Sukses

Bedanya Gen Z dan Milenial yang Wajib Disimak, Pola Komunikasi hingga Pandangan Hidup

Bedanya gen Z dan milenial terletak pada pola komunikasi dan pandangan hidup.

Liputan6.com, Jakarta Generasi Z dan milenial adalah dua kelompok generasi yang mencerminkan perubahan signifikan dalam kehidupan manusia, di mana memiliki ciri-ciri dan pandangan hidup yang membedakan satu sama lain. Dalam era di mana teknologi dan budaya terus berubah dengan cepat, memahami bedanya gen Z dan milenial akan menjadi kunci, untuk memahami dinamika sosial dan ekonomi masa kini.

Bedanya gen Z dan milenial terletak pada transformasi teknologi, di mana milenial merasakan dari era pra-internet menuju internet yang terhubung dengan baik. Sementara itu, generasi Z dilahirkan dalam era di mana internet dan teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Ini membuat gen Z diakui sebagai "digital natives" yang memahami dan mengadopsi teknologi, dengan cara yang sangat alami.

Bedanya gen Z dan milenial juga bisa dilihat dari keuangan dan karier. Milenial sering kali dianggap sebagai generasi yang mencari arti dalam pekerjaan mereka, serta cenderung mengejar keseimbangan kerja-hidup. Di sisi lain, gen Z cenderung lebih fokus pada keamanan finansial dan mencari cara, untuk menciptakan banyak sumber penghasilan.

Memahami perbedaan antara generasi Z dan milenial bukan hanya sekadar mengeksplorasi dinamika antargenerasi, tetapi juga membuka pintu wawasan yang mendalam, tentang bagaimana perubahan teknologi dan budaya membentuk pandangan hidup, nilai-nilai dan pilihan dua kelompok generasi.

Berikut ini bedanya gen Z dan milenial yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (25/1/2024). 

2 dari 4 halaman

Bedanya Gen Z dan Milenial

1. Cara Mereka Melihat Perbedaan

Generasi Milenial dan Gen Z memperlihatkan perbedaan signifikan dalam pandangan mereka terhadap keberagaman, khususnya dalam konteks gender. Menurut laman playinnovation.com.au, Gen Z terlihat lebih terbuka terhadap konsep keberagaman secara umum, dan lebih khusus lagi, mereka memahami serta menerima konsep fluiditas gender. Pada tahun 2019, laporan Tren Budaya dari Endeavour Global Marketing menyatakan bahwa konsep kecantikan yang mengakomodasi fluiditas gender mencapai "titik puncak," menciptakan peluang baru untuk pengembangan produk yang lebih inklusif.

Gen Z juga menunjukkan minat yang lebih besar pada produk yang tidak terikat pada stereotip gender tradisional. Mereka menghargai keberagaman dalam identitas gender, membuka peluang untuk inovasi dalam produk yang bersifat netral gender atau inklusif. Meskipun Milenial juga memiliki sikap positif terhadap keberagaman, perbedaan pandangan ini dapat mencerminkan evolusi budaya dan nilai-nilai seiring berjalannya waktu. Gen Z menjadi pendorong untuk meruntuhkan batasan-batasan gender dalam konsep kecantikan dan produk lainnya, di mana menciptakan peluang untuk inovasi yang lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat modern.

2. Pengaruh Perkembangan Teknologi

Generasi Milenial lahir antara tahun 1982 dan 2000, menjadi saksi perubahan teknologi yang signifikan, termasuk komersialisasi internet, pengenalan laptop, iPhone dan media sosial awal seperti Facebook dan MySpace. Dalam fase kehidupan mereka, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, Gen Z yang lahir setelahnya, memiliki latar belakang teknologi yang berbeda. Mereka tidak mengenal kehidupan sebelum internet dan meledaknya media sosial dan pengalaman mereka, dipengaruhi oleh perpecahan dunia, ketidakstabilan sosial, pandemi global dan dominasi platform seperti TikTok.

Perbedaan latar belakang ini menciptakan dua kelompok yang mengadaptasi teknologi dengan cara yang berbeda. Milenial mengalami evolusi teknologi sepanjang hidup mereka, memberi mereka keunggulan dalam memahami perkembangan teknologi secara mendalam. Sementara itu, Gen Z dikenal sebagai "Tech Natives," tumbuh dalam lingkungan yang sepenuhnya terkait dengan teknologi. Mereka memiliki keterampilan teknologi yang tinggi, tetapi juga menghadapi tantangan konsentrasi akibat pengaruh smartphone dan tren media sosial.

3. Pandangan Hidup

Menurut greekreporter.com, Gen Z terlihat lebih realistis dalam pandangan hidup mereka dibandingkan dengan Milenial. Milenial cenderung optimis, didorong oleh dukungan orang tua Baby Boomer dan tumbuh dalam kemakmuran dan peluang yang lebih besar. Sebaliknya, Gen Z menghadapi ketidakstabilan sosial, dan harapan mereka lebih tinggi. Mereka menuntut kesetiaan dari bisnis, merek, dan pengecer dan jika merasa tidak dihargai, mereka bersedia beralih ke opsi lain. Harapan yang lebih tinggi menjadi ciri khas Gen Z. Milenial tumbuh di era internet dial-up dan telepon yang hanya dapat menelepon dan mengirim pesan. Gen Z lahir di dunia yang dibanjiri teknologi. Teknologi yang awalnya menginspirasi dan inovatif bagi Milenial sekarang dianggap biasa oleh Gen Z. Mereka menginginkan segalanya berjalan cepat dan jika tidak, mungkin dianggap ada sesuatu yang salah.

Privasi juga menjadi nilai penting bagi Gen Z yang lebih selektif, dalam membagikan informasi pribadi online mereka, berbeda dengan Milenial yang tumbuh saat teknologi digital baru muncul dan menjadikan hampir setiap aspek kehidupan mereka menjadi publik. Identitas dan stabilitas hidup juga menjadi perbedaan signifikan antara kedua generasi ini. Milenial menyelesaikan studi, menetap di satu tempat, membeli rumah, menikah dengan teman sekolah menengah mereka dan memiliki anak-anak. Gen Z, di sisi lain, menghadapi kebingungan identitas dan merasa bingung sosial. Mereka tumbuh dalam era dominasi digital, ketidakstabilan sosial, dan pandemi global, merasa bingung tentang masa depan mereka.

4. Pola Komunikasi

Menurut blackbear.global, Milenial adalah generasi pertama yang merasakan internet dan terbiasa dengan komunikasi digital. Mereka menjadi generasi pertama yang dapat dengan mudah terhubung secara global. Gen Z, yang lahir setelahnya, belum pernah hidup tanpa internet dan selalu ingin tahu alasan di balik segala hal. Kedua generasi ini kecanduan perangkat digital, tetapi Gen Z lebih terbiasa berkomunikasi langsung, sementara Milenial lebih terlatih dalam mendengarkan melalui media digital. Perbedaan ini mencerminkan pandangan dan pengalaman yang berbeda terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga menunjukkan bahwa kebutuhan dasar untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial tetap menjadi hal yang penting bagi kedua generasi. Meskipun Milenial lebih terbiasa dengan komunikasi online, Gen Z lebih suka mengungkapkan diri secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun terhubung melalui teknologi, kebutuhan manusia untuk interaksi sosial tetap menjadi faktor kunci dalam dinamika

3 dari 4 halaman

Generasi Milenial

Generasi Milenial umumnya dikenal sebagai anak-anak dari generasi baby boomers, kadang-kadang disebut juga sebagai generasi echo boomers. Hal ini disebabkan oleh peningkatan yang signifikan dalam tingkat kelahiran, pada periode tahun 1980-an hingga 1990-an. Pada abad ke-20, terjadi tren penurunan ukuran keluarga dari yang sebelumnya besar menjadi lebih kecil. Tren penurunan ukuran keluarga ini terjadi terutama di negara-negara maju dan terus berkembang, membawa dampak yang relatif signifikan. Istilah "generasi milenial" menjadi akrab karena diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa karya mereka.

Generasi milenial atau sering disebut sebagai generasi Y, juga dikenal dengan sebutan "generation me" atau echo boomers. Meskipun tidak ada demografi khusus yang menentukan kelompok generasi ini, para ahli biasanya menggolongkannya berdasarkan tahun kelahiran, khususnya antara tahun 1980 hingga 1990, atau awal 2000-an, dan seterusnya. Pada awal tahun 2016, Ericsson merilis 10 Tren Consumer Lab yang memprediksi berbagai keinginan konsumen. Dalam laporan ini, perhatian khusus diberikan pada perilaku generasi milenial. Ericsson mencatat bahwa produk teknologi akan mengikuti gaya hidup generasi milenial, karena pergeseran perilaku mereka seiring dengan perkembangan teknologi.

Beberapa prediksi Ericsson telah terbukti, seperti tren perilaku Streaming Native yang semakin populer. Jumlah remaja yang menggunakan layanan streaming video melonjak signifikan, mencapai 20 persen dari hanya tujuh persen beberapa tahun sebelumnya. Generasi milenial juga cenderung mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi utama mereka.

Media sosial telah menjadi platform utama, bagi pelaporan dan sumber berita, terutama dalam menghadapi peristiwa penting. Studi Nielsen Global Survey of E-commerce juga menyoroti perubahan perilaku belanja generasi internet. Generasi ini cenderung memilih pembelian daring untuk berbagai produk dan jasa sehari-hari, dengan penggunaan perangkat mobile mencapai tingkat penetrasi tertinggi. Dengan perilaku belanja daring yang semakin dominan, Indonesia tercatat sebagai pemimpin global dalam penggunaan ponsel pintar untuk berbelanja daring. Data Nielsen menunjukkan bahwa 61 persen konsumen memilih berbelanja menggunakan ponsel pintar, sementara 58 persen lebih memilih menggunakan komputer.

 

4 dari 4 halaman

Generasi Z

Generasi Z yang menyusul generasi milenial, didefinisikan sebagai individu yang lahir setelah tahun 1997 dan tumbuh di tengah gejolak teknologi, internet dan media sosial, demikian menurut Pew Research. Lahir dan dibesarkan di era digital, generasi ini sering dianggap sebagai pecandu teknologi dengan kecenderungan anti-sosial. Dalam pandangan lain, generasi Z melibatkan kelompok individu yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010, menandakan era peralihan dari generasi Y. Kecepatan pesatnya perkembangan teknologi turut menggambarkan identitas mereka.

Berbagai istilah seperti iGen (iGeneration), Gen Net (Generasi Internet), Gen Tech, digital natives dan plurals, digunakan untuk merujuk pada generasi ini. Terdapat keterkaitan erat antara istilah-istilah ini dengan perkembangan teknologi. Sejak kecil, generasi Z telah akrab dengan teknologi dan perangkat digital canggih, memengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Generasi Z dikenal sebagai generasi influencer yang tumbuh dalam era digital. Terpapar internet, media sosial dan seluler sejak lahir, mereka menjadi generasi hiperkognitif. Generasi ini nyaman mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengintegrasikan pengalaman virtual dengan kehidupan nyata. Keberadaan online mereka lebih terkontrol, menjaga privasi dengan cermat dan lebih suka mengikuti tren anonimitas serta umpan berita personal.

Berinteraksi dengan media sosial, Generasi Z merawat citra online dengan hati-hati dan cenderung mengikuti tren anonimitas. Mereka mendominasi platform berbagi video, khususnya TikTok yang mencerminkan tren, perasaan dan budaya mereka. Generasi Z membentuk komunitas online untuk berdiskusi tentang minat dan passion mereka, membentuk hubungan dengan sesama yang memiliki minat serupa. Namun, di balik keterampilan teknologi dan kecanggihan online, Generasi Z juga dihadapkan pada krisis kesehatan perilaku. Survei McKinsey menunjukkan bahwa Generasi Z di Amerika memiliki pandangan paling negatif dan tingkat penyakit mental tertinggi dibandingkan dengan generasi lainnya. Krisis ini diperparah oleh ketidakstabilan global, perang, krisis keuangan, serta dampak pandemi COVID-19 terhadap pendidikan.