Sukses

Potret Masyarakat Baubau Pakai Aksara Hangeul Korea, Dituturkan 80 Ribu Orang

Aksara Korea “hangeul” digunakan di Baubau, Sulawesi Tenggara, untuk mempertahankan bahasa Cia-Cia, yang dituturkan oleh sekitar 80.000 orang.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah desa di Indonesia bagian timur, anak-anak belajar menulis dengan naskah yang bukan milik mereka. Mereka menggunakan Hangeul, alfabet Korea, untuk menulis dalam bahasa asli Cia-Cia. Inisiatif unik tersebut terjadi di kota Baubau, provinsi Sulawesi Tenggara, lapor Koreaboo. 

Di mana Cia-Cia, sebuah kelompok etnis yang bahasanya tidak memiliki bentuk tertulis, menemukan cara baru untuk melestarikan warisan bahasa mereka.

Dilansir Liputan6.com dari Koreaboo, Rabu (10/01/2024), bahasa Cia-Cia yang dituturkan oleh sekitar 80.000 orang, tidak memiliki bentuk tertulis yang standar. Struktur berbasis suku katanya tidak mudah beradaptasi dengan alfabet Latin, yang banyak digunakan untuk menyalin bahasa nasional, Bahasa Indonesia.

Penggunaan aksara Korea membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah, kini mendapatkan perhatian kembali. Foto di atas diambil pada 14 Oktober 2023, menampilkan para peserta dengan pakaian adat Korea memegang papan petunjuk dengan tulisan Hangeul dalam sebuah parade untuk merayakan HUT Kota Baubau.

2 dari 3 halaman

Aksara hangeul menjadi solusi

Oleh karena tidak memiliki bentuk tertulis yang standar, tantangan linguistik tersebut menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kelangsungan bahasa Cia-Cia. Solusinya muncul dalam bentuk yang tidak terduga, yaitu penggunaan Hangeul, alfabet Korea.

Dikembangkan pada abad ke-15, sistem berbasis suku kata Hangeul terbukti menjadi alat yang efektif untuk menyalin bahasa Cia-Cia. Adopsi naskah ini dimulai pada tahun 2009, menyusul pertukaran budaya antara kota Baubau dan sarjana Korea.

Untuk memfasilitasi transisi linguistik, kota Baubau mengirimkan guru dan siswa ke Korea Selatan untuk mempelajari Hangeul. Tujuan mereka adalah mengembangkan metode standar untuk menulis dan mengajar bahasa Cia-Cia. Salah satu pionirnya, seorang guru bernama Abidin, menghabiskan enam bulan di Korea Selatan dan sejak itu membuat kamus berbasis Hangul untuk Cia-Cia.

3 dari 3 halaman

Hangeul diajarkan pada siswa SD-SMA

Inisiatif itu telah memberikan kehidupan baru ke dalam bahasa Cia-Cia. Hangeul kini digunakan untuk mengajar siswa dari SD hingga SMA, dan nama serta kata Cia-Cia semakin terlihat di seluruh kota. Meskipun bahasa ini masih digunakan secara lisan, bentuk tulisan Hangeul merupakan simbol kebanggaan dan pelestarian budaya.

Meski sukses, penggunaan Hangul di Baubau sempat menimbulkan kekhawatiran. Para ahli bahasa dan tokoh masyarakat khawatir akan potensi hilangnya identitas budaya dan asal muasal aksara tersebut. Ada pendapat bahwa aksara yang digunakan dengan dialek Sulawesi lain mungkin merupakan pilihan yang lebih tepat secara linguistik.

Meskipun demikian, penggunaan Hangeul telah menyoroti keserbagunaan dan pengaruh global dari aksara Korea. Di Korea Selatan, dimana Hangeul merupakan sumber kebanggaan nasional, perkembangan itu mendapat sambutan positif.