Liputan6.com, Jakarta Penyakit ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan gangguan kesehatan mental yang dapat menyebabkan seseorang sulit memusatkan perhatian dan memiliki perilaku impulsif serta lebih hiperaktif.
Biasanya gangguan kesehatan ADHD ini lebih sering menyerang anak-anak dan remaja. namun tak jarang juga dialami oleh orang dewasa. Sementara penyebab pastinya masih belum sepenuhnya dipahami dan tidak hanya disebabkan oleh gula atau asupan makanan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau Kemekes RIÂ menyebut ADHD adalah gangguan psikiatrik yang ditandai dengan kesulitan memfokuskan perhatian dan tingkat aktivitas yang tinggi. Gejala ini bisa mengganggu rutinitas sehari-hari dan umumnya muncul sebelum usia 7 atau 12 tahun. Selain itu, terdapat dampak yang akan ditimbulkan jika ADHD ini tidak segera ditangani.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas mengenai dampak ADHD pada anak-anak maupun orang dewasa dan cara mengatasinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (30/12/2023).
Mengenal ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan kesehatan mental yang dapat menyebabkan seseorang sulit memusatkan perhatian dan memiliki perilaku impulsif serta lebih hiperaktif.
Biasanya gangguan kesehatan ADHD ini lebih sering menyerang anak-anak dan remaja. namun tak jarang juga dialami oleh orang dewasa tanpa mengenal gender. Ini merupakan diagnosis yang diakui oleh American Psychiation Associatin (APA).
Dikutip dari laman Healthline, banyak orang mengalami kurangnya perhatian dan perubahan tingkat energi. Bagi penderita ADHD, hal ini terjadi lebih sering dan lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kondisi tersebut. Hal ini dapat berdampak signifikan pada studi, pekerjaan, hubungan, dan kehidupan rumah tangga mereka.
Advertisement
Penyebab ADHD
Penyakit ADHD belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Namun penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan kesehatan mental ini, antara lain faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, ADHD juga diduga  berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.
Dikutip dar laman Healthline, penyebab dari penyakit ADHD masih belum pasti. Namun para dokter dan ilmuan meyakini penyakit ini berasal dari neurologis dan geneitika. Studi penelitian menunjukkan bahwa penurunan dopamin merupakan faktor penyebab ADHD. Dopamin adalah bahan kimia di otak yang membantu memindahkan sinyal dari satu saraf ke saraf lainnya. Ini berperan dalam memicu respons dan gerakan emosional.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, ada beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap penyakit ADHD, yakni:
1. Kontaminasi lingkungan
Paparan zat kimia tertentu pada masa kanak-kanak, terutama di lingkungan yang terkontaminasi dengan bahan beracun seperti timbal, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena ADHD. Paparan ini dapat berdampak negatif pada perkembangan saraf dan fungsi otak anak.
2. Kondisi selama kehamilan
Paparan zat berbahaya seperti alkohol, rokok, atau obat-obatan tertentu selama masa kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin. Faktor-faktor ini dapat memiliki dampak negatif pada sistem saraf dan perkembangan otak anak yang sedang dalam kandungan, yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya ADHD.
3. Cedera otak
Trauma kepala atau cedera otak serius lainnya juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya ADHD. Terkadang, cedera otak yang signifikan dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku, termasuk meningkatkan kemungkinan berkembangnya ADHD pada seseorang yang mengalami cedera tersebut.
Gejala ADHD
Masih dari sumber yang sama, gejala bagi penderita ADHD adalah sebagai berikut ini:
- Mengalami kesulitan fokus atau berkonsentrasi pada tugas.
- Menjadi lupa dalam menyelesaikan tugas.
- Mudah teralihkan perhatiannya.
- Mengalami kesulitan untuk duduk diam.
- Menyela orang saat mereka sedang berbicara.
Tanda dan gejala bisa spesifik untuk berbagai aspek ADHD, seperti hiperaktif, impulsif, atau kesulitan fokus. Seseorang yang mengalami hiperaktif dan impulsif mungkin:
- Merasa sulit untuk duduk diam atau tetap duduk di kelas.
- Mengalami kesulitan bermain atau menjalankan tugas dengan tenang.
- Berbicara berlebihan.
- Sulit menunggu giliran.
- Menyela orang lain ketika mereka sedang berbicara, bermain, atau melaksanakan tugas.
Seseorang yang mengalami kesulitan fokus mungkin:
- Sering melakukan kesalahan atau melewatkan detail saat belajar atau bekerja.
- Merasa sulit untuk mempertahankan fokus saat mendengarkan, membaca, atau melakukan percakapan.
- Mengalami kesulitan mengatur tugas sehari-hari mereka.
- Sering kehilangan barang.
- Mudah terganggu oleh hal-hal kecil yang terjadi di sekitar mereka.
Advertisement
Dampak ADHD pada Anak-Anak dan Orang Dewasa
ADHD yang tidak segera mendapat penanganan dapat mempersulit kehidupan anak dan remaja. Mereka bisa mengalami beberapa kondisi berikut ini:
- Anak sering kesulitan berada dalam kelas, sehingga menyebabkan kegagalan akademik serta penilaian oleh anak lain dan orang dewasa.
- Cenderung mengalami lebih banyak kecelakaan atau cedera daripada anak-anak yang tidak mengalaminya.
- Memiliki harga diri yang buruk.
- Mengalami kesulitan berinteraksi dan penerimaan dalam pertemanan sebaya dan orang dewasa.
- Berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan serta perilaku nakal lainnya.
Selain itu, kondisi ADHD juga bisa membuat kehidupan orang dewasa menjadi lebih sulit. Berikut ini dampaknya, yakni:
- Prestasi akademik dan karir yang buruk.
- Menjadi pengangguran.
- Mengalami masalah dengan keuangan.
- Kerap bermasalah dengan hukum.
- Kecanduan alkohol dan penyalahgunaan zat lainnya.
- Sering mengalami kecelakaan kendaraan dan lainnya.
- Hubungan yang tidak stabil, baik dengan pasangan, teman, dan keluarga.
- Kesehatan fisik dan mental yang buruk.
- Citra diri yang buruk.
- Memiliki upaya bunuh diri.
Cara Mengatasi ADHD
Dikutip dari laman Healthline, cara mengatasi ADHD adalah dengan terapi perilaku maupun mengonsumsi obat-obatan, seperti stimulan methylphenidate dan amphetamine sulphate, serta obat nonstimulan seperti atomoxetine.
Terapi perilaku dapat membantu individu mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola perilaku mereka. Ini meliputi pembelajaran strategi pengaturan diri, manajemen waktu, dan pola tidur yang teratur.
Sedangkan untuk pengobatan dengan mengonsumsi obat, bisa dengan methylphenidate. Obat ini telah terbukti mengatasi gejala ADHD, bekerja dengan menghambat reuptake neurotransmitter dopamine, norepinephrine, dan katekolamin. Tablet methylphenidate yang tersedia di Indonesia bersifat lepas lambat dan diberikan sesuai dosis dokter. Obat ADHD dirancang untuk memengaruhi zat kimia otak sedemikian rupa sehingga memungkinkan Anda mengelola impuls dan tindakan dengan lebih baik.
Advertisement