Sukses

Imunisasi PIN Polio Digencarkan Mulai 15 Januari 2024, Kenali Efek Sampingnya

Selain di Jawa Tengah, imunisasi Polio juga digencarkan di Kota Cirebon, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Tuban, Banyuwangi, dan perbatasan Sleman-Klaten.

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersiap untuk menggelar Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) polio, yang dijadwalkan akan dimulai pada 15 Januari 2024. Keputusan ini diambil menyusul deteksi satu kasus anak yang terjangkit virus polio di Kabupaten Klaten.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, menyampaikan kepada media pada Kamis (5/1/2024), "Pasien bukan berasal dari Sleman, tapi Manisrenggo, Klaten." Ini wilayah perbatasan Klaten-Sleman DIY.

Tindakan ini sejalan dengan arahan Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan upaya pencegahan dan imunisasi di daerah yang terkena dampak kasus polio. Selain di Jawa Tengah, vaksinasi polio juga digencarkan di beberapa daerah lainnya. Termasuk Kota Cirebon, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Tuban, Banyuwangi, dan perbatasan Sleman-Klaten.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang PIN Polio yang akan digencarkan mulai 15 Januari 2024, Selasa (9/1/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Program Sub PIN Polio Dua Putaran

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jateng, Irma Makiah, menjelaskan bahwa sebelum Sub PIN Polio dimulai, pihaknya telah melakukan pemeriksaan surveilans. Tujuannya untuk memetakan penyebaran penyakit dan menentukan langkah-langkah yang perlu diambil.

Imunisasi polio atau PIN Polio ini akan dilakukan dalam dua tahap, dengan putaran pertama dimulai pada 15 Januari 2024, dan putaran kedua dimulai pada 19 Februari 2024. Irma Makiah menekankan bahwa Sub PIN Polio akan menggunakan jenis vaksin oral, yaitu Noval Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2).

Ia menjelaskan, "Sub PIN Polio akan diberikan melalui oral (mulut) dengan menggunakan jenis vaksin noval Oral Polio Vaccine Type 2." Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan cakupan imunisasi pada anak-anak sebagai langkah pencegahan.

Meskipun telah terdeteksi satu kasus anak yang terjangkit polio di Kabupaten Klaten, Sleman sendiri telah mencapai eradikasi polio sejak tahun 2007. Cahya menekankan bahwa masyarakat perlu tetap tenang dan mempercayai program imunisasi yang telah terbukti efektif.

Cahya juga menyampaikan bahwa pelaksanaan imunisasi polio di Sleman sudah beralih menggunakan suntik (vaksin Inactivated Polio Vaccine atau IPV) sejak tahun 2014, menggantikan metode tetes yang sebelumnya digunakan. Ia menyebutkan bahwa metode penyuntikan dinilai lebih efektif dalam meningkatkan cakupan imunisasi dan memberikan perlindungan lebih maksimal.

Sementara di Jawa Tengah, Irma Makiah menyatakan Sub PIN Polio nantinya bertujuan menyasar sekitar 3,9 juta anak di Jawa Tengah. Meskipun jumlah ini bersifat dinamis dan dapat berubah, diharapkan bahwa imunisasi ini akan memberikan kontribusi besar dalam mengurangi risiko penyebaran dan kejadian luar biasa (KLB) polio di wilayah tersebut.

Ia juga memberikan informasi tentang lokasi pemberian imunisasi, "Warga bisa memperoleh imunisasi di Puskesmas, Posyandu, TK/PAUD, SD/MI, serta Pos Imunisasi lainnya." Adanya upaya ini, diharapkan masyarakat dapat lebih proaktif dalam melindungi anak-anak dari potensi dampak serius penyakit polio.

3 dari 4 halaman

Dua Jenis Vaksin Polio yang Digunakan Tersebut

1. Noval Oral Polio Vaccine Type 2

Menurut Badan POM, Novel Oral Polio Vaccine Tipe 2 (nOPV2) merupakan inovasi dalam pengembangan vaksin polio. Vaksin ini dikembangkan oleh PT Biofarma sebagai respons terhadap permasalahan circulating Vaccine-Derived Polio Virus (cVDPV).

cVDPV adalah varian virus polio yang berasal dari vaksin oral dan dapat menyebabkan polio pada populasi yang tidak terimunisasi. nOPV2, sebagai vaksin polio oral jenis baru, diharapkan dapat meningkatkan efikasi dan keamanan dalam upaya global untuk memberantas polio.

Mereka membentuk antibodi (zat kekebalan tubuh) di dalam usus untuk membunuh virus yang berkembang di usus dan darah.

2. Inactivated Polio Vaccine atau IPV

Inactivated Polio Vaccine (IPV) adalah salah satu jenis vaksin polio yang digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit polio. Berbeda dengan Oral Polio Vaccine (OPV) yang diberikan melalui mulut, IPV disuntikkan ke dalam tubuh.

Vaksin ini mengandung virus polio yang telah dilemahkan atau dinonaktifkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit polio. Namun, masih dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi, sebagaimana diungkap Badan POM. Vaksin ini akan membentuk kekebalan dalam darah, namun tidak di usus.

Salah satu keuntungan utama dari IPV adalah tidak adanya risiko terkait dengan circulating Vaccine-Derived Polio Virus (cVDPV), yang dapat terjadi pada beberapa kasus setelah pemberian OPV. IPV juga efektif dalam memberikan perlindungan terhadap ketiga serotipe virus polio.

Apa efek samping imunisasi Polio dengan kedua jenis vaksin tersebut?

 

4 dari 4 halaman

Efek Samping Imunisasi Polio

Imunisasi polio, seperti halnya vaksin lainnya, dapat menyebabkan beberapa efek samping, meskipun sebagian besar bersifat ringan dan bersifat sementara. Efek samping tersebut merupakan respons normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap bahan aktif dalam vaksin. Penting untuk dicatat bahwa manfaat perlindungan jangka panjang dari penyakit polio jauh lebih besar dibandingkan dengan efek samping yang mungkin muncul.

  1. Siloam Hospital menyebut salah satu efek samping yang umum terjadi setelah imunisasi polio adalah rasa nyeri di bekas suntikan. Ini adalah reaksi normal karena vaksin disuntikkan ke dalam otot untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.
  2. Demam ringan juga dapat muncul sebagai respons alami terhadap vaksinasi, dan hal ini sebagian besar bersifat sementara.
  3. Selain itu, pengerasan kulit di sekitar area suntikan juga merupakan efek samping ringan yang dapat terjadi. Reaksi ini umumnya bersifat lokal dan akan mereda dengan sendirinya dalam beberapa hari.

Meskipun demikian, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika terdapat reaksi yang tidak biasa atau berkepanjangan.

Penting untuk diingat bahwa efek samping ini lebih kecil dibandingkan dengan risiko terkena penyakit polio yang serius. Imunisasi polio berperan penting dalam melindungi individu dan masyarakat dari dampak buruk penyakit ini. Sebelum menjalani imunisasi, konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang vaksinasi polio dan potensi efek samping yang mungkin terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.