Sukses

Mengenal Pemilu 1955 dan Sejarahnya, Pesta Demokrasi Pertama di Indonesia

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan pemilihan umum pertama yang dilakukan setelah kemerdekaan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Pemilu 1955 di Indonesia merupakan pemilihan umum pertama yang dilakukan setelah kemerdekaan Indonesia. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis, karena dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo.

Pemilu 1955 sendiri bertujuan untuk memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Perlu anda ketahui bahwa Pemilu 1955 juga menjadi awal dari sistem demokrasi di Indonesia setelah masa pendudukan Jepang dan Belanda. Latar belakang dari Pemilu 1955 ini adalah situasi politik yang sedang berkembang setelah Indonesia merdeka. Pemerintah Indonesia, yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno, tertarik untuk membentuk konstitusi baru yang mewakili seluruh rakyat Indonesia. Melalui pemilihan umum ini, diharapkan akan terpilih wakil-wakil rakyat yang mampu menyusun konstitusi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat.

Namun, Pemilu tahun 1955 juga diwarnai oleh ketegangan politik antara berbagai kelompok dan partai politik yang ada. Hal ini tidak mengurangi pentingnya pemilu 1955 sebagai tonggak bersejarah bagi proses demokrasi di Indonesia. Pemilu 1955 menandai awal dari partisipasi politik secara langsung bagi rakyat Indonesia dan membuka jalan bagi kemajuan demokrasi di masa yang akan datang.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai definisi Pemilu 1955 beserta sejarah dan hasilnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (20/12/2023).

2 dari 4 halaman

Mengenal Pemilu 1955

Pemilu 1955 atau Pemilihan Umum 1955 merupakan  pemilihan umum pertama di Indonesia yang diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu 1955 merupakan pesta demokrasi yang penting karena melibatkan seluruh rakyat Indonesia untuk memilih wakil-wakil yang akan mewakili kepentingan mereka dalam proses pembentukan negara.

Pemilu 1955 diikuti oleh berbagai partai politik dan memunculkan berbagai macam pandangan politik yang beragam. Partisipasi publik dalam pemilu ini sangat tinggi dan menunjukkan semangat dan antusiasme rakyat Indonesia dalam menentukan masa depan negara mereka. Meskipun pemilu ini diwarnai oleh berbagai konflik politik dan percobaan kecurangan, namun pemilu 1955 dianggap sebagai tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi Indonesia. Pemilu 1955 berhasil menghasilkan rancangan Undang-Undang Dasar yang menjadi dasar negara Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3 dari 4 halaman

Sejarah Pemilu 1955 di Indonesia dari Masa ke Masa

Pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955 merupakan pemilu pertama setelah kemerdekaan dari Belanda. Sebelum pemilu yang bersifat nasional tersebut, Indonesia pernah melaksanakan pemilu yang bersifat lokal. Pemilu yang bersifat lokal tersebut pernah dilaksanakan di dua daerah di Indonesia, yaitu daerah Minahasa dan Yogyakarta pada tahun 1951. Pemilu di Minahasa memilih secara langsung 25 anggota DPRD, sedangkan pemilu di Yogyakarta memilih secara tidak langsung anggota DPRD. Pemilih memilih 7.268 elektor yang bertemu lima pecan kemudian untuk memilih 40 anggota DPRD.

Jauh sebelum negara Indonesia terbentuk, pemilu dalam skala terbatas juga pernah dilakukan. Pemilu dilakukan untuk memilih anggota Volksraad, di mana sebagian anggotanya dipilih secara tidak langsungdan sebagaian yang lain diangkat oleh Gubernur Jenderal. Anggota Volksraad terdiri dari orang Eropa, Indo-Arab, Indo-Cina dan Pribumi.

Pemilu pada tahun 1955 ini merupakan pemilu yang disiapkan dan diselenggarakan oleh tiga cabinet yang berbeda. Persiapannya dilakukan oleh Kabinet Wilopo, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu ini diikuti oleh 29 partai politik dan merupakan pemilu demokratis pertama di Indonesia. Partisipasi politik sangat tinggi, dengan tingkat kehadiran pemilih mencapai 97%.

Selama beberapa dekade berikutnya, terjadi perubahan signifikan dalam aturan dan partisipasi politik di Indonesia. Pada tahun 1965, terjadi Pembubaran Partai Politik di Indonesia yang menyebabkan perubahan dramatis dalam struktur politik. Pemilu tahun 1971 merupakan pemilu yang diwarnai oleh dominasi Partai Golkar yang dianggap sebagai partai tunggal. Kemudian, pada tahun 1999, setelah masa Orde Baru, terjadi perubahan besar dalam sistem politik Indonesia dengan diperkenalkannya sistem multi-partai dan pemilihan presiden secara langsung.

Peristiwa penting lainnya termasuk pemilu tahun 2004 yang merupakan pemilu pertama setelah reformasi, pemilu tahun 2014 yang berhasil melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, dan pemilu tahun 2019 yang menandai pemilihan presiden kedua setelah reformasi. Secara keseluruhan, sejarah pemilu di Indonesia menunjukkan evolusi yang signifikan dalam aturan dan partisipasi politik dari tahun 1955 hingga sekarang, menandai kemajuan demokrasi di negara ini.

4 dari 4 halaman

Hasil Pemilu 1955

Dikutip dari laman resmi KPU, pemilu 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Pemilu 1955 sendiri dilakukan dua kali. Pertama, pada 29 September 1955 untuk memlih anggota-anggota DPR. Yang kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante. Pada tahap pertama, partai-partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdlatul Ulama (NU) meraih dukungan yang signifikan, sementara pada tahap kedua, PNI berhasil mengamankan mayoritas suara dan memperoleh 57,97% kursi. Selain itu, Masyumi dan NU juga berhasil memperoleh suara yang cukup kuat.

Perubahan dukungan terhadap partai-partai besar terlihat dari hasil pemilu ini. PNI, yang sebelumnya hanya mendapatkan 11,73% suara pada pemilu tahun 1954, berhasil meningkatkan dukungan menjadi 22,30% pada tahap pertama dan 22,27% pada tahap kedua. Sementara itu, Masyumi yang sebelumnya meraih 20,88% suara pada pemilu tahun 1954, mengalami penurunan dukungan menjadi 17,46% pada tahap pertama dan 16,41% pada tahap kedua. Dukungan terhadap NU juga mengalami peningkatan dari 18,41% pada pemilu tahun 1954 menjadi 22,22% pada tahap pertama dan 22,14% pada tahap kedua. Melalui hasil pemilu ini, PNI berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya sementara Masyumi mengalami penurunan dukungan.