Sukses

Makan Tak Perlu Lauk, Ilmuwan Korsel Kembangkan Nasi Bersel Daging Sapi

Beras bersel protein bikin praktis.

Liputan6.com, Jakarta Menyantap makanan nasi tak lengkap tanpa menggunakan lauk. Terlebih masyarakat tanah air sendiri, sudah suatu keharusan makan nasi ditemani lauk. Namun ilmuwan baru-baru ini membuat penelitian unik menyatukan sel beras dengan sumber protein (lauk). Mereka menciptakan beras bersel daging sapi. 

Menariknya hal ini menjadi solusi unik makan nasi tanpa lauk. Ilmuwan Korea Selatan berhasil menciptakan makanan hibrida baru yang menggabungkan sel-sel lemak dan otot sapi dengan butiran beras. Namun penelitian ini masih perlu dikembangkan lebih jauh.

Makanan yang dihasilkan menyerupai kombinasi daging cincang dan nasi, dengan butiran berwarna merah muda. Namun, menurut tim peneliti dari Universitas Yonsei yang dipimpin oleh insinyur biomolekuler Sohyeon Park, produk ini kaya akan nutrisi meskipun membutuhkan sedikit tenaga kerja dalam proses produksinya.

Menariknya, ada sensasi bau dan rasa unik dari beras bersel daging sapi ini. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum keunikan beras bersel daging sapi melansir dari Science Alert, Kamis (15/2/2024).

2 dari 4 halaman

Kandungan Nutrisi Beras Bersel Daging

Beras, sebagai makanan pokok memiliki kandungan sekitar 80 persen pati dan 20 persen sisanya berupa protein serta nutrisi lainnya. Namun, para peneliti percaya bahwa terdapat cara untuk meningkatkan kandungan nutrisi ini lebih jauh lagi.

"Bayangkan memperoleh semua nutrisi yang kita perlukan dari beras protein hasil kultur sel. Beras sudah memiliki tingkat nutrisi yang tinggi, namun menambahkan sel dari ternak dapat meningkatkannya lebih lanjut,” kata  Sohyeon Park.

Beras juga memiliki kegunaan penting di berbagai bidang, terutama karena kandungan proteinnya. Dalam sistem biologis, sel memerlukan perancah untuk membentuk jaringan, dan beras yang sangat berpori dapat berperan sebagai perancah di ma

3 dari 4 halaman

Cara Melapisi Butiran Beras dengan Sel Daging Sapi

Proses produksi melibatkan pelapisan butiran beras dengan gelatin ikan dan enzim makanan untuk memfasilitasi pertumbuhan sel. Selanjutnya, butiran beras disemai dengan sel induk otot dan lemak sapi, dan dibiarkan tumbuh selama 9 hingga 11 hari.

Hasil akhir dari budidaya ini adalah beras hibrida yang lebih keras dan rapuh dibandingkan beras biasa. Namun yang lebih penting adalah peningkatan kandungan protein dan lemak, yang lebih tinggi 8 persen dan 7 persen secara berturut-turut dibandingkan dengan beras biasa.

Selain itu, produksi beras hibrida memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi daging sapi, serta lebih ekonomis bagi konsumen.

Perubahan pada profil rasa nasi juga menjadi hal menarik, dengan penambahan senyawa bau dari otot dan lemak daging sapi memberikan dimensi rasa yang baru pada nasi.

4 dari 4 halaman

Jadi Makanan Militer hingga Astronaut

Langkah selanjutnya adalah menyempurnakan proses produksi untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam pembuatan beras hibrida, serta eksperimen untuk meningkatkan serapan materi seluler ke dalam butiran beras.

Penemuan ini menjanjikan solusi untuk mengurangi tekanan terhadap ketahanan pangan, yang semakin mendesak di dunia saat ini. 

Park menambahkan, "Sekarang saya melihat banyak sekali kemungkinan untuk makanan hibrida berbahan dasar biji-bijian ini. Suatu hari nanti bisa berfungsi sebagai bantuan pangan untuk kelaparan, ransum militer, atau bahkan makanan luar angkasa."

Dengan inovasi seperti ini, harapan akan terciptanya solusi untuk masalah ketahanan pangan semakin nyata. Para ilmuwan terus bekerja untuk menghadirkan alternatif makanan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan bagi masyarakat global.