Sukses

Susah BAB atau Sembelit, Ini Penyebab dan Cara Mudah Mengatasinya

Penyebab susah BAB dan tips mengatasinya.

Liputan6.com, Jakarta Susah BAB, atau yang sering kali disebut dengan sembelit, adalah salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia. Fenomena ini bisa terjadi pada siapa pun, dari anak-anak hingga orang dewasa, dan bisa mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Susah BAB bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga bisa mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Bagaimana sembelit dapat diatasi dan apa saja penyebabnya merupakan pertanyaan yang sering diajukan oleh banyak individu.

Ketika seseorang mengalami susah BAB, tidak hanya sekadar menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Susah BAB dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari pola makan yang kurang sehat hingga kurangnya aktivitas fisik. Bahkan, stres dan faktor-faktor psikologis juga dapat memainkan peran dalam memperburuk kondisi tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami akar penyebabnya dan mencari solusi yang tepat.

Penanganan susah BAB seringkali melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup, pola makan yang sehat, dan terkadang penggunaan obat-obatan. Dengan mengenali gejala, mengetahui cara mencegahnya, dan mencari bantuan medis ketika diperlukan, seseorang dapat mengelola dan mengatasi masalah sembelit dengan lebih efektif. Susah BAB bukanlah masalah yang sepele, dan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini dapat membantu individu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk kesehatan mereka secara keseluruhan.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber penyebab susah BAB dan tips mengatasinya, Kamis (22/2/2024).

2 dari 5 halaman

Apa Itu Sembelit atau Susah BAB?

Konstipasi atau sembelit adalah suatu gangguan pencernaan yang umumnya dialami oleh banyak orang. Kondisi ini muncul akibat penurunan aktivitas usus, yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam melakukan buang air besar (BAB). Gejala utama konstipasi sering dimulai dengan keluhan susah BAB.

Seseorang dikatakan mengalami konstipasi ketika frekuensi buang air besar mereka kurang dari tiga kali dalam seminggu. Namun, perlu diperhatikan bahwa frekuensi buang air besar yang normal dapat bervariasi antar individu. Beberapa orang mungkin dapat BAB setiap hari, bahkan beberapa kali sehari, sementara yang lain mungkin terbiasa dengan frekuensi hanya sekali atau dua kali dalam seminggu.

Kondisi sembelit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pola makan yang kurang serat, kurangnya konsumsi air, kurangnya aktivitas fisik, atau masalah kesehatan tertentu. Seseorang yang mengalami konstipasi mungkin merasa perut kembung, tidak nyaman, atau bahkan mengalami rasa sakit selama proses buang air besar.

Penting untuk memahami bahwa konstipasi bukan hanya masalah frekuensi buang air besar, tetapi juga melibatkan konsistensi tinja yang keras dan sulit untuk dikeluarkan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat, cukup minum air, dan menjaga tingkat aktivitas fisik yang memadai.

Jika seseorang mengalami gejala konstipasi yang berkepanjangan atau berat, sebaiknya segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan evaluasi dan penanganan yang sesuai. Segera mengatasi masalah konstipasi dapat membantu mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

3 dari 5 halaman

Apakah Sembelit atau Susah BAB Berbahaya?

Sembelit atau kesulitan buang air besar (BAB) umumnya dianggap sebagai suatu gangguan pencernaan yang sering terjadi dan bersifat umum. Meskipun kondisi ini tidak selalu berbahaya, tetapi jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Sembelit bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang kurang serat, dan kurangnya konsumsi air. Selain itu, beberapa kondisi khusus seperti kehamilan, obesitas, atau penuaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya sembelit. Perubahan hormon selama kehamilan atau penurunan aktivitas usus pada lansia bisa menjadi pemicu kondisi ini.

Meskipun jarang berakibat fatal, sembelit dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Gejala sembelit tidak hanya mencakup kesulitan buang air besar, tetapi juga bisa termasuk perut kembung, sensasi tidak nyaman, atau rasa sakit saat buang air besar. Selain itu, sembelit yang kronis atau tidak diatasi dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti wasir (ambeien) atau fisura ani (robekan pada kulit di sekitar anus).

Penting untuk diingat bahwa setiap gejala sembelit yang berkepanjangan atau berat sebaiknya segera dikonsultasikan dengan profesional kesehatan. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyebab sembelit dan memberikan saran atau perawatan yang sesuai, seperti perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, atau penggunaan obat-obatan sesuai petunjuk dokter.

Selain itu, untuk mencegah sembelit, penting untuk menjaga gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan tinggi serat, cukup minum air, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Dengan penanganan yang tepat dan perubahan gaya hidup, kondisi sembelit umumnya dapat diatasi dengan baik.

4 dari 5 halaman

Penyebab Susah BAB atau Sembelit

Penyebab sembelit dapat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga memahami aspek-aspek tersebut menjadi kunci untuk mengatasi kondisi ini. Salah satu penyebab utama sembelit adalah penurunan aktivitas usus, yang mengakibatkan pergerakan kotoran melalui saluran pencernaan menjadi lebih lambat dan feses menjadi keras. Namun, setiap individu mungkin memiliki penyebab yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan sembelit:

1. Jarang Bergerak

Salah satu penyebab sembelit adalah kurangnya aktivitas fisik. Pergerakan tubuh berperan penting dalam merangsang gerakan usus, sehingga ketidakaktifan atau gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan melambatnya pergerakan usus. Melibatkan diri dalam olahraga atau aktivitas fisik secara teratur dapat membantu melancarkan buang air besar.

2. Pola Makan yang Kurang Baik

Pola makan yang rendah serat, khususnya kurangnya konsumsi sayur dan buah, dapat menjadi penyebab sembelit. Serat membantu menyerap air ke dalam usus besar, menambah volume kotoran, dan membuatnya lebih lunak. Oleh karena itu, konsumsi makanan yang kaya serat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan.

3. Masa Kehamilan

Wanita hamil sering mengalami perubahan hormonal, terutama peningkatan hormon progesteron. Hormon ini dapat mengendurkan otot usus, menyebabkan pergerakan usus melambat dan memicu sembelit selama masa kehamilan.

4. Efek Samping Obat

Beberapa jenis obat seperti antidepresan, anti kejang, antasida, obat pereda nyeri, dan suplemen zat besi dapat menyebabkan efek samping berupa sembelit. Konsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut dapat membantu mencegah atau mengatasi masalah sembelit.

5. Stres Berat

Kondisi stres dapat memiliki dampak negatif pada sistem pencernaan. Stres dapat meningkatkan permeabilitas usus dan melepaskan hormon stres yang dapat memperlambat gerakan usus. Selain itu, tekanan psikologis yang tinggi dapat menyebabkan pelepasan hormon adrenalin, yang dapat menghambat pergerakan usus dan menyebabkan sembelit.

Penting untuk diingat bahwa mengidentifikasi penyebab sembelit pada setiap individu dapat memerlukan evaluasi medis yang lebih mendalam. Berkonsultasi dengan dokter adalah langkah yang bijak untuk menentukan strategi pengobatan yang sesuai dengan penyebab spesifik dan kondisi kesehatan seseorang.

5 dari 5 halaman

Cara Mengatasi Sembelit atau Susah BAB

Sembelit, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu keseharian, memerlukan tindakan yang tepat untuk mengatasi gejalanya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sembelit:

1. Mengonsumsi Obat Sembelit:

Salah satu cara cepat mengatasi sembelit adalah dengan menggunakan obat pencahar yang tersedia di apotek tanpa resep dokter. Beberapa jenis obat yang sering direkomendasikan meliputi suplemen serat seperti Fibercon atau Metamucil, laktasif atau pencahar stimulan seperti Bisacodyl atau Sodium Pikosulfat, laksatif atau pencahar osmotik yang mengandung magnesium sitrat dan laktulosa, serta obat pelunak kotoran atau pelumas (lubrikan). Namun, penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan petunjuk dokter atau apoteker.

2. Berkonsultasi dengan Dokter:

Jika gejala sembelit berlanjut dan tidak kunjung membaik, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan medis dapat membantu mengidentifikasi penyebab yang mendasari sembelit dan menentukan rencana pengobatan yang lebih spesifik. Dalam beberapa kasus, tindakan operasi mungkin diperlukan jika sembelit bersifat kronis atau tidak merespons dengan baik terhadap pengobatan konvensional.

3. Mengatur Pola Hidup Sehat:

Perubahan pola hidup menjadi kunci penting dalam mengatasi sembelit. Beberapa langkah yang dapat diambil melibatkan perubahan pada pola makan, antara lain:

  • Mengonsumsi suplemen serat untuk meningkatkan asupan serat harian.
  • Menambahkan variasi dan jumlah makanan berserat tinggi seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
  • Rajin minum air putih untuk menjaga kelembapan dan kelancaran gerakan usus.

Selain itu, menjaga pola makan yang teratur, menghindari menahan keinginan buang air besar, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur juga dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan mencegah sembelit.

Menghadapi sembelit memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan perubahan gaya hidup, pengaturan pola makan, dan kadang-kadang penggunaan obat-obatan. Sebuah pendekatan yang seimbang dan konsultasi dengan profesional kesehatan dapat memberikan solusi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu.