Sukses

Kesurupan Menurut Sains, Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi dan Mencegah

Kesurupan disebut gangguan kejiwaan seperti Dissociative Trance Disorder (DTD).

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena kesurupan, yang telah lama menjadi bagian dari berbagai kepercayaan dan praktik spiritual, semakin banyak diperdebatkan dari sudut pandang ilmiah. Kesurupan menurut sains menjadi subjek penelitian yang menarik, mengungkapkan bahwa fenomena ini sering kali terkait dengan gangguan kejiwaan seperti Dissociative Trance Disorder (DTD).

Dalam perspektif medis, kesurupan dijelaskan sebagai kondisi di mana individu mengalami perubahan perilaku yang tidak biasa. Para pakar menduga, penyebab kesurupan menurut medis disebabkan oleh tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar.

Penyebab dan gejala kesurupan menurut sains membuka jendela baru dalam pemahaman tentang kondisi ini. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan sosial dan mental, seperti stres dan kecemasan, dapat memicu terjadinya kesurupan. Gejala kesurupan seringkali meliputi perubahan drastis dalam perilaku, kehilangan kontrol atas diri sendiri, dan kadang-kadang hilangnya kesadaran akan lingkungan sekitar.

Terapi psikologis, pengelolaan stres, dan dukungan sosial dapat membantu individu yang mengalami kesurupan untuk memahami dan mengelola kondisinya dengan lebih baik. Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesurupan menurut sains juga penting untuk mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman tentang kondisi ini.

Berikut Liputan6.com ulas tentang kesurupan menurut medis, lengkap penyebab, gejala, cara mengatasi, dan mencegahnya, Minggu (11/2/2024).

2 dari 5 halaman

Kesurupan Disebut Gangguan Jiwa

Kesurupan, juga dikenal sebagai kerasukan, adalah fenomena yang sering kali dijelaskan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perilaku di luar kendali kesadaran mereka. Menurut sains, fenomena ini diidentifikasi sebagai gangguan kejiwaan yang dikenal sebagai Dissociative Trance Disorder (DTD).

Dalam literatur medis, DTD diartikan sebagai Gangguan Kesurupan, di mana individu mengalami perubahan kesadaran dan merasa menjadi makhluk atau orang lain. Meskipun sering dikaitkan dengan praktik keagamaan atau tradisional, kesurupan menjadi fokus kajian sains untuk memahami mekanisme di balik fenomena ini.

Dari perspektif ilmiah, kesurupan banyak ditemukan di negara-negara berkembang, termasuk India dan Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Eastern Journal Of Medicine. Selama keadaan trance (kesurupan), individu berada dalam kondisi antara kesadaran dan ketidak-sadaran, menunjukkan adanya gangguan dissociative pada tingkat kesadaran mereka.

Studi ilmiah ini mencoba untuk menyederhanakan dan mengkategorikan gejala kesurupan dalam konteks gangguan kejiwaan yang lebih umum, membuka jalan bagi pendekatan medis yang lebih holistik terhadap fenomena ini.

Namun, perlu dicatat bahwa pandangan sains terhadap kesurupan tidak selalu sejalan dengan keyakinan sosial atau budaya di masyarakat. Meskipun sains menyebutnya sebagai gangguan kejiwaan, masyarakat sering melihat kesurupan sebagai manifestasi spiritual atau rohaniah. Beberapa ahli berpendapat bahwa, pada dasarnya, saat kesurupan, individu mencari perhatian.

Dalam hal ini, penelitian menunjukkan bahwa kasus kesurupan jarang terjadi saat seseorang sendirian atau di ruang pribadi. Ini pun menyoroti unsur pencarian perhatian sebagai salah satu faktor yang mungkin terlibat.

Penggunaan istilah Dissociative Trance Disorder membantu merinci dan mengklasifikasikan gejala kesurupan, meskipun perdebatan seputar aspek spiritual dan sosial dari fenomena ini tetap relevan. Sains membuka jendela baru dalam melihat kesurupan, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang terjadi pada tingkat psikologis dan neurologis selama kondisi ini terjadi.

3 dari 5 halaman

Penyebab Kesurupan Menurut Medis

Penyebab kesurupan, menurut penjelasan para pakar kedokteran, dapat dipicu oleh beberapa faktor, namun yang paling dominan adalah tekanan sosial dan mental yang masuk ke alam bawah sadar manusia. Tekanan ini membuat individu bertindak aneh bahkan hingga mengalami hilang ingatan.

Studi yang dilakukan oleh Siswanto, S.Psi., M.Si, dalam bukunya "Psikologi Kesehatan Mental Awas Kesurupan!" menyebutkan bahwa faktor utama fenomena kesurupan adalah stres sosial dan mental yang tertekan ke dalam alam bawah sadar, memengaruhi kondisi emosional individu. Faktor psikologis, sosial, dan spiritual dapat menjadi pemicu terjadinya kesurupan karena tekanan yang dirasakan oleh individu.

Berdasarkan penelitian dan studi, kesurupan bukanlah disebabkan oleh kemasukan roh atau jin, seperti yang banyak diyakini secara tradisional. Penyebab utama kesurupan adalah tekanan mental yang diakibatkan oleh stres akibat tekanan mental yang dialami individu. Tekanan ini bisa berasal dari berbagai aspek kehidupan, termasuk lingkungan rumah, sekolah, atau tempat kerja.

Contoh dari tekanan mental ini termasuk perundungan, penyiksaan fisik, penyiksaan seksual, sering dimarahi oleh orang tua, atau konflik dengan teman, yang semuanya dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental individu.

Para pakar kedokteran menggarisbawahi pentingnya memahami faktor-faktor psikologis dan sosial yang berperan dalam terjadinya kesurupan. Tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar manusia menjadi pemicu utama fenomena kesurupan. Terlepas dari kepercayaan dan pandangan spiritual masyarakat, sains menekankan bahwa kesurupan tidaklah disebabkan oleh kemasukan roh atau jin, melainkan oleh tekanan mental yang dialami individu.

Pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor penyebab kesurupan, diharapkan upaya pencegahan dan intervensi yang lebih efektif dapat dilakukan untuk membantu individu yang mengalami gangguan ini.

4 dari 5 halaman

Gejala Kesurupan Menurut Medis

  1. Perubahan dalam Perilaku: Individu yang mengalami kesurupan sering kali menunjukkan perubahan drastis dalam perilaku mereka. Mereka mungkin berbicara dengan suara yang tidak biasa atau menggunakan bahasa yang tidak mereka kenal. Selain itu, mereka juga dapat menunjukkan gerakan tubuh yang tidak wajar atau tampak tidak terkendali.
  2. Hilangnya Kontrol: Orang yang kesurupan mungkin kehilangan kontrol atas diri mereka sendiri. Mereka mungkin tidak dapat mengendalikan gerakan tubuh atau tindakan mereka, dan terlihat seperti "dikendalikan" oleh kekuatan atau entitas lain.
  3. Hilangnya Kesadaran: Kadang-kadang, individu yang kesurupan dapat mengalami kehilangan kesadaran atau "trance" di mana mereka tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka. Mereka mungkin tidak merespons rangsangan eksternal atau perintah.

Cara Mengatasi Kesurupan Menurut Medis

  1. Evaluasi Medis: Langkah pertama dalam mengatasi kesurupan adalah dengan melakukan evaluasi medis menyeluruh untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab medis atau gangguan psikiatrik lainnya yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.
  2. Terapi Psikologis: Terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi percakapan, dapat membantu individu yang mengalami kesurupan untuk memahami dan mengelola tekanan sosial dan mental yang mungkin menjadi pemicu gejala mereka.
  3. Terapi Obat: Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antidepresan atau antipsikotik, dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu mengontrol gejala-gejala kesurupan dan gangguan terkait lainnya.
  4. Dukungan Keluarga dan Lingkungan: Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial dapat membantu individu yang mengalami kesurupan untuk merasa didukung dan terbantu dalam proses penyembuhan mereka. Mendapatkan dukungan emosional dan praktis dari orang-orang di sekitarnya dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental individu.

Penting untuk diingat bahwa pendekatan dalam mengatasi kesurupan haruslah komprehensif dan mencakup aspek medis, psikologis, dan sosial. Setiap individu yang mengalami gejala kesurupan mungkin ada yang memerlukan pendekatan yang unik dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka, dan konsultasi dengan profesional kesehatan mental yang berkualitas sangatlah penting.

 

5 dari 5 halaman

Cara Mencegah Kesurupan

Mencegah kesurupan melibatkan beberapa langkah dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi tersebut. Berikut adalah beberapa cara mencegah kesurupan:

1. Kelola Stres

Salah satu faktor utama yang diketahui dapat memicu kesurupan adalah stres mental dan emosional. Penting untuk mengembangkan strategi pengelolaan stres yang efektif, seperti meditasi, olahraga, terapi berbicara, atau kegiatan relaksasi lainnya. Mengetahui cara mengatasi stres dapat membantu mencegah terjadinya kesurupan.

2. Perhatikan Kesehatan Mental

Memperhatikan kesehatan mental dan emosional sangat penting dalam mencegah kesurupan. Ini termasuk menjaga keseimbangan kehidupan, memperhatikan tanda-tanda depresi, kecemasan, atau gangguan kejiwaan lainnya, dan mencari bantuan jika diperlukan. Terapi konseling atau terapi psikologis juga bisa menjadi langkah pencegahan yang efektif.

3. Hindari Penyalahgunaan Zat

Menghindari penyalahgunaan zat seperti alkohol, narkoba, atau obat-obatan terlarang dapat membantu mencegah terjadinya kesurupan. Zat-zat ini dapat mempengaruhi keseimbangan mental dan emosional seseorang dan meningkatkan risiko terjadinya kondisi psikologis yang dapat memicu kesurupan.

4. Tingkatkan Kesadaran

Menambah pengetahuan tentang kesurupan dan memahami faktor-faktor yang dapat memicunya dapat membantu mencegah terjadinya kondisi tersebut. Hal ini juga dapat membantu mengurangi stigma dan ketakutan yang sering terkait dengan kesurupan.

5. Jaga Keseimbangan Spiritual

Bagi individu yang memiliki keyakinan spiritual atau agama, menjaga keseimbangan spiritual juga penting dalam mencegah kesurupan. Ini dapat mencakup praktik-praktik seperti meditasi, doa, atau partisipasi dalam kegiatan keagamaan yang memperkuat koneksi spiritual dan mental.

6. Dukungan Sosial

Memiliki dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, dan komunitas dapat membantu mencegah kesurupan. Mendapatkan dukungan emosional dan praktis dari orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental, sehingga mengurangi risiko terjadinya kesurupan.

Â