Liputan6.com, Jakarta - Arti kue keranjang Imlek tak hanya terletak pada rasa lezatnya, tetapi juga membawa makna mendalam dalam setiap momen perayaan Tahun Baru Imlek. Sebagai simbol keberuntungan dan tradisi kuno, kue keranjang menjadi elemen yang tak terpisahkan dalam perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia dan China.
Baca Juga
Advertisement
Mengetahui arti kue keranjang Imlek menjadi penting dalam merayakan momen perayaan ini. Kue ini tidak sekadar hidangan lezat yang disantap bersama keluarga, tetapi juga menjadi persembahan simbolik kepada leluhur dan dewa-dewa, memohon keberuntungan dan kesuksesan di tahun yang baru.
Oleh karena itu, pemahaman akan makna kue keranjang memberikan dimensi spiritual dan kebermaknaan yang mendalam dalam setiap perayaan Imlek. Walau kue keranjang memiliki akar sejarah yang sama, ada perbedaan rasa antara versi Indonesia dan China.
Kue keranjang di Indonesia cenderung memiliki rasa yang lebih manis dan lembut dibandingkan dengan versi aslinya di Tiongkok yang lebih tawar. Perbedaan ini mencerminkan adaptasi kue keranjang terhadap selera lokal, tetapi tetap mempertahankan makna dan kekayaan tradisionalnya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam arti kue keranjang Imlek, lengkap asal-usul, sejarah panjangnya sampai sekarang, dan rasanya, Kamis (8/2/2024).
Arti dan Makna Mendalam Kue Keranjang Imlek
Arti kue keranjang Imlek sangatlah penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek di kalangan masyarakat Tionghoa. Kue keranjang, yang juga dikenal dengan sebutan dodol China atau nian gao, memiliki makna simbolis yang dalam dalam tradisi Imlek.
Dilansir China Highlights, arti kue keranjang dianggap membawa keberuntungan bagi mereka yang menyantapnya, sehingga menjadi ritual penting untuk dimulai sebelum makanan lain sebagai simbol kehidupan yang manis dan beruntung sepanjang tahun.
Asal-usul Kue Keranjang Imlek
Dalam asal usulnya, kue keranjang dinamai demikian karena dahulu proses pembuatannya menggunakan keranjang-keranjang kecil terbuat dari anyaman rotan. Beberapa orang juga menyebutnya kue ranjang, singkatan dari keranjang, merujuk pada alat pembuatnya.
Awalnya, kue keranjang memiliki bentuk dan cita rasa yang berbeda dengan yang kita kenal sekarang, terutama di Tiongkok. Di sana, kue ini memiliki rasa tawar, namun kemudian berkembang di wilayah Selatan menjadi kue manis yang kini dikenal sebagai kue keranjang.
Makna kue keranjang Imlek tidak hanya terbatas pada rasa dan bentuknya, tetapi juga mencakup aspek spiritual dan religius dalam kepercayaan Tionghoa tradisional. Kue ini dianggap sebagai persembahan kepada leluhur dan kaisar langit, serta sebagai persembahan kepada dewa dapur.
Dipercayai bahwa dengan menyantap kue keranjang, dewa dapur akan mempertahankan kehormatannya di hadapan kaisar langit dengan mulutnya yang tertutup oleh kue lengket, sehingga tidak akan mengucapkan hal-hal yang tidak menyenangkan tentang keluarga.
Rasa Kue Keranjang di Indonesia dan Tiongkok
Perbedaan kue keranjang di Indonesia dan Tiongkok terutama terletak pada cita rasanya. Di Indonesia, kue keranjang cenderung memiliki rasa yang lebih manis dan lembut dibandingkan versi aslinya di Tiongkok. Meskipun demikian, baik di Indonesia maupun Tiongkok, makna dan simbolisme kue keranjang tetap sama, yaitu sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan penghormatan terhadap leluhur dalam perayaan Tahun Baru Imlek.
Advertisement
Popularitas Kue Keranjang Imlek di Indonesia
Sejarah kue keranjang Imlek di Indonesia memiliki jejak yang panjang dan menarik sejak pertama kali diperkenalkan oleh pelaut Tionghoa. Kue ini telah berasimilasi dengan budaya dan kuliner lokal, menghasilkan berbagai turunan seperti wajik, jenang, dodol, dan variasi lainnya.
Mengutip buku berjudul "Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia" oleh Olivia, S.E., M.A., sejarah perayaan Imlek di Indonesia dilatarbelakangi dari kedatangan masyarakat Tionghoa ke Indonesia sejak ribuan tahun silam.Â
Meskipun kue keranjang tetap menjadi favorit, adaptasi dalam penyajian juga terjadi seiring berjalannya waktu, dengan munculnya variasi seperti kue keranjang goreng, kolak kue keranjang, muffin kue keranjang, dan puding kue keranjang yang semakin menambah kekayaan kuliner Indonesia.
Kue Keranjang Ada Sejak 2.500 Tahun Lalu
Menurut legenda, asal-usul kue keranjang atau nian gao mencuat sekitar 2.500 tahun yang lalu dalam konteks legenda seputar Jenderal Wu Zixu dan Raja Goujian dari Kerajaan Yue. Masih mengutip dari sumber yang sama, dikatakan bahwa Wu Zixu memberikan petunjuk kepada rakyatnya untuk menggali tiga kaki di bawah tembok kota, di mana mereka menemukan bahan untuk membuat kue keranjang dari tepung beras ketan.
Kue ini tidak hanya menjadi simbol peringatan terhadap jasa-jasa Wu Zixu, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek, sebagai penanda awal tahun yang penuh harapan dan kesuksesan.
Di Indonesia Kue Keranjang Tetap Populer sampai Sekarang
Di Indonesia, kue keranjang menjadi semakin populer seiring dengan minat masyarakat terhadap kuliner Tionghoa yang kaya akan sejarah dan tradisi. Sementara itu, di China, kue keranjang atau nian gao juga tetap menjadi hidangan khas dalam perayaan Tahun Baru Imlek, menunjukkan popularitasnya yang terus bertahan dalam budaya dan tradisi Tionghoa.
Keduanya mempertahankan makna dan simbolisme yang dalam sebagai lambang keberuntungan, kesuksesan, dan penghormatan terhadap leluhur. Ini menjadikan kue keranjang sebagai bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek di Indonesia dan Tiongkok.