Liputan6.com, Jakarta - Kata ganti atau isim dhamir dalam bahasa Arab memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi tanpa harus secara eksplisit menyebutkan nama individu. Salah satu kelompok kata ganti ini adalah huwa, huma, dan hum, yang termasuk dalam golongan dhamir ghaib atau kata ganti untuk orang ketiga.
Dalam buku "Bahasa Arab Untuk Bisnis" karya Dr. Ika Yunia Fauzia, dijelaskan bahwa penggunaan kata ganti ini melibatkan penggantian penyebutan orang ketiga, membantu menyampaikan pesan secara efisien tanpa harus menyebutkan nama atau gelar secara berulang.
Kata ganti bahasa Arab "huwa" merupakan representasi dari isim dhamir untuk merujuk pada satu orang. Sementara itu, "huma" dan "hum" adalah kata ganti yang masuk dalam kategori dhamir ghaib atau kata ganti untuk dua orang atau lebih orang ketiga. Penggunaan "huma" menunjukkan bahwa kata ganti tersebut merujuk pada dua orang secara bersamaan.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kata ganti bahasa Arab huwa, huma, dan hum, Rabu (24/1/2024).
Kata Ganti Bahasa Arab Huwa
Kata ganti bahasa Arab "huwa" merupakan salah satu kata ganti yang digunakan untuk merujuk kepada orang ketiga tunggal laki-laki. Dalam gramatika Arab, kata ini termasuk dalam kategori mufrad mudzakar ghaib atau kata ganti tunggal laki-laki yang merujuk pada sesuatu yang tidak terlihat atau tidak hadir secara fisik.
Penggunaan kata ganti ini memberikan kesan formal dan hormat, terutama ketika merujuk kepada Allah atau sesuatu yang dianggap penting.
Selain "huwa," terdapat variasi lain dalam penggunaan kata ganti untuk menunjukkan orang ketiga tunggal laki-laki, yaitu dengan menambahkan huruf "hu" atau "hi" pada akhir suatu kata tertentu. Contohnya terdapat dalam ayat Al-Qur'an yang disebutkan, "هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا" (Huwal lazii khalaqa lakum maa fil ardi jamii'an), yang artinya "Dialah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu."
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Huwal lazii khalaqa lakum maa fil ardi jamii'an summas tawaaa ilas samaaa'i fasaw waahunna sab'a samaa waat; wa Huwa bikulli shai'in Aliim
Artinya: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 29)
Penggunaan kata ganti "huwa" ini mencerminkan kekayaan struktur bahasa Arab yang memberikan nuansa dan makna yang mendalam. Dalam ayat Al-Qur'an yang disebutkan, "huwa" digunakan untuk merujuk kepada Allah sebagai Pencipta segala sesuatu di bumi. Penggunaan kata ganti ini juga mencerminkan penghormatan dan keagungan dalam menyampaikan ajaran dan firman-Nya.
Contoh kalimat kata ganti bahasa Arab Huwa:
- Muhammad rajulun shalihun, wa huwa talibun jadidun. (مُحَمَّدٌ رَجُلٌ صَالِحٌ وَهُوَ طَالِبٌ جَدِيْدٌ) Artinya: Muhammad adalah seorang lelaki yang baik, dan dia adalah seorang mahasiswa baru.
- Al-Kitaabu hasanun, wa huwa min kitabin nabiyyin. (الْكِتَابُ حَسَنٌ وَهُوَ مِنْ كِتَابٍ نَبِيٍّ) Artinya: Buku ini bagus, dan itu berasal dari kitab seorang nabi.
- An-Nahru jameelun, wa huwa mawdi'u li-wasf. (النَّهْرُ جَمِيْلٌ وَهُوَ مَوْضِعُ لِوَصْف) Artinya: Sungai ini indah, dan itu adalah tempat untuk mendeskripsikan.
- Khalid rajulun hakeemun, wa huwa mudarrisun fi al-jami'ah. (خَالِدٌ رَجُلٌ حَكِيْمٌ وَهُوَ مُدَرِّسٌ فِي الْجَامِعَةِ) Artinya: Khalid adalah seorang pria bijaksana, dan dia adalah seorang pengajar di universitas.
- As-sayaarah jadidatun, wa huwa min sayaraatin hadiidatin. (السَّيَّارَةُ جَدِيْدَةٌ وَهُوَ مِنْ سَيَّارَاتٍ حَدِيْدَةٍ) Artinya: Mobil ini baru, dan itu termasuk mobil besi.
Advertisement
Kata Ganti Bahasa Arab Huma
Kata ganti bahasa Arab "huma" digunakan untuk merujuk kepada dua orang, baik keduanya laki-laki atau perempuan. Dalam Alquran, kata ganti ini muncul dalamSurah At-Taubah ayat 40. Begini bunyi ayatnya:
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Illaa tansuruuhu faqad nasarahul laahu iz akhrajahul laziina kafaruu saaniyasnaini iz humaa filghaari iz yaquulu lisaahibihii la tahzan innnal laaha ma'anaa fa anzalallaahu sakiinatahuu 'alaihi wa aiyadahuu bijunuudil lam tarawhaa wa ja'ala kalimatal laze
Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. At Taubah: 40)
Sebagai contoh, dalam ayat Alquran Surah At-Taubah ayat 40, "إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ اِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا" (Iz huma filghari iz yaquulu lisaahibihi la tahzan innal laaha ma'ana), "huma" merujuk kepada Nabi Muhammad dan sahabatnya yang berdua berada dalam gua.
Ayat tersebut mengisahkan tentang kejadian ketika Nabi Muhammad SAW keluar dari Mekah, diusir oleh orang-orang kafir. Saat berada dalam gua, Nabi Muhammad bersama sahabatnya, dan dalam kondisi tersebut, Allah menolong beliau. Ayat ini menegaskan bahwa Allah memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad, salah seorang dari dua orang yang berada dalam gua.
Kata ganti "huma" dalam hal ini mengacu pada Nabi Muhammad dan sahabatnya yang bersamanya dalam situasi tersebut. Penggunaan kata ganti ini menyoroti aspek dualitas, menunjukkan bahwa pertolongan Allah diberikan kepada keduanya, menggambarkan kekuatan solidaritas dan dukungan dalam perjalanan dakwah dan perjuangan mereka.
Penting untuk dicatat bahwa dalam Alquran, isim dhamir (kata ganti) jarang digunakan, dan keberadaannya dalam ayat tertentu memberikan penekanan dan makna khusus pada situasi atau peristiwa yang dijelaskan. Dalam ayat tersebut, penggunaan kata ganti "huma" memberikan nuansa kebersamaan dan bimbingan Allah dalam situasi sulit yang dihadapi oleh Nabi Muhammad dan sahabatnya.
Kata Ganti Bahasa Arab Hum
Kata ganti "hum" dalam bahasa Arab digunakan sebagai kata ganti orang ketiga dalam bentuk jamak khusus untuk laki-laki (jamak mudzakkar ghaib). Ini berarti kata ganti ini merujuk kepada sekelompok orang yang secara eksplisit terdiri dari laki-laki. Dalam hal ini, "hum" dapat diterjemahkan sebagai "mereka" dengan menekankan pada kelompok yang terdiri dari laki-laki.
Dalam Alquran, penggunaan kata ganti "hum" seringkali menggambarkan kelompok orang tertentu dan digunakan untuk menyampaikan berbagai makna, termasuk penolakan atau kritikan terhadap sikap atau keyakinan mereka. Salah satu contoh ayat yang menggunakan kata ganti "hum" adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 8.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ
Wa minan naasi mai yaquulu aamannaa billaahi wa bil yawmil aakhiri wa maa hum bimu'miniin
Artinya: “Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah: 8)
Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah ayat 8, "وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ" (Wa minan naasi mai yaquulu aamannaa billaahi wa bil yawmil aakhiri wa maa hum bimu'miniin), "hum" merujuk kepada sekelompok orang yang mengaku beriman, namun Allah menegaskan bahwa mereka sebenarnya bukan orang-orang yang benar-benar beriman.
Penggunaan "hum" dalam ayat ini memberikan penekanan terhadap kelompok tertentu dan menyoroti sifat-sifat atau tindakan yang dimaksud.
Ayat tersebut menggambarkan situasi di mana sebagian orang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, tetapi Allah menegaskan bahwa sebenarnya mereka bukanlah orang-orang yang benar-benar beriman. Penggunaan kata ganti "hum" dalam ayat ini menyoroti kelompok tertentu dari manusia yang melakukan tindakan hipokrisi atau kebohongan terkait dengan keyakinan mereka.
Maka bisa dipahami, penggunaan kata ganti "hum" dalam hal ini membantu menekankan penolakan terhadap klaim mereka, menyoroti ketidaksetiaan atau ketidakjujuran dalam pengakuan iman yang mereka buat. Hal ini mencerminkan salah satu cara di mana bahasa Arab, termasuk kata ganti seperti "hum," digunakan dalam Alquran untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan kebenaran agama.
Advertisement