Sukses

Hasil Pemilu 1955 Menunjukkan Kemenangan 4 Partai Besar yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI, Ini Rinciannya

Detail hasil hasil pemilu 1955 yang menunjukkan kemenangan 4 partai besar

Liputan6.com, Jakarta Dalam panggung politik Indonesia pada tahun 1955, hasil pemilu 1955 menunjukkan kemenangan 4 partai besar yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil mengukir prestasi signifikan dalam meraih dukungan rakyat. Hasil ini menggambarkan dinamika politik yang intens pada masa pasca-revolusi, di mana pemilu dianggap sebagai pangkal menuju sistem demokrasi yang diidamkan.

Hasil pemilu 1955 menunjukkan kemenangan 4 partai besar yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai yang pertama, menunjukkan bahwa partai ini berhasil memenangkan hati pemilih dengan meraih suara terbanyak dan sekaligus menguasai 57 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Nahdlatul Ulama (NU) turut menorehkan prestasi luar biasa dengan masing-masing memperoleh 57 dan 45 kursi. 

Sementara itu, kehadiran kuat Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan 39 kursi menegaskan posisinya sebagai kekuatan politik yang tak dapat diabaikan. Dalam konteks ini, hasil pemilu 1955 menunjukkan kemenangan 4 partai besar yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI, tidak hanya menjadi indikator kekuatan politik partai-partai besar, tetapi juga mencerminkan dinamika masyarakat Indonesia pada saat itu. 

Untuk detail hasil hasil pemilu 1955 yang menunjukkan kemenangan 4 partai besar, berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkapnya pada Kamis (11/1/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hasil Pemilu 1955

Hasil Pemilu 1955 menunjukkan kemenangan empat partai besar di Indonesia, yang memperoleh mayoritas kursi dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Berikut adalah rincian kemenangan empat partai besar tersebut:

1. Partai Nasional Indonesia (PNI):

Jumlah Suara: 8.434.653

Persentase Suara: 22,32%

Jumlah Kursi: 57

 

2. Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi):

Jumlah Suara: 7.903.886

Persentase Suara: 20,92%

Jumlah Kursi: 57

 

3. Nahdlatul Ulama (NU):

Jumlah Suara: 6.955.141

Persentase Suara: 18,41%

Jumlah Kursi: 45

 

4. Partai Komunis Indonesia (PKI):

Jumlah Suara: 6.179.914

Persentase Suara: 16,36%

Jumlah Kursi: 39

Kelompok partai ini meraih kemenangan yang signifikan dan menjadi kekuatan utama di DPR pada periode tersebut. Kemenangan Partai Nasional Indonesia (PNI) menempatkannya sebagai partai dengan suara terbanyak dan kursi terbanyak di antara semua partai. Masyumi, sebagai partai Islam, juga mendapatkan dukungan yang kuat, bersama dengan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) juga berhasil meraih posisi kuat di parlemen.

Dengan demikian, hasil pemilu tersebut mencerminkan keragaman politik di Indonesia pada saat itu, di mana partai-partai besar dengan beragam ideologi dan basis dukungan mampu bersaing dan mendapatkan perwakilan yang signifikan dalam sistem politik.

3 dari 4 halaman

Sejarah Singkat Pemilu 1955

Percobaan untuk menyelenggarakan pemilihan umum telah dimulai sejak tahun 1946, tetapi Revolusi Nasional Indonesia yang masih berlangsung pada waktu itu membuat rencana tersebut tidak dapat diwujudkan. Pada tahun 1952, usaha untuk memperkenalkan RUU pemilu dihadapi sejumlah tantangan, termasuk perdebatan panjang di parlemen.

Peristiwa krusial pada 17 Oktober 1952, di mana tentara bersenjata menuntut pembubaran badan legislatif, mendorong peningkatan tuntutan akan pemilihan umum sebagai solusi untuk mengatasi krisis politik yang sedang berlangsung. Setelah berbagai perdebatan dan amandemen, RUU pemilu akhirnya disahkan pada April 1953.

Pada Agustus 1953, perdana menteri Ali Sastroamidjojo mengumumkan jadwal persiapan pemilu selama 16 bulan, dimulai pada Januari 1954. Meskipun persiapan terlambat dari jadwal yang direncanakan, pemilu dilaksanakan pada 29 September 1954. Pelaksanaannya diwarnai oleh berbagai tantangan, termasuk kondisi keamanan yang belum stabil dan rumor yang menyebar di tengah masyarakat.

Hasil pemilu mencerminkan dominasi empat partai besar: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Keempat partai ini memperoleh dukungan signifikan dari pemilih dan mendominasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pemilu 1955 dianggap sebagai tonggak penting dalam perjalanan politik Indonesia, menandai upaya menuju sistem demokrasi di tengah kondisi politik yang kompleks pada masanya.

 
4 dari 4 halaman

Latar Belakang Pemilu 1955 di Indonesia

Pemilu 1955 di Indonesia memiliki latar belakang yang kompleks, terkait dengan perjalanan sejarah politik Indonesia pasca-kemerdekaan. Beberapa faktor kunci yang membentuk latar belakang pemilu tersebut antara lain:

1. Revitalisasi Politik Pasca-Revolusi:

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, negara tersebut mengalami periode revolusi yang melibatkan perjuangan melawan kekuatan kolonial Belanda.

Setelah perang kemerdekaan, Indonesia berusaha untuk merestorasi stabilitas politik dan membangun institusi demokratis.

2. Usaha Mewujudkan Sistem Demokrasi:

Pada awal 1950-an, pemerintahan Indonesia berusaha membangun sistem demokrasi parlementer. Pemilihan umum dianggap sebagai langkah penting dalam mengukuhkan legitimasi pemerintah dan memberikan wakil yang dipilih rakyat.

3. Konflik Politik dan Keamanan:

Keamanan negara pada masa itu masih kurang kondusif, dengan beberapa daerah mengalami ketidakstabilan akibat aktivitas DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang dipimpin oleh Kartosoewirjo.

Terdapat tekanan politik dan konflik internal yang mempengaruhi persiapan dan pelaksanaan pemilu.

4. Perubahan Pemimpin Pemerintah:

Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo memulai persiapan pemilu, tetapi mengundurkan diri sebelum pemungutan suara, dan kepemimpinan pemerintahan beralih kepada Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.