Sukses

10 Kata Baku yang Sering Keliru Digunakan, Pahami Juga Artinya

10 kata baku yang paling sering keliru digunakan dan artinya

Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda pernah bingung mengenai penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia? Ternyata, terdapat 10 kata baku yang paling sering keliru digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ketidaktahuan ini seringkali membuat komunikasi menjadi kurang efektif dan kurang memperhatikan kaidah bahasa yang benar. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara kata baku dan kata tidak baku agar bisa digunakan dengan tepat dalam setiap percakapan. Pertama-tama, mari kita bahas makna dari kata baku itu sendiri. Kata baku merupakan kata yang mempunyai tata bahasa dan ejaan yang sudah tepat sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 

10 Kata baku ini seringkali keliru digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sering tidak diperhatikan oleh banyak orang. Artinya, kita perlu lebih memperhatikan penggunaan kata baku agar komunikasi kita menjadi lebih jelas dan teratur. Penting untuk memahami penggunaan kata-kata ini agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan lebih benar dan efektif. 

Dengan memperhatikan penggunaan kata baku ini, kita dapat memperbaiki komunikasi kita dalam percakapan sehari-hari. Untuk itu, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber 10 kata baku yang paling sering keliru digunakan dan artinya pada Kamis (1/2).

2 dari 5 halaman

Pengertian Kata Baku

Kata baku merujuk pada bentuk kata atau istilah yang telah ditetapkan secara resmi oleh lembaga bahasa atau otoritas linguistik suatu negara. Kata baku ini dianggap sebagai bentuk yang benar dan diterima secara luas dalam penggunaan bahasa tertentu. Penggunaan kata baku bertujuan untuk menjaga konsistensi dan kejelasan dalam komunikasi, serta untuk meresmikan aturan penggunaan kata tertentu dalam suatu bahasa.

Pengaturan kata baku biasanya dilakukan oleh lembaga resmi bahasa, seperti badan bahasa atau lembaga linguistik nasional. Lembaga-lembaga ini bertanggung jawab untuk memetakan dan mengawasi perkembangan bahasa, termasuk menentukan norma-norma penggunaan kata agar dapat dipahami dengan jelas oleh masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.

Proses penentuan kata baku melibatkan pengamatan dan analisis atas perkembangan penggunaan kata dalam masyarakat. Lembaga bahasa akan mengidentifikasi kata-kata yang umum digunakan dan memilih bentuk yang dianggap paling sesuai sebagai kata baku. Seiring waktu, aturan-aturan tersebut dapat mengalami perubahan atau penyempurnaan sesuai dengan perkembangan bahasa dan kebutuhan komunikasi masyarakat.

Pentingnya penggunaan kata baku terletak pada upaya untuk menciptakan keseragaman dan konsistensi dalam penggunaan bahasa. Hal ini membantu mencegah kebingungan dan memastikan bahwa pesan atau informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan benar oleh para pemakai bahasa. Selain itu, penggunaan kata baku juga mencerminkan upaya untuk melestarikan dan merawat kekayaan budaya dalam bentuk bahasa.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa bahasa adalah entitas yang hidup dan selalu berubah seiring waktu. Oleh karena itu, meskipun ada kata baku, tetapi dalam situasi tertentu, masyarakat bisa saja menggunakan variasi atau bentuk yang lebih sesuai dengan konteks komunikasi mereka. Namun demikian, upaya menjaga dan menghormati kata baku tetap menjadi bagian integral dari pelestarian dan perkembangan bahasa.

3 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Kata Baku

Kata baku memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dari bentuk-bentuk kata lainnya dalam suatu bahasa. Ciri-ciri ini mencakup aspek-atsep seperti kejelasan, konsistensi, dan pengakuan resmi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri kata baku:

  1. Ditetapkan oleh Otoritas Bahasa: Kata baku biasanya ditetapkan oleh lembaga atau otoritas bahasa resmi, seperti badan bahasa nasional. Otoritas ini bertanggung jawab untuk meresmikan dan mengumumkan bentuk-bentuk kata yang dianggap baku dalam bahasa tersebut.
  2. Diterima secara Luas: Kata baku diterima dan digunakan secara luas oleh masyarakat yang berbicara dalam bahasa tersebut. Penggunaan yang luas menunjukkan konsensus di antara para penutur bahasa mengenai bentuk kata yang benar dan sah.
  3. Kejelasan Makna: Kata baku dipilih karena dapat menyampaikan makna dengan jelas. Dalam upaya mencapai kejelasan, otoritas bahasa memilih bentuk kata yang memiliki arti yang paling tepat dan sesuai dengan norma-norma linguistik.
  4. Keteraturan dan Konsistensi: Kata baku mengikuti aturan tata bahasa yang konsisten dan dapat diprediksi. Keteraturan ini membantu menciptakan dasar yang stabil untuk pemahaman dan penggunaan bahasa sehari-hari.
  5. Dikodifikasi dalam Kamus dan Referensi Bahasa: Kata baku biasanya termuat dalam kamus-kamus dan referensi bahasa resmi. Kamus-kamus ini berfungsi sebagai sumber otoritatif yang menetapkan dan menjelaskan arti serta penggunaan kata baku.
  6. Penggunaan Formal:  Kata baku cenderung digunakan dalam situasi formal, seperti dalam tulisan resmi, berita, dan dokumen-dokumen resmi. Penggunaan kata baku di sini mencerminkan upaya untuk menjaga ketertiban dan keseragaman dalam bahasa.
  7. Penggunaan yang Stabil: Kata baku memiliki kestabilan dalam penggunaan sepanjang waktu. Meskipun bahasa terus berkembang, kata baku cenderung tetap sama atau mengalami perubahan yang sangat terbatas.
  8. Pemeliharaan Budaya dan Identitas Bahasa: Penggunaan kata baku juga mencerminkan upaya untuk memelihara dan merawat identitas budaya dalam bentuk bahasa. Ini dapat menjadi cara untuk melestarikan warisan bahasa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
  9. Dipertahankan melalui Pendidikan: Seringkali, kata baku dipertahankan dan diajarkan melalui sistem pendidikan formal. Penekanan pada penggunaan kata baku dapat terjadi dalam kurikulum bahasa untuk memastikan pemahaman dan penggunaan yang benar oleh generasi muda.
  10. Keseragaman Dalam Penulisan: Dalam bentuk tulisan, kata baku membantu menciptakan keseragaman dalam penulisan, sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami dan mengikuti teks.

Penting untuk diingat bahwa meskipun ada kata baku, bahasa juga dapat mengalami variasi dan evolusi, tergantung pada konteks dan perubahan sosial. Oleh karena itu, sementara kata baku memberikan kerangka kerja yang jelas, bahasa tetap dinamis dan dapat mengalami perubahan seiring waktu.

4 dari 5 halaman

Fungsi Kata Baku

Fungsi kata baku, seperti yang dijelaskan dalam buku Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku Dilengkapi Ejaan yang Disempurnakan oleh Ernawati Waridah dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Kemendikbud, mencakup beberapa aspek penting yang melibatkan peran kata baku dalam pembentukan, pemeliharaan, dan pemajuan bahasa. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai fungsi-fungsi tersebut:

1. Pemersatu

Kata baku berfungsi sebagai alat pemersatu dalam masyarakat bahasa. Dengan adanya kata baku, sekelompok orang dapat memiliki landasan dan kesepakatan yang sama dalam penggunaan bahasa. Hal ini membantu menciptakan identitas bersama dan kejelasan dalam komunikasi di antara anggota masyarakat tersebut. Persatuannya tidak hanya mencakup kelompok yang sama, tetapi juga dapat menghubungkan berbagai kelompok dalam satu kesatuan bahasa.

2. Pemberi Kekhasan

Kata baku memiliki peran dalam memberikan kekhasan atau ciri khas suatu masyarakat. Dalam konteks perbandingan dengan bahasa lain yang serumpun atau terkait, kata baku dapat menjadi elemen pembeda. Meskipun terdapat kemiripan dengan bahasa-bahasa lain, keberadaan kata baku menandai identitas unik suatu masyarakat bahasa, seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Melayu.

3. Pembawa Kewibawaan

Fungsi kata baku mencakup kemampuannya sebagai pembawa kewibawaan bagi pemakainya. Dalam menggunakan kata baku, seseorang dapat menunjukkan tingkat keseriusan dan keberanian dalam berkomunikasi. Penggunaan kata baku dapat mencerminkan upaya individu atau kelompok untuk meraih kesetaraan dan mengukur diri dengan peradaban lain yang dihormati, karena kata baku seringkali terkait dengan norma-norma yang dianggap tinggi.

4. Kerangka Acuan

Kata baku berfungsi sebagai kerangka acuan atau tolok ukur dalam penilaian penggunaan bahasa. Dengan adanya kata baku, seseorang atau kelompok dapat memastikan bahwa penggunaan bahasa mereka sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Ini menciptakan dasar yang jelas untuk menilai benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang. Kata baku menjadi pedoman yang diakui secara resmi dan digunakan sebagai patokan dalam mengevaluasi kemahiran bahasa.

Melalui fungsi-fungsi tersebut, kata baku bukan hanya sekadar aturan linguistik formal, tetapi juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas, kewibawaan, dan kejelasan dalam komunikasi di masyarakat bahasa. Fungsi-fungsi ini menunjukkan bahwa kata baku bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan elemen penting dalam kehidupan sosial dan budaya suatu masyarakat.

5 dari 5 halaman

10 Kata Baku yang Sering Keliru

Berikut adalah penjelasan mengenai kata baku dan tidak baku beserta artinya:

1. Analisis (Baku) - Analisa (Tidak Baku):

Arti: Proses pemeriksaan atau penelitian terhadap suatu masalah atau situasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

2. Genius (Baku) - Jenius (Tidak Baku):

Arti: Orang yang memiliki kecerdasan luar biasa atau memiliki bakat istimewa dalam suatu bidang.

3. Ijazah (Baku) - Ijasah (Tidak Baku):

Arti: Surat atau dokumen resmi yang diberikan kepada seseorang sebagai tanda kelulusan dari suatu institusi pendidikan.

4. Kaus (Tidak Baku) - Kaos (Baku):

Arti: Pakaian berbentuk tunik atau kaus dengan leher bulat dan tanpa kerah.

5. Rapor (Baku) - Raport (Tidak Baku):

Arti: Laporan mengenai hasil belajar siswa yang mencakup nilai-nilai, perilaku, dan kemajuan belajar.

6. Gua (Tidak Baku) - Goa (Baku):

Arti: Cekungan atau ruang alami yang terbentuk di dalam batu atau tanah, biasanya di bawah permukaan tanah.

7. Mangkuk (Baku) - Mangkok (Tidak Baku):

Arti: Wadah cekung dan dangkal yang digunakan untuk menyajikan atau menyimpan makanan atau minuman.

8. Sanksi (Baku) - Sangsi (Tidak Baku):

Arti: Hukuman atau tindakan yang diambil sebagai akibat dari pelanggaran aturan atau norma.

9. Legalisasi (Baku) - Legalisir (Tidak Baku):

Arti: Proses atau tindakan untuk membuat atau menyatakan sesuatu menjadi sah atau resmi menurut hukum.

10. Insaf (Tidak Baku) - Insyaf (Baku):

Arti: Kesadaran atau pengertian yang tiba-tiba mengenai kesalahan atau dosa yang dilakukan.

Penting untuk selalu menggunakan kata baku dalam penulisan untuk menjaga konsistensi dan keseragaman bahasa. Penggunaan kata baku juga memudahkan pemahaman dan komunikasi antara penutur bahasa Indonesia.

 

 

Â