yang Tinggi
Meskipun ketinggiannya relatif rendah, Gunung Salak menawarkan tantangan pendakian yang tinggi bagi para petualang. Terlepas dari angka ketinggian puncak, medan yang sulit dan vegetasi yang rapat menjadikan setiap langkah pendaki sebagai ujian keberanian dan keterampilan.Â
Keunikan pendakian di Gunung Salak bukan hanya terletak pada pemandangan indahnya, tetapi juga pada keintensitasan pengalaman fisik yang ditawarkan. Dengan jalur-jalur yang beragam, setiap pendaki memiliki kesempatan untuk menaklukkan Gunung Salak melalui rute yang sesuai dengan tingkat keberanian dan ketrampilan mereka. Tantangan ini menciptakan pengalaman mendalam yang menjadi cermin kegigihan dan ketangguhan di alam bebas.
5. Catatan Kecelakaan Pesawat
Catatan hitam kecelakaan pesawat menjadi bayang-bayang yang mengikuti keelokan gunung ini. Pada tahun 2012, tragedi menimpa kawasan ini ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalami kecelakaan yang merenggut banyak nyawa. Kecelakaan ini, sayangnya, bukan yang pertama kali terjadi di Gunung Salak.Â
Sebelumnya, pada tahun 2002 dan 1992, insiden pesawat lain juga menghantam kawasan ini dengan kecelakaan yang mengejutkan. Nuansa misteri dan aura berbahaya melingkupi gunung ini, menandakan bahwa kecantikan alamnya juga menyimpan peringatan tentang ketidakdugaan dan tantangan yang mungkin dihadapi oleh mereka yang menjelajahinya.
6. Kawasan Konservasi Terluas di Pulau Jawa
Di balik tragedi dan misteri, Gunung Salak juga berperan sebagai penjaga keberagaman ekosistem di Pulau Jawa. Menjadi bagian integral dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, gunung ini membentang ke luas sekitar 113.357 hektare. Taman nasional ini bukan hanya sekadar kawasan konservasi, tetapi juga wilayah penting yang memelihara keberagaman flora dan fauna. Dengan ekosistem hutan hujan tropisnya yang berlimpah, Gunung Salak menjadi penanda keberhasilan upaya pelestarian alam.Â
Kawasan ini memberikan perlindungan bagi banyak spesies langka dan endemik, menciptakan harmoni antara manusia dan alam. Sebagai kawasan konservasi terluas di Pulau Jawa, Gunung Salak memberikan contoh nyata tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam dan melestarikan keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang.
Advertisement
7. Tradisi dan Pantangan yang Dilestarikan
Desa Giri Jaya di lereng Gunung Salak bukan hanya tempat tinggal bagi warga, tetapi juga menyimpan warisan tradisi yang telah terjalin selama ratusan tahun. Salah satu peristiwa yang menarik adalah tradisi Seren Taun, sebuah perayaan kuno yang diperingati sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah. Dalam setiap perayaan ini, masyarakat adat Sunda dengan khidmat merayakan kesejahteraan yang diberikan oleh tanah subur di sekitar Gunung Salak.Â
Tradisi ini bukan hanya sekadar acara ritual, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang dilestarikan dengan penuh kebanggaan, menciptakan ikatan kuat antara manusia dan lingkungan sekitar yang penuh berkah. Namun, di tengah keindahan tradisi yang menghiasi lereng Gunung Salak, juga terdapat pantangan-pantangan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Salah satu larangan adalah memetik bunga anggrek secara sembarangan.Â
8. Tempat Kursus Alam Bebas dan Arena Berkemah
Gunung Salak bukan hanya destinasi wisata alam biasa, tetapi juga menyediakan tempat-tempat yang cocok untuk kegiatan alam bebas. Cagar Alam Sukamantri menjadi tuan rumah bagi arena pelatihan survival, di mana para pecinta petualangan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan di alam liar.Â
Sementara itu, di Batu Tapak, hutan lindung Bukit Cangkuang, tersedia arena berkemah yang memanjakan para penggemar petualangan dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Kawasan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran tentang kehidupan alam, tetapi juga menjadi panggung di mana manusia dapat merasakan kehidupan sederhana di bawah langit terbuka, menjalin koneksi yang lebih erat dengan alam.