Sukses

Tes Kejiwaan Dilakukan untuk Mengevaluasi Kesehatan Mental, Simak 10 Skala Klinisnya

Tes kejiwaan merupakan serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Tes kejiwaan atau yang dikenal juga dengan istilah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), merupakan salah satu jenis tes psikologis yang digunakan, untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang. Tes kejiwaan memiliki peran yang sangat penting, dalam mengidentifikasi potensi gangguan kejiwaan yang mungkin dialami seseorang, seperti depresi, kecemasan, gangguan kepribadian dan masih banyak lagi.

Tes kejiwaan ini umumnya dilakukan oleh para profesional di bidang psikologi atau psikiatri, di mana hasilnya dapat memberikan gambaran yang cukup akurat mengenai kondisi mental seseorang. Dalam proses tes kejiwaan, biasanya terdapat serangkaian pertanyaan-pertanyaan dan tes-tes yang dirancang secara khusus, untuk menggali berbagai aspek dari kepribadian dan kondisi mental seseorang.

Hasil dari tes ini kemudian akan diinterpretasikan oleh para ahli, untuk menentukan apakah seseorang mengalami gangguan kejiwaan atau tidak. Selain itu, tes kejiwaan juga dapat membantu menentukan jenis terapi atau intervensi yang tepat, untuk membantu individu dalam mengatasi masalah kejiwaannya. Melalui tes kejiwaan, diharapkan seseorang dapat lebih memahami dirinya sendiri dan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, dalam mengelola masalah kejiwaan yang dialaminya. 

Berikut ini skala klinis tes kejiwaan atau MMPI yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/2/2024). 

2 dari 4 halaman

Apa Itu Tes Kejiwaan?

Tes kejiwaan adalah suatu metode penilaian atau evaluasi yang dirancang untuk mengukur berbagai aspek psikologis individu. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kondisi mental seseorang, membantu dalam identifikasi potensi masalah kejiwaan, serta memberikan panduan untuk perawatan atau dukungan yang tepat.

Metode ini dapat mencakup berbagai pendekatan, termasuk wawancara psikologis, kuesioner atau skala penilaian, tes proyektif dan tes kognitif. Selama tes kejiwaan, individu mungkin diminta untuk memberikan jawaban tertulis atau lisan terhadap pertanyaan, menjalani tugas atau simulasi tertentu, atau memberikan respons terhadap gambar atau situasi tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa tes kejiwaan bukan hanya untuk mengidentifikasi masalah atau gangguan mental, tetapi juga untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kesehatan mental seseorang. Dengan demikian, tes ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk deteksi dini gangguan kejiwaan, penilaian kesehatan mental secara holistik, perencanaan perawatan, pemantauan progres, dan pemahaman lebih dalam tentang aspek-aspek psikologis individu. Walaupun tes kejiwaan merupakan alat yang berguna, penting untuk memahami keterbatasannya. Hasil tes kejiwaan harus diinterpretasikan oleh profesional kesehatan mental yang terlatih dan hasil tersebut sebaiknya digunakan sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terkait kesehatan mental seseorang.

3 dari 4 halaman

Ragam Tes

1. Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah salah satu tes kejiwaan yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi kondisi mental seseorang. Tes ini dirancang untuk mendeteksi gangguan kejiwaan, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan kecemasan. Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang sedang menjalani tes. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini nantinya akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan mental dan emosional seseorang.

MMPI mengukur berbagai aspek kepribadian, seperti kecenderungan untuk mengalami gangguan kejiwaan, pola pemikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Hasil dari tes ini bisa membantu profesional kesehatan mental untuk membuat diagnosis yang lebih tepat dan merencanakan perawatan yang sesuai untuk pasien. Dengan adanya tes MMPI, diharapkan seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan dapat segera terdeteksi dan mendapatkan perawatan yang tepat. Sehingga, tes ini memberikan manfaat besar dalam mendiagnosis serta mengelola kondisi kejiwaan seseorang.

2. Tes Sehat Jiwa

Tes Sehat Jiwa merupakan rangkaian pemeriksaan yang digunakan, untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan kejiwaan seperti depresi, kecemasan, atau gangguan bipolar. Dengan adanya tes sehat jiwa, seseorang dapat mengetahui kondisi kejiwaannya dan mendapatkan bantuan atau perawatan jika diperlukan. Tes ini biasanya melibatkan wawancara dengan psikolog atau psikiater, serta pengisian kuesioner untuk menilai tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan kejiwaan lainnya. Selain itu, tes fisik juga bisa dilakukan untuk memastikan bahwa gangguan kejiwaan yang dialami tidak disebabkan oleh masalah kesehatan fisik.

Dalam proses pemeriksaan, kejujuran dan kejujuran diri sangat penting agar hasil tes sehat jiwa menjadi akurat. Dengan demikian, seseorang dapat segera mendapatkan bantuan atau intervensi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kejiwaan yang dialami. Tes sehat jiwa sangat penting untuk menjaga kesehatan mental seseorang dan mencegah terjadinya masalah kejiwaan yang lebih serius di kemudian hari.

3. Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tes kejiwaan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan mental seseorang. Hal ini penting untuk mendeteksi gangguan kejiwaan seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, skizofrenia dan lain sebagainya. Proses pemeriksaan medis kejiwaan melibatkan sejumlah tes psikologis dan wawancara dengan seorang profesional kesehatan mental. Beberapa tes kejiwaan yang umum dilakukan antara lain tes kepribadian, tes kecerdasan emosional, skala depresi dan kecemasan, serta tes penilaian untuk menilai gejala-gejala tertentu. Hasil dari tes ini membantu dokter untuk menentukan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat bagi pasien.

Penting untuk diingat bahwa tes kejiwaan ini tidak hanya diperuntukkan bagi individu yang mengalami gangguan mental, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang kesehatan kejiwaannya. Dengan melakukan tes kejiwaan, seseorang dapat lebih meningkatkan kesadaran diri terhadap kondisi mentalnya dan mendapatkan bantuan yang diperlukan jika diperlukan.

4 dari 4 halaman

Hasil Tes MMPI

Tes Kepribadian Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) tidak hanya sekadar menghasilkan hasil, tetapi juga menghadirkan analisis mendalam melalui 10 skala klinis yang menyajikan gambaran komprehensif mengenai kondisi psikologis seseorang. Setiap skala dievaluasi berdasarkan kelompok pertanyaan tertentu, tetapi dengan disertai ketidakjelasan terhadap peserta, menjadikan hasilnya lebih objektif.

Tidak hanya mengukur skala klinis, MMPI juga dilengkapi dengan skala validitas yang membantu menilai sikap peserta terhadap tes. Fungsi skala ini sangat penting untuk mengidentifikasi apakah peserta berusaha mempresentasikan diri secara berbeda selama tes dibandingkan dengan cara mereka mengenali diri sendiri.

Berikut 10 skala klinis MMPI yang tetap relevan dan digunakan secara meluas:

1. Hypochondriasis (Hs)

Skala ini tidak hanya mengukur tingkat kepedulian seseorang terhadap kesehatan dirinya sendiri, tetapi juga memperlihatkan sejauh mana perhatian tersebut dapat mengganggu interaksi sosial. Skor tinggi di sini mungkin mengindikasikan adanya kecenderungan psikosomatis.

2. Depression (D)

Tujuan dari skala ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan hidup seseorang. Skor tinggi mungkin mencerminkan karakteristik moral yang kurang baik, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, dan pandangan pesimis terhadap masa depan.

3. Hysteria (Hy)

Digunakan untuk mengukur kepribadian histeria atau gangguan mental akibat stres berat, skala ini mempertimbangkan beberapa aspek, termasuk sinisme, rasa malu, buruknya kesehatan fisik, nyeri kepala, dan neurotisme.

4. Psychopathic Deviate (Pd)

Skala ini membantu mengidentifikasi kepribadian psikopat melalui deviasi sosial, tindakan amoral, dan kurangnya penerimaan terhadap norma sosial.

5. Masculinity/Femininity (Mf)

Awalnya digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan homoseksual, skala ini sekarang lebih melibatkan aspek-aspek pribadi seperti sensitivitas, hobi, minat, dan preferensi estetika.

6. Paranoia (Pa)

Bertujuan untuk mengidentifikasi gejala paranoid, skala ini melibatkan penilaian atas kepekaan yang berlebihan, kecurigaan berlebihan, perilaku kaku, dan perasaan menjadi korban.

7. Psychasthenia (Pt)

Psychasthenia mencerminkan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan tingkat depresi seseorang.

8. Schizophrenia (Sc)

Seperti namanya, skala ini digunakan untuk mengukur tingkat skizofrenia pada seseorang, menunjukkan sejauh mana individu tersebut menjauh dari realitas.

9. Hypomania (Ma)

Skala ini menilai karakteristik hipomania, yaitu kondisi psikologis yang meningkatkan energi dan suasana hati, yang pada tingkat yang lebih tinggi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

10. Social Introversion (Si)

Skala ini mengukur kecenderungan individu untuk menarik diri dari hubungan sosial, melibatkan aspek-aspek seperti tingkat kompetitif, kekakuan sikap, kepatuhan, dan kecenderungan untuk bergantung pada orang lain.

Hasil interpretasi MMPI-2 dilakukan dengan mempertimbangkan skor-T dengan rentang 30–120. Penting untuk dicatat, bahwa skor normal berkisar antara 50–65. Di luar kisaran tersebut, interpretasi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan mental yang mungkin dialami seseorang.Â