Sukses

Contoh Kata Modalitas dalam Bahasa Indonesia, Pahami Juga Jenisnya

Pengertian, ciri, macam dan contoh kata modalitas dalam bahasa Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Kata modalitas merupakan kata yang digunakan untuk menyatakan tingkat kepastian atau kemungkinan suatu pernyataan. Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa jenis kata modalitas, seperti kata keterangan (adverbia) maupun kata bantu (auxiliary verb). Contoh kata modalitas yang termasuk dalam jenis kata keterangan adalah 'mungkin', 'pasti', 'mungkin', dan 'dapat', sementara contoh kata modalitas yang termasuk dalam jenis kata bantu adalah 'akan', 'harus', 'boleh', dan 'sudah'.

Pada umumnya, kata modalitas digunakan untuk mengekspresikan adanya kemungkinan, kepastian, kewajiban, atau keinginan dalam suatu pernyataan. Contoh kata modalitas seperti 'mungkin', 'tentu', 'sangat', dan 'pasti' memberikan nuansa kepastian atau kejelasan dalam suatu pernyataan. Sedangkan contoh kata modalitas seperti 'mungkin', 'boleh', 'harus', dan 'dapat' mengekspresikan adanya kemungkinan, kewajiban, atau keinginan dalam suatu pernyataan.

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering menggunakan kata modalitas untuk menambahkan nuansa kepastian atau kemungkinan dalam berbicara. Contoh kata modalitas seperti 'mungkin saya datang', 'pasti dia akan hadir', 'boleh saya ikut', dan 'harus segera dilakukan' merupakan contoh-contoh penggunaan kata modalitas dalam bahasa Indonesia yang sering kita temui. Dengan memahami pengertian, jenis, dan contoh kata modalitas, kita dapat lebih memahami cara menggunakan kata-kata ini dengan tepat dalam berkomunikasi sehari-hari.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, ciri, macam dan contoh kata modalitas dalam bahasa Indonesia pada Kamis (11/1/2023).

2 dari 4 halaman

Pengertian kata Modalitas dalam Bahasa Indonesia

Modalitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada keterangan dalam sebuah kalimat yang menggambarkan sikap atau pandangan pembicara terhadap perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Konsep ini diperinci lebih lanjut oleh Chaer dalam bukunya "Lingustik Umum" (1994), di mana ia menjelaskan bahwa modalitas mencakup ekspresi pembicara mengenai kemungkinan, keinginan, atau izin terkait dengan suatu situasi.

Secara leksikal, modalitas dalam bahasa Indonesia disampaikan melalui kata-kata tertentu yang mencerminkan pernyataan sikap pembicara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modalitas memiliki tiga pengertian:

1. Klasifikasi Pernyataan:

Modalitas dapat diartikan sebagai sebuah klasifikasi pernyataan berdasarkan sejauh mana pembicara menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan. Dalam konteks ini, kalimat modalitas mencerminkan tingkat keyakinan atau ketidakpastian pembicara terhadap informasi yang disampaikan.

2. Sikap Pembicara dalam Komunikasi Antarpribadi:

Modalitas juga mencakup cara pembicara menyatakan sikapnya terhadap suatu situasi dalam komunikasi antarpribadi. Ini mencerminkan aspek interpersonal dalam bahasa, di mana ekspresi modalitas dapat memengaruhi bagaimana pesan atau informasi diterima oleh lawan bicara.

3. Makna yang Disampaikan dalam Kalimat:

Kalimat modalitas dapat menyiratkan berbagai makna, seperti kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya. Ekspresi modalitas ini dapat diwujudkan dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia melalui penggunaan kata-kata seperti "barangkali" untuk menyiratkan kemungkinan atau "harus" untuk menyampaikan keharusan.

Dengan demikian, modalitas tidak hanya bersifat gramatikal, tetapi juga mencerminkan dimensi psikologis dan sosial dalam komunikasi bahasa Indonesia. Melalui penggunaan kata-kata tertentu, pembicara dapat mengungkapkan kompleksitas sikap dan pandangan mereka terhadap konteks yang dibicarakan.

 

 

3 dari 4 halaman

Ciri Kata Modalitas

Kata-kata modalitas memiliki ciri-ciri tertentu yang digunakan untuk menyatakan sikap, pandangan, atau penilaian pembicara terhadap suatu peristiwa, keadaan, atau perbuatan. Berikut adalah beberapa ciri-ciri kata modalitas:

  1. Ekspresi Sikap atau Keadaan Psikologis: Kata-kata modalitas mengungkapkan sikap atau keadaan psikologis pembicara terhadap informasi yang disampaikan. Ini mencakup aspek seperti keyakinan, keraguan, harapan, keinginan, izin, atau larangan. 
  2. Penggunaan Kata Bantu: Modalitas seringkali diungkapkan melalui penggunaan kata bantu (kata kerja bantu) atau kata-kata tertentu yang melibatkan aspek-aspek seperti kemungkinan, keharusan, keinginan, dan sebagainya. Contohnya termasuk kata-kata seperti "boleh," "harus," "mungkin," "perlu," dan sejenisnya.
  3. Penggunaan Kata Adverbia: Kata-kata modalitas juga dapat muncul dalam bentuk kata adverbia yang memberikan tambahan informasi tentang tingkat kepastian atau ketidakpastian suatu pernyataan. Misalnya, kata-kata seperti "barangkali," "mungkin," "pasti," atau "tentu" menyiratkan modalitas dalam kalimat.
  4. Penggunaan Kata Sifat atau Frasa Kata Sifat: Beberapa kata sifat atau frasa kata sifat juga dapat berperan sebagai kata modalitas. Contohnya, kata-kata seperti "penting," "mungkin," "sebaiknya," atau "layak" dapat mengekspresikan sikap pembicara terhadap suatu perbuatan atau keadaan.
  5. Penggunaan Konstruksi Gramatikal: Modalitas dapat diwujudkan melalui konstruksi gramatikal tertentu, seperti penggunaan subjunctive mood atau conditional sentences. Konstruksi ini menciptakan nuansa modalitas dalam kalimat, menunjukkan kondisi atau situasi yang bersifat hipotetis atau bersyarat.
  6. Penggunaan Ekspresi Rendahnya Kepastian: Modalitas seringkali muncul ketika pembicara ingin menyampaikan informasi dengan tingkat kepastian yang rendah, misalnya ketika menyatakan kemungkinan atau menyiratkan ketidakpastian terhadap suatu pernyataan.
  7. Penggunaan Kata-kata Khusus dalam Bahasa Formal atau Informal: Modalitas dapat diwujudkan melalui penggunaan kata-kata atau ungkapan tertentu yang lebih umum dalam bahasa formal atau informal. Pembicara sering memilih kata-kata yang sesuai dengan konteks atau tingkat formalitas komunikasi.

Melalui kombinasi dari ciri-ciri ini, kata-kata modalitas membantu pembicara dalam menyampaikan nuansa sikap, perasaan, atau pandangan pribadi mereka terhadap informasi yang mereka sampaikan.

 

 

4 dari 4 halaman

Jenis Kata Modalitas

Jenis-jenis kata modalitas dalam bahasa Indonesia melibatkan ekspresi sikap pembicara terhadap suatu peristiwa, keadaan, atau perbuatan. Berikut adalah penjelasan beserta contoh untuk setiap jenis kata modalitas:

1. Modalitas Aletis:

Definisi: Modalitas aletis berkaitan dengan kepentingan atau keperluan dan ditandai dengan kata bantu "harus" dan "wajib."

Contoh:

  • Siswa-siswa harus mengumpulkan tugas pada waktu yang ditentukan.
  • Karyawan wajib mengikuti pelatihan rutin.

2. Modalitas Epistemik:

Definisi: Modalitas epistemik menerangkan perasaan kepastian, kemungkinan, atau keharusan dan menggunakan kata bantu seperti "pasti," "bisa jadi," "mungkin," "belum pasti," dan "harus."

Contoh:

  • Pekerjaan itu pasti selesai sebelum tenggat waktu.
  • Acara tersebut mungkin berlangsung di ruang rapat.

3. Modalitas Deontik:

Definisi: Modalitas deontik mencakup larangan, perintah, dan izin, serta berkaitan dengan pandangan subjektif pembicara terhadap suatu peristiwa. Kata bantu yang digunakan antara lain "izinkan," "harap," dan "mohon."

Contoh:

  • Mohon matikan ponsel selama pertunjukan berlangsung.
  • Izinkan saya memberikan saran.

4. Modalitas Dinamik:

Definisi: Modalitas dinamik menyatakan kemampuan yang diungkapkan melalui kata seperti "bisa," "dapat," "sanggup," dan "mampu."

Contoh:

  • Setelah pelatihan, dia bisa menguasai keterampilan tersebut.
  • Anak-anak sanggup menyelesaikan pekerjaan rumah mereka sendiri.

5. Modalitas Intensional:

Definisi: Modalitas intensional mengemukakan harapan, ajakan, permohonan, keinginan, atau permintaan. Kata bantu yang digunakan meliputi "ingin," "akan," "mau," "mari," "tolong," dan "silahkan."

Contoh:

  • Saya ingin Anda membantu menyelesaikan proyek ini.
  • Silahkan duduk dan nikmati acara ini.

Dengan memahami jenis-jenis kata modalitas ini, pembicara dapat lebih akurat menyampaikan sikap, perasaan, atau pandangan mereka terhadap informasi yang mereka sampaikan dalam berbagai konteks komunikasi.