Liputan6.com, Jakarta - Imam Syafi'i, lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina, dan dibesarkan dalam keterbatasan ekonomi setelah kehilangan ayahnya. Meskipun dibesarkan dalam kesulitan, Imam Syafi'i tumbuh menjadi salah satu pemikir Islam terkemuka dan pendiri mazhab Syafi’i yang melintasi batas negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Gelar 'Nasir al-Hadits' yang diberikan padanya menggambarkan perannya sebagai pembela hadits, menambah kebijaksanaannya yang mendalam terkait pemimpin. Ini mengapa kata-kata bijak Imam Syafi'i tentang pemimpin menjadi sumber inspirasi yang relevan hingga saat ini.
Melalui pandangannya yang tajam terhadap kepemimpinan, Imam Syafi'i mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kebijaksanaan, dan tanggung jawab. Sebagai Imam besar mazhab Sunni, dia tidak hanya meninggalkan warisan dalam bidang hukum Islam, tetapi memberikan pandangan berharga tentang bagaimana pemimpin seharusnya bersikap dan memimpin dengan adil.
Berikut Liputan6.com ulas kata bijak Imam Syafi'i tentang pemimpin yang dimaksudkan, Rabu (24/1/2024).
Â
Pilar Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Menurut Imam Syafi'i
1. "Pilar kepemimpinan itu ada lima: perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasihat, dan menunaikan amanah."
- Perkataan yang Benar: Pemimpin harus berbicara dengan kejujuran dan integritas, karena kepercayaan dibangun dari perkataan yang dapat dipercaya.
- Menyimpan Rahasia: Kepemimpinan memerlukan kepercayaan, dan menyimpan rahasia adalah bentuk menjaga kepercayaan orang lain.
- Menepati Janji: Janji yang ditepati menciptakan kredibilitas dan keandalan, memberikan fondasi kuat bagi kepemimpinan.
- Memberi Nasihat: Pemimpin tidak hanya memberikan perintah tetapi juga memberikan nasihat yang bijak untuk membimbing dan menginspirasi.
- Menunaikan Amanah: Amanah atau tanggung jawab kepemimpinan harus diemban dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran.
2. "Sebagaimana Tuhanmu telah mencukupkan rezekimu di hari kemarin, maka jangan khawatirkan rezekimu untuk esok hari."
Pemimpin diingatkan untuk memiliki kepercayaan pada Allah dan meyakini bahwa rezeki telah ditentukan. Hal ini mengajarkan pemimpin untuk fokus pada tugasnya tanpa terlalu khawatir atau terbebani oleh kekhawatiran yang berlebihan.
3. "Bekal paling merugikan untuk di bawa ke akhirat adalah permusuhan."
Pemimpin diingatkan bahwa membawa perasaan permusuhan dalam kehidupan mereka akan menjadi beban yang merugikan di akhirat. Ini menyoroti pentingnya menjalin hubungan baik dan damai dengan orang lain.
Tugas dan Peran Pemimpin Menurut Imam Syafi'i
4. "Pekerjaan terberat itu ada tiga: Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit, menjauhi dosa di kala sendiri, berkata benar di hadapan orang yang ditakuti."
Pemimpin seharusnya tetap dermawan dan baik hati, bahkan dalam situasi sulit. Mereka diingatkan untuk menjauhi dosa, menunjukkan integritas moral, dan tetap jujur, bahkan di hadapan orang-orang yang mungkin menakutkan.
5. "Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat."
Kepemimpinan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang penggunaan pengetahuan itu untuk memberikan manfaat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diaplikasikan dalam tindakan dan pelayanan kepada orang lain.
6. "Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang."
Pemimpin yang berilmu dan beradab diingatkan untuk tidak terbatas pada lingkungan lokal mereka. Mereka harus mencari pengetahuan dan pengalaman di luar wilayah asal mereka untuk berkembang dan memberikan dampak yang lebih besar.
Â
Advertisement
Kualitas dan Sifat Pemimpin Menurut Imam Syafi'i
7. "Ketahuilah sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga hilang dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan."
Pemimpin diingatkan akan sementara dan sifat fana dunia. Oleh karena itu, disarankan agar fokus pada perbuatan baik dan tidak terlalu terikat pada ambisi dan khayalan dunia yang sementara.
8. "Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu."
Pemimpin diingatkan untuk memprioritaskan akhirat dalam hati mereka, memahami bahwa dunia hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan akhirat, dan menyadari bahwa kematian adalah kenyataan yang harus dihadapi.
9. "Orang yang paling tertipu adalah yang merendah di hadapan orang yang tidak menghargainya, yang mencintai orang yang tidak bermanfaat baginya, yang bangga dengan pujian orang yang tidak mengenalnya."
Pemimpin diingatkan untuk tidak terjebak dalam tipu daya egonya sendiri. Merendah di hadapan yang tidak menghargai, mencintai yang tidak memberikan manfaat, dan bangga dengan pujian yang tidak beralasan dapat merugikan pemimpin.
Hikmah dan Nasihat Kepemimpinan Menurut Imam Syafi'i
10. "Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya."
Pemimpin diingatkan untuk mempersiapkan diri secara matang sebelum mengambil jabatan, karena setelah menjabat, waktu dan kesempatan untuk belajar dan memahami akan terbatas.
11. "Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya."
Kualitas kepemimpinan sejati adalah kesadaran diri yang rendah hati. Pemimpin yang tidak terlalu memperhatikan kedudukan dan kelebihannya sendiri cenderung lebih efektif dan dihormati.
12. "Cukuplah Engkau bagiku. Dan cukuplah Engkau bagi hatiku. Jika aku memiliki keagungan, sesungguhnya itu berasal dari keagungan-Mu."
Pemimpin diingatkan untuk mengakui keterbatasan dirinya dan mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan dan keagungan. Ini mencerminkan sikap tawakal dan rendah hati dalam kepemimpinan.
Â
Â
Pentingnya Ilmu dalam Kepemimpinan Menurut Imam Syafi'i
13. "Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk."
Ilmu yang tidak diperbarui atau tidak diterapkan akan kehilangan nilai dan kejelasannya. Seperti air yang mengalir, ilmu perlu terus berkembang dan diterapkan agar tidak kehilangan kualitasnya.
14. "Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku akan kalah pada satu orang yang jahil (bodoh) karena ia tidak tahu akan landasan ilmu."
Kualitas pemimpin tidak hanya tergantung pada jumlah pengetahuan, tetapi juga pada pemahaman yang mendalam tentang landasan ilmu. Satu individu yang memiliki pemahaman yang kuat dapat mengalahkan banyak orang yang hanya memiliki pengetahuan sebatas permukaan.
15. "Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu."
Seorang pemimpin bijaksana tidak hanya berfokus pada apa yang sudah diketahuinya, tetapi juga selalu ingin belajar lebih banyak. Bertanya tentang yang sudah diketahui dapat menguatkan pemahaman, sementara bertanya tentang yang belum diketahui memperluas wawasan dan pengetahuan.
Sifat-Sifat Pemimpin yang Bijaksana Menurut Imam Syafi'i
16. "Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berpikir."
Pemimpin yang bijaksana tidak perlu selalu bicara. Diam dapat menjadi sarana untuk merenung dan memikirkan tindakan yang tepat. Keputusan seharusnya diambil setelah pertimbangan yang matang.
17. "Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak."
Prioritaskan tugas dan kebutuhan yang paling penting dan mendesak. Pemimpin yang bijaksana tahu bagaimana mengelola waktu dan sumber daya untuk menangani hal-hal yang paling krusial terlebih dahulu.
18. "Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan akhirat."
Pemimpin diingatkan agar tidak terlalu terikat pada kesuksesan dunia dan kehidupan duniawi, melainkan juga memperhatikan persiapan untuk kehidupan akhirat. Sikap rendah hati dan tawakal akan membantu menjaga keseimbangan ini.
Â
Advertisement
Hubungan dengan Sesama dan Lingkungan Menurut Imam Syafi'i
19. "Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna."
Pentingnya meninggalkan warisan baik dan menciptakan nama baik yang akan diingat setelah meninggal. Kehidupan yang bermakna lebih penting daripada sekadar eksistensi fisik.
20. "Perbanyaklah saudara semampu yang kaubisa. Mereka akan menjadi perut-perut dan punggung-punggung saat kau meminta bantuan. Seribu kawan tidaklah banyak. Seorang musuh barulah banyak."
Pemimpin diingatkan untuk membangun hubungan baik dengan orang lain dan merawat persahabatan. Hubungan yang baik akan mendukung dan memberikan dukungan dalam situasi sulit.
21. "Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api."
Pemimpin diingatkan untuk tetap santun dalam menghadapi sikap negatif orang lain. Sikap baik dan kesabaran dapat menjadi daya tarik yang lebih kuat daripada merespon dengan cara yang sama.
Hikmah dalam Kepemimpinan Menurut Imam Syafi'i
22. "Doa di saat tahajud adalah umpama anak panah yang melesat tepat mengenai sasaran."
Doa di saat-saat khusus, seperti tahajud, dianggap sangat efektif dan memiliki dampak besar. Pemimpin diingatkan untuk selalu memohon petunjuk dan bimbingan dari Yang Maha Kuasa.
23. "Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi engkau dengan ilmu."
Menunjukkan nilai tinggi dari ilmu dan keinginan untuk berbagi pengetahuan. Pemimpin seharusnya selalu mencari pengetahuan dan berusaha membagikannya untuk meningkatkan kebijaksanaan bersama.
24. "Kurendahkan nafsuku kepada mereka supaya mereka memuliakannya. Takkan terhormat nafsu yang tak kaurendahkan."
Sikap rendah hati dan pengendalian diri dalam kepemimpinan. Pemimpin seharusnya tidak terjebak dalam ego pribadi, melainkan siap untuk merendahkan diri demi kebaikan dan kehormatan bersama.
Â