Liputan6.com, Jakarta Disosiatif adalah salah satu bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari manusia yang berfungsi sebagai sarana untuk membangun hubungan timbal balik antara individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.Â
Baca Juga
Interaksi sosial asosiatif dapat diartikan sebagai bentuk interaksi yang bersifat positif, mendukung, dan cenderung mengarah kepada kesatuan serta kerja sama. Sebaliknya, interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi yang lebih cenderung menuju konflik dan perpecahan, baik itu pada tingkat individu maupun kelompok. Dalam interaksi ini, mungkin terjadi ketidaksepakatan, persaingan yang intens, atau bahkan konfrontasi.Â
Advertisement
Konflik ini bisa muncul karena perbedaan pandangan, nilai, atau kepentingan di antara individu atau kelompok. Disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat menciptakan dinamika yang memisahkan individu atau kelompok, menghambat kerja sama, dan memunculkan ketidakharmonisan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang disosiatif adalah bentuk interaksi yang dapat memicu konflik, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (25/1/2024).
Disosiatif Sebagai Bentuk Konfrontasi
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi yang ditandai oleh ketidakseimbangan, konfrontasi, dan perbedaan yang signifikan antara individu atau kelompok. Situasi ini seringkali melibatkan nilai, tujuan, kepentingan, atau pandangan yang saling bertolak belakang, yang dapat memicu ketidaknyamanan, sikap negatif, bahkan konflik verbal dan fisik.
Mayoritas interaksi disosiatif seringkali muncul sebagai akibat dari perbedaan dalam kepribadian, nilai-nilai, atau tujuan antara individu atau kelompok. Perbedaan ini dapat berasal dari berbagai faktor seperti agama, budaya, ekonomi, atau faktor-faktor eksternal lainnya. Meskipun sumber konflik bisa bervariasi, dampaknya seringkali bersifat negatif terhadap individu atau kelompok yang terlibat.
Ketidakseimbangan dan konfrontasi dalam interaksi disosiatif dapat menciptakan ketidakstabilan dan meningkatkan ketegangan. Terlebih lagi, jika konflik tidak ditangani dengan bijak, interaksi semacam ini dapat berujung pada eskalasi kekerasan atau konflik yang lebih besar. Dalam konteks ini, penting bagi individu atau kelompok terlibat untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan mencari solusi yang konstruktif guna mencegah eskalasi konflik yang merugikan.
Pemahaman mendalam terhadap perbedaan nilai dan tujuan serta upaya untuk mencari titik temu dapat membantu mengurangi konfrontasi dalam interaksi disosiatif. Oleh karena itu, pengelolaan konflik dan pembentukan jembatan komunikasi menjadi kunci dalam menghadapi interaksi sosial disosiatif demi mewujudkan hubungan sosial yang lebih seimbang dan harmonis.
Advertisement
Bentuk Interaksi Disosiatif
Setiap bentuk interaksi disosiatif menunjukkan ketidakseimbangan, konfrontasi, dan perbedaan yang dapat memicu ketidaknyamanan, sikap negatif, bahkan konflik verbal dan fisik. Berikut bentuk-bentuk interaksi disosiatif.
1. Persaingan atau Kompetisi
Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan dapat muncul di berbagai konteks, seperti lingkup sekolah hingga pekerjaan, dan bahkan melibatkan persaingan ekonomi, budaya, kedudukan, dan ras. Meskipun persaingan dapat memotivasi pertumbuhan dan prestasi, namun jika tidak dikelola dengan bijak, dapat menyebabkan konflik.
2. Kontravensi
Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang melibatkan perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan atau kebencian terhadap seseorang. Ini berada di antara persaingan dan pertentangan, mencakup sikap mental tersembunyi terhadap orang lain. Contohnya dapat berupa penolakan, protes, pelarangan, pemakiian, fitnah, atau bahkan penghasutan. Kontravensi dapat berkembang menjadi konflik jika perbedaan yang ada tidak diatasi dengan bijaksana.
3. Pertentangan atau Konflik
Pertentangan atau konflik adalah bentuk interaksi sosial yang muncul akibat perbedaan paham dan kepentingan antarindividu atau kelompok. Ini menciptakan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial dan umumnya melibatkan upaya yang tidak wajar, bahkan kekerasan, untuk menentang pihak lawan.Â
Penyebab pertentangan bisa melibatkan perbedaan individu, kebudayaan, kepentingan, atau perubahan sosial. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua pertentangan bersifat negatif; dalam beberapa kasus, pertentangan dapat membawa hasil positif melalui diskusi dan pemecahan masalah.
Dampak Interaksi Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan individu maupun kelompok. Berikut adalah beberapa dampak yang perlu diperhatikan.
1. Ketegangan
Jenis interaksi ini seringkali menciptakan ketegangan dan stres emosional pada individu atau kelompok yang terlibat. Konflik, perdebatan, atau pertengkaran dapat memicu perasaan marah, cemas, dan ketidaknyamanan. Akibatnya, kondisi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan post traumatic stress disorder (PTSD).
2. Merusak Hubungan
Konflik sosial dapat merusak hubungan antara individu atau kelompok. Jika konflik berlanjut secara berkepanjangan, dapat menyebabkan isolasi sosial atau putusnya hubungan. Tingkat ketidakpercayaan juga bisa meningkat di antara individu atau kelompok yang terlibat, menyulitkan tercapainya kesepakatan atau kerjasama di masa depan.
3. Ketidakstabilan
Interaksi disosiatif dapat memicu ketidakpastian dalam situasi sosial atau politik. Dampaknya dapat melibatkan stabilitas sosial, terutama dalam konteks konflik etnis atau politik, yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
4. Menurunkan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam beberapa kasus, interaksi disosiatif dapat berkembang menjadi kekerasan fisik atau perusakan properti, berdampak pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Konflik sosial seringkali memicu pemisahan dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu, yang pada gilirannya dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
5. Kehilangan Sumber Daya
Konflik menghabiskan sumber daya seperti waktu, uang, dan energi. Upaya untuk menangani konflik memerlukan alokasi sumber daya yang dapat digunakan untuk tujuan yang lebih produktif. Dampaknya dapat merugikan individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan, mengakibatkan kehilangan potensi pembangunan.
Advertisement