Liputan6.com, Jakarta - Suicidal thought adalah kondisi psikologis ketika seseorang memiliki pemikiran atau ide untuk menyakiti atau mengakhiri hidupnya sendiri. Pemikiran ini bisa bervariasi dari ide yang lemah hingga perencanaan yang lebih konkrit untuk melakukan bunuh diri.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, terdapat sekitar 1.800 kasus kematian yang disebabkan oleh bunuh diri di Indonesia pada tahun 2016. Suicidal thought sering kali merupakan gejala dari masalah kesehatan mental yang serius, seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, atau trauma emosional yang belum terselesaikan.
Penyebab suicidal thought bisa sangat kompleks dan bervariasi antarindividu. Faktor risiko utama termasuk adanya gangguan kesehatan mental, peristiwa traumatis, tekanan hidup yang berat, isolasi sosial, dan riwayat kekerasan atau pelecehan. Gejala yang biasa terkait dengan suicidal thought meliputi perasaan putus asa, kesepian, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan suasana hati yang tajam, dan percobaan bunuh diri sebelumnya.
Advertisement
Menghentikan suicidal thought membutuhkan intervensi segera dan terkoordinasi antara individu yang terkena dampak, keluarga, dan profesional kesehatan mental. Pentingnya memiliki akses ke layanan bantuan darurat dan hotline suicidal thought di Indonesia juga tidak dapat diabaikan, segera hubungi 119 khusus untuk pertolongan pertama bunuh diri (suicide first aid).
Berikut Liputan6.com ulas tentang suicidal thought, penyebab, faktor risiko, gejala, dan cara menghentikannya, Kamis (1/2/2024).
Penyebab Suicidal Thoughts
Penyebab suicidal thought bisa dipicu oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi. Salah satunya adalah perasaan putus asa dan kehilangan kendali terhadap situasi dalam kehidupan seseorang. National Alliance on Mental Illness mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya perasaan dan ide bunuh diri.
Masalah personal, seperti konflik dalam hubungan interpersonal, trauma, dan tekanan kehidupan sehari-hari, dapat menjadi pemicu utama. Begitu pula dengan tekanan di tempat kerja, masalah kesehatan fisik, atau kesulitan keuangan yang membebani seseorang.
Gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar, PTSD, atau kecemasan merupakan faktor risiko yang signifikan dalam memicu suicidal thought. Individu yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali merasa terjebak dalam siklus negatif pikiran dan emosi yang mengarah pada perasaan putus asa dan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, isolasi sosial, atau kesepian juga meningkatkan kemungkinan seseorang untuk memiliki pikiran yang merugikan terhadap diri sendiri. Simak faktor risiko penyebab bunuh diri yang dimaksudkan.
Â
Advertisement
1. Pernah melakukan percobaan bunuh diri di masa lalu
Sebuah percobaan bunuh diri di masa lalu dapat menjadi faktor risiko yang signifikan dalam mendorong seseorang untuk memiliki pikiran bunuh diri yang lebih serius di masa depan. Pengalaman tersebut mencerminkan adanya kesulitan emosional dan psikologis yang belum terselesaikan, serta menunjukkan bahwa individu tersebut telah mencapai titik terendah dalam perjuangannya dengan kehidupan.
2. Memiliki gangguan kesehatan mental
Gangguan kesehatan mental seperti depresi, bipolar, PTSD, atau kecemasan dapat menjadi pemicu kuat bagi suicidal thought. Ketidakseimbangan kimia dalam otak dan perasaan yang tidak terkendali dapat mengarah pada pikiran yang merugikan tentang bunuh diri. Terapi dan dukungan yang tepat dari profesional kesehatan mental sangat penting untuk membantu individu dalam mengatasi tantangan ini.
3. Memiliki riwayat keluarga yang pernah bunuh diri
Riwayat keluarga yang pernah bunuh diri bisa meningkatkan risiko genetik dan lingkungan untuk memiliki pikiran bunuh diri. Faktor-faktor seperti trauma, stres, dan ketidakstabilan emosional dalam lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku individu terkait dengan bunuh diri.
4. Memiliki riwayat penggunaan narkoba atau pecandu alkohol
Penyalahgunaan zat-zat ini bisa mengganggu keseimbangan kimia dalam otak dan memperburuk kondisi kesehatan mental. Penggunaan narkoba dan alkohol sering kali digunakan sebagai bentuk pelarian dari masalah emosional, namun pada akhirnya bisa meningkatkan risiko pikiran bunuh diri.
5. Merasa putus asa, terisolasi, dan/atau kesepian
Perasaan putus asa, terisolasi, atau kesepian dapat membuat seseorang merasa tidak memiliki harapan dan dukungan dalam hidup. Rasa terasing dan kesendirian bisa memperkuat perasaan putus asa yang mendorong seseorang untuk mencari jalan keluar yang ekstrem, seperti bunuh diri, sebagai solusi dari penderitaan mereka.
6. Tidak menikah
Meskipun tidak menikah bukanlah faktor tunggal, namun kondisi ini bisa menjadi faktor tambahan yang meningkatkan risiko bunuh diri. Kehidupan tanpa pasangan dapat meningkatkan rasa kesepian dan terkadang membuat individu merasa kurang bernilai, terutama jika mereka merasa dikecualikan dari norma sosial yang berlaku.
7. Melakukan hal yang berbeda dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk merasa terhubung atau terintegrasi dengan kelompok sosial tertentu dapat menyebabkan perasaan isolasi dan alienasi. Perbedaan perilaku atau pandangan hidup yang signifikan dengan orang lain dalam lingkungan sosial dapat menciptakan ketidaknyamanan dan rasa terasing yang memperburuk perasaan putus asa.
8. Menjadi gay, lesbian, biseksual, atau transgender
Individu LGBT sering kali menghadapi diskriminasi, stigmatisasi, dan penolakan sosial yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Ketidakmampuan untuk diterima dan diakui dalam masyarakat dapat menghasilkan perasaan terisolasi dan putus asa yang sangat besar.
9. Pernah bertugas di militer
Pengalaman bertugas di militer dapat meninggalkan dampak psikologis yang serius, termasuk PTSD dan depresi, yang dapat meningkatkan risiko suicidal thought. Trauma perang, isolasi sosial setelah kembali ke masyarakat sipil, dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kembali menjadi faktor risiko yang signifikan.
10. Memiliki penyakit fisik kronis seperti, kanker, diabetes, atau penyakit yang mematikan
Penyakit fisik kronis sering kali menyebabkan penderitaan fisik dan emosional yang luar biasa. Ketidakmampuan untuk mengatasi kondisi kesehatan yang mengancam nyawa bisa membuat seseorang merasa putus asa dan merugikan.
11. Mengalami cedera otak traumatis
Cedera otak traumatis, baik karena kecelakaan atau kekerasan fisik, dapat mengubah kepribadian dan kognisi seseorang secara signifikan. Perubahan ini bisa menciptakan kesulitan dalam mengelola emosi dan meningkatkan risiko pikiran bunuh diri.
12. Pernah mengalami pelecehan atau trauma masa kecil
Pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual atau fisik dalam masa kecil dapat meninggalkan bekas yang dalam dalam pikiran dan emosi seseorang. Trauma masa kecil sering kali berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan meningkatkan risiko suicidal thought di kemudian hari.
13. Memiliki akses ke senjata api
Akses yang mudah terhadap senjata api meningkatkan risiko bunuh diri karena meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan impulsif dan fatal. Senjata api memberikan akses cepat dan efisien untuk melaksanakan tindakan bunuh diri, membuat individu yang rentan menjadi lebih berisiko.
Â
Gejala Suicidal Thoughts
Mengutip dari jurnal "Passive Suicidal Ideation: Still A High-risk Clinical Scenario" oleh Robert I. Simon, MD, ide bunuh diri pasif menggambarkan keinginan untuk mati secara tidak langsung, seperti berharap mati saat tertidur atau mengalami kecelakaan. Ini gejala suicidal thought yang dimaksudkan:
1. Munculnya keinginan untuk mati
Ide bunuh diri pasif dapat dimulai dengan keinginan untuk mati, tetapi tidak selalu diikuti dengan rencana konkret. Mungkin seseorang hanya mengharapkan kematian secara umum, seperti mati saat tertidur atau mengalami kecelakaan. Meskipun tampaknya "pasif," ini adalah indikasi serius dari perjuangan emosional yang dalam dan memerlukan perhatian segera.
2. Bertindak seolah-olah akan meninggalkan orang-orang
Seseorang dengan suicidal thought mungkin mulai menunjukkan perilaku yang menandakan persiapan untuk meninggalkan orang-orang di sekitarnya. Ini bisa mencakup membuat rencana perpisahan atau mengucapkan kata-kata perpisahan.
3. Merasa sangat cemas dan khawatir, khususnya di malam hari
Suicidal thought seringkali memunculkan kecemasan dan ketakutan yang luar biasa, terutama pada malam hari. Malam sering menjadi waktu yang sulit bagi individu dengan pikiran bunuh diri, di mana kesepian dan keputusasaan dapat menjadi lebih terasa. Perhatikan perubahan perilaku dan ekspresi emosional pada waktu-waktu ini.
4. Mengisolasi diri dari orang-orang, bahkan orang yang terdekat
Suicidal thought seringkali menyebabkan isolasi sosial. Individu yang merasa putus asa atau terjebak dalam pikiran bunuh diri cenderung menjauhkan diri dari interaksi sosial, bahkan dengan orang-orang yang mereka cintai. Ini bisa menjadi tanda peringatan bahwa seseorang membutuhkan dukungan emosional dan kesehatan mental.
5. Membagikan harta dan benda kepada orang lain
Tindakan memberikan atau membagikan harta benda bisa menjadi pertanda bahwa seseorang merasa bahwa hidupnya tidak memiliki arti atau bahwa mereka tidak akan lagi membutuhkan barang-barang tersebut di masa depan.
6. Melakukan penyalahgunaan obat-obatan dan zat adiktif
Penggunaan zat-zat adiktif dapat menjadi bentuk pelarian dari kesulitan emosional. Suicidal thought dapat mendorong individu untuk menyalahgunakan obat-obatan atau zat adiktif sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit atau keputusasaan mereka.
7. Perubahan suasana hati dan emosi
Suicidal thought seringkali terkait dengan perubahan suasana hati yang drastis. Seseorang dapat menjadi mudah marah, cepat bersedih, atau mengalami fluktuasi emosi yang signifikan. Perubahan ini mencerminkan pertarungan emosional yang serius.
8. Melakukan hal-hal yang berisiko, seperti memakai narkoba, melakukan kejahatan kriminal, atau melakukan hubungan seks tanpa kondom
Orang yang memiliki pikiran bunuh diri cenderung mengambil risiko yang tidak pernah mereka ambil sebelumnya. Ini bisa termasuk perilaku yang berisiko terkait dengan narkoba, kriminalitas, atau keputusan impulsif lainnya.
9. Mencoba menggunakan barang-barang yang bisa mengakhiri hidup
Suicidal thought seringkali mengarah pada upaya untuk menggunakan barang-barang tertentu yang dapat mengakhiri hidup, seperti obat-obatan, narkoba, atau senjata api. Mencoba untuk memiliki akses atau menggunakan barang-barang ini adalah tanda bahaya yang harus diatasi dengan serius.
10. Merasa putus asa atau terjebak dalam situasi yang susah untuk ditangani
Perasaan putus asa dapat menjadi ciri khas dari suicidal thought. Individu mungkin merasa terjebak dalam situasi yang tampak tak tertahankan, dan ini dapat mendorong mereka mencari solusi drastis seperti bunuh diri.
11. Sering berbicara tentang kematian atau bunuh diri
Orang yang memiliki pikiran bunuh diri cenderung membicarakannya secara terbuka. Ini mungkin termasuk berbicara tentang kematian, mengungkapkan keinginan untuk tidak hidup, atau bahkan menyuarakan rencana konkretnya. Perhatikan perubahan bahasa dan topik pembicaraan yang mencerminkan pemikiran yang gelap.
Â
Â
Advertisement
Cara Menghentikan Suicidal Thoughts
Menghentikan suicidal thought adalah suatu proses yang kompleks, dan penting untuk diatasi oleh profesional kesehatan mental. Berikut adalah strategi yang dapat membantu seseorang yang mengalami pikiran bunuh diri Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:
1. Berbicara dengan Orang Terpercaya
Membicarakan perasaan dan pikiran bunuh diri kepada seseorang yang dipercayai dapat membantu melepaskan beban emosional yang dirasakan. Terapis, keluarga, atau teman dekat bisa menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan yang sangat diperlukan.
2. Mengikuti Terapi atau Konseling Suicidal Thoughts
Terapi atau konseling dengan seorang profesional kesehatan mental dapat membantu individu untuk mengidentifikasi penyebab pikiran bunuh diri, mengembangkan strategi mengatasi, dan belajar keterampilan koping yang sehat.
3. Menggunakan Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, yoga, atau olahraga dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang terkait dengan suicidal thought.
4. Menghindari Penyalahgunaan Zat
Menghindari penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol sangat penting, karena zat-zat tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan meningkatkan risiko pikiran bunuh diri.
5. Mengelola Stres dengan Baik
Menerapkan teknik manajemen stres seperti perencanaan waktu, delegasi tugas, atau membuat daftar prioritask dapat membantu individu merasa lebih terorganisir dan dapat mengurangi tekanan yang dirasakan.
6. Menjaga Kesehatan Fisik
Makan makanan sehat, tidur yang cukup, dan berolahraga secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental. Tubuh yang sehat dapat memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi pikiran bunuh diri.
7. Menghindari Isolasi Sosial
Mencari dukungan dari kelompok dukungan atau komunitas, baik secara online maupun offline, dapat membantu individu merasa terhubung dan didukung oleh orang lain yang mengalami situasi serupa.
8. Mengembangkan Rencana Keamanan
Bersama dengan profesional kesehatan mental, mengembangkan rencana keamanan yang meliputi langkah-langkah konkret untuk mengatasi krisis jika pikiran bunuh diri muncul kembali dapat menjadi strategi yang efektif dalam menghadapi situasi tersebut.
9. Menghubungi Layanan Darurat atau Hotline Suicidal Thoughts
Jika seseorang menghadapi pikiran bunuh diri yang akut, penting untuk segera mencari bantuan medis darurat. Menghubungi nomor darurat seperti 119 (di Indonesia). Khususnya pertolongan pertama bunuh diri (suicide first aid).
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.
Advertisement