Sukses

Pentingnya Cek Mental Health Rutin, Deteksi Gangguan Sedini Mungkin

Cek mental health secara rutin merupakan langkah yang penting dalam menjaga kesejahteraan psikologis seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Cek mental health secara rutin merupakan langkah yang penting dalam menjaga kesejahteraan psikologis seseorang. Proses pemeriksaan ini melibatkan serangkaian tindakan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental dan mendeteksi potensi gangguan kejiwaan. Metode yang umum digunakan meliputi tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pengisian kuesioner dengan profesional seperti psikiater atau psikolog.

Stress merupakan salah satu faktor psikologis utama yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental, terutama jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat. Namun, selain stress, terdapat faktor-faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kejiwaan, seperti faktor genetik, kerusakan otak, atau kondisi lingkungan tertentu.

Cek mental health dapat dilakukan secara rutin atau dalam keadaan darurat. Pemeriksaan rutin bertujuan untuk memeriksa kondisi kejiwaan secara menyeluruh, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kesehatan mental seseorang. 

Sementara itu, pemeriksaan darurat lebih difokuskan pada gejala yang muncul, riwayat gangguan, dan perilaku pasien sebelum mengalami gangguan kejiwaan. Berikut ulasan tentang cek mental health rutin sebagai upaya deteksi gangguan kesehatan mental yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (12/2/2024).

2 dari 4 halaman

Pentingnya Cek Mental Health Rutin

Melakukan cek mental health secara rutin penting terutama bagi mereka yang memiliki risiko mengalami gangguan mental atau sedang mengalami tekanan batin yang berat. Skrining ini merupakan langkah awal yang krusial dalam menjaga kesejahteraan psikologis seseorang. Tidak jarang, gangguan kesehatan mental yang terlambat terdeteksi dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang signifikan bahkan hingga resiko bunuh diri.

Sebagian orang masih menganggap bahwa skrining kesehatan mental hanya diperlukan bagi mereka yang sudah menunjukkan gejala gangguan mental. Padahal, hal ini merupakan anggapan yang keliru. Skrining dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus menunggu munculnya gejala, karena mendeteksi masalah kesehatan mental sedini mungkin merupakan kunci penting dalam mengatasi serta mencegah komplikasi yang lebih serius di masa depan.

Tingkat stres dan kecemasan yang meningkat secara signifikan karena masalah sehari-hari yang tidak teratasi dapat meningkatkan risiko terkena masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, skrining awal menjadi langkah efektif dalam menjaga kesehatan mental di tengah situasi yang menantang ini.

Manfaat dari skrining awal kesehatan mental meliputi kemampuan untuk mendeteksi dini atau menilai risiko seseorang terhadap berbagai gangguan mental seperti kecemasan, depresi, bipolar, gangguan makan, hingga PTSD. Semakin cepat masalah ini teridentifikasi, semakin baik pula efektivitas intervensi yang dapat diberikan oleh para profesional kesehatan mental. Hal ini membantu mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut atau bahkan risiko yang lebih besar seperti penggunaan obat-obatan terlarang atau pikiran bunuh diri.

Individu yang mengalami gejala-gejala seperti kecemasan berlebihan, perubahan suasana hati yang ekstrem, kelelahan yang tidak wajar, atau pikiran untuk menyakiti diri sendiri sangat dianjurkan untuk mendapatkan skrining kesehatan mental secara teratur. Langkah ini dapat membantu menjaga kesehatan mental secara menyeluruh serta memungkinkan individu untuk mendapatkan bantuan yang tepat sesegera mungkin jika diperlukan.

3 dari 4 halaman

Prosedur Cek Mental Health

Proses cek mental health melibatkan beberapa langkah yang penting untuk memahami kondisi dan kebutuhan pasien dengan lebih baik, berikut diantaranya.

1. Wawancara

Tahap wawancara dilakukan oleh dokter atau profesional kesehatan mental untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut tentang pasien. Wawancara ini mencakup berbagai aspek, seperti identitas pasien, riwayat gangguan mental dalam keluarga, gejala yang dialami, riwayat medis, dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.

2. Observasi Status Mental

Pada tahap ini, pemeriksa akan mengamati perilaku dan kondisi mental pasien secara langsung. Observasi dilakukan terhadap penampilan, sikap, suasana hati, cara berbicara, tingkat kesadaran, kemampuan berpikir, dan aspek-aspek lain yang mencerminkan kesehatan mental seseorang. Hal ini membantu dalam menilai berbagai aspek penting dari kesehatan mental pasien.

3. Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes

Jika diperlukan, pasien akan menjalani serangkaian pemeriksaan penunjang seperti tes darah, tes urine, elektroensefalografi (EEG), CT scan, atau MRI otak. Selain itu, psikotes juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi aspek-aspek kognitif dan emosional pasien lebih lanjut, seperti kepribadian, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional.

Pemeriksaan ini dapat membantu memperkuat diagnosis dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi kesehatan mental pasien. Psikotes umumnya dilakukan melalui pengisian kuesioner atau tes tertulis lainnya, baik secara mandiri oleh pasien maupun dengan bantuan profesional kesehatan mental.

4 dari 4 halaman

Tindakan Setelah Cek Mental Health

Setelah menjalani cek mental health, langkah berikutnya adalah proses analisis data yang telah dikumpulkan untuk menentukan diagnosis gangguan mental yang dialami oleh pasien. Dengan demikian, dokter dapat merancang penanganan yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.

Berbagai metode pengobatan dapat dipertimbangkan, tergantung pada jenis gangguan mental, tingkat keparahan, serta respons individu terhadap pengobatan tersebut. Tim medis yang terlibat dalam proses pengobatan gangguan mental biasanya meliputi psikiater, psikolog, dokter umum, dokter spesialis lain, perawat, dan keluarga pasien.

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu metode pengobatan yang umum digunakan dalam penanganan gangguan mental. Terapi ini melibatkan sesi konseling dengan psikiater atau psikolog untuk membantu pasien dalam memahami dan mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Psikoterapi bisa berlangsung selama beberapa bulan dan terdiri dari beberapa sesi.

2. Obat-obatan

Pemberian obat-obatan seringkali merupakan bagian dari penanganan gangguan mental. Meskipun tidak selalu dapat menyembuhkan gangguan mental, obat-obatan dapat membantu mengurangi gejala yang dialami pasien dan meningkatkan efektivitas metode pengobatan lainnya. Jenis obat-obatan yang diberikan bergantung pada jenis gangguan mental yang diderita oleh pasien dan harus diawasi oleh seorang psikiater. Antara lain, antidepresan, antipsikotik, mood stabilizer, obat penenang, dan obat pereda cemas.

3. Stimulasi Otak

Stimulasi otak merupakan metode pengobatan alternatif yang digunakan ketika psikoterapi dan obat-obatan tidak efektif dalam menangani gangguan mental. Contoh stimulasi otak termasuk terapi kejut listrik otak (electroconvulsive therapy) dan terapi stimulasi otak menggunakan gelombang elektromagnetik (repetitive transcranial magnetic stimulation). Metode ini dapat memberikan efek positif pada beberapa kasus gangguan mental yang sulit diobati.

Dalam proses pengobatan gangguan mental, penting bagi pasien dan keluarga untuk berkomunikasi secara terbuka dengan tim medis, mengikuti instruksi pengobatan dengan disiplin, dan menjaga dukungan sosial yang kuat. Dengan pendekatan yang holistik dan terintegrasi, diharapkan pasien dapat mengalami perbaikan dalam kesehatan mental mereka dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.