Sukses

Berekspektasi Artinya Apa? Ini Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhinya

Pengertian berekspektasi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya

Liputan6.com, Jakarta Berekspektasi artinya mengharapkan adanya hasil yang diinginkan atau yang diharapkan dari suatu situasi atau peristiwa. Ekspektasi juga bisa diartikan sebagai harapan atau pandangan yang kita ingin terjadi pada masa depan. Berekspektasi artinya kita memiliki asumsi atau harapan terhadap suatu hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ekspektasi juga bisa diartikan sebagai keyakinan atau harapan yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal yang akan terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, berekspektasi artinya kita memiliki harapan atau asumsi terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Misalnya, ketika seseorang melamar pekerjaan, maka ia memiliki ekspektasi untuk diterima dan bekerja di perusahaan tersebut. Begitu juga ketika seseorang memulai hubungan percintaan, ia memiliki ekspektasi atas hubungan tersebut akan berlangsung dengan baik dan langgeng. Dalam kehidupan sehari-hari, ekspektasi juga bisa terjadi dalam hal-hal yang sederhana seperti harapan akan cuaca yang cerah pada hari libur atau harapan akan mendapatkan kenaikan gaji di tempat kerja.

Dengan memahami arti ekspektasi, kita bisa lebih aware terhadap harapan atau asumsi yang kita miliki dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui arti ekspektasi juga bisa membantu dalam menentukan tujuan dan rencana untuk masa depan. Arti ekspektasi juga mengajarkan kita untuk tetap realistis dalam menetapkan harapan-harapan kita.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian berekspektasi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, pada Kamis (29/2).

2 dari 4 halaman

Berekspektasi artinya apa?

Berekspektasi merupakan suatu kondisi mental di mana seseorang atau sesuatu memiliki harapan atau keyakinan tertentu terkait dengan suatu situasi, peristiwa, atau masa depan. Ini melibatkan proses pikiran di mana individu merencanakan atau membayangkan bagaimana suatu hal seharusnya berlangsung berdasarkan harapan atau keyakinan mereka.

Ekspektasi dapat berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hubungan interpersonal, prestasi, atau bahkan peristiwa global. Saat seseorang "berekspektasi," mereka mungkin membayangkan hasil yang diinginkan atau memprediksi kemungkinan suatu kejadian. Ekspektasi ini dapat muncul dari pengalaman masa lalu, informasi yang diterima, atau sekadar harapan pribadi.

Dalam konteks psikologi, berekspektasi juga dapat memainkan peran penting dalam pengaruh perilaku dan respons seseorang terhadap suatu situasi. Individu yang memiliki ekspektasi positif cenderung memiliki sikap yang lebih optimis dan mungkin lebih termotivasi untuk mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, ekspektasi negatif dapat menghasilkan sikap yang lebih pesimis atau bahkan mempengaruhi kinerja dan hasil.

Dalam hubungan interpersonal, berekspektasi dapat memainkan peran dalam membentuk harapan individu terhadap perilaku dan respons orang lain. Kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan dapat mempengaruhi hubungan dan emosi seseorang.

Penting untuk diingat bahwa ekspektasi dapat berubah seiring waktu berdasarkan pengalaman baru atau informasi tambahan. Seseorang juga dapat memiliki ekspektasi yang realistis atau tidak realistis tergantung pada pemahaman mereka tentang situasi tertentu.

Dengan demikian, konsep "berekspektasi" mencerminkan dimensi psikologis yang melibatkan harapan, keyakinan, dan antisipasi individu terhadap masa depan, yang dapat memengaruhi sikap, perilaku, dan pengambilan keputusan mereka.

3 dari 4 halaman

Faktor yang Mempengaruhi munculnya ekspektasi 

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya ekspektasi dalam diri seseorang melibatkan kombinasi pengaruh internal dan eksternal yang dapat membentuk cara individu melihat dan merespons dunia di sekitarnya. Beberapa faktor tersebut melibatkan aspek psikologis, sosial, dan pengalaman pribadi. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya ekspektasi dalam diri seseorang:

  1. Pengalaman Pribadi: Pengalaman masa lalu, baik positif maupun negatif, dapat memberikan landasan untuk ekspektasi di masa depan. Pengalaman sukses dapat meningkatkan ekspektasi positif, sementara kegagalan atau pengalaman traumatis dapat menghasilkan ekspektasi yang lebih rendah atau pesimis.
  2. Pendidikan dan Budaya: Latar belakang pendidikan dan budaya seseorang dapat memainkan peran penting dalam membentuk ekspektasi. Nilai-nilai yang diajarkan dalam keluarga, masyarakat, atau lembaga pendidikan dapat memberikan panduan tentang apa yang dianggap sebagai harapan yang realistis atau diinginkan.
  3. Proses Kognitif: Proses berpikir, interpretasi informasi, dan pemrosesan kognitif individu dapat mempengaruhi bagaimana mereka membentuk ekspektasi. Orang dengan pola pikir optimis mungkin cenderung membentuk ekspektasi yang lebih positif, sementara individu dengan kecenderungan pesimis mungkin memiliki ekspektasi yang lebih rendah.
  4. Sosialisasi: Interaksi dengan orang lain, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat, dapat memengaruhi ekspektasi. Ekspektasi dapat dipengaruhi oleh norma sosial, harapan keluarga, atau tekanan dari lingkungan sosial.
  5. Kondisi Emosional: Keadaan emosional seseorang, seperti suasana hati, kecemasan, atau kebahagiaan, dapat memengaruhi cara mereka melihat masa depan. Seseorang yang dalam keadaan bahagia mungkin cenderung memiliki ekspektasi yang lebih positif, sementara kecemasan atau depresi dapat merubah persepsi mereka.
  6. Tujuan dan Motivasi: Tujuan dan motivasi seseorang dapat memberikan arah bagi ekspektasi mereka. Orang yang sangat termotivasi untuk mencapai sukses mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terkait dengan pencapaian tujuan mereka.
  7. Pengaruh Media dan Lingkungan: Paparan terhadap media, baik itu berita, iklan, atau media sosial, dapat memainkan peran dalam membentuk ekspektasi. Gambaran yang diberikan oleh media atau lingkungan sekitar dapat memengaruhi persepsi individu terhadap realitas.
  8. Karakteristik Individu: Faktor-faktor seperti kepribadian, nilai-nilai inti, dan tingkat kepercayaan diri juga dapat mempengaruhi munculnya ekspektasi dalam diri seseorang. Individu yang percaya pada kemampuan dan nilai-nilai positifnya mungkin lebih cenderung memiliki ekspektasi yang lebih optimis.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini bersifat kompleks dan saling terkait, dan setiap individu memiliki kombinasi unik dari faktor-faktor ini yang membentuk ekspektasi mereka.

4 dari 4 halaman

Aspek Ekspektasi

Ekspektasi atau harapan yang tertanam dalam diri individu memiliki kompleksitas yang tercermin dalam berbagai aspek, seperti yang dijelaskan oleh teori ekspektasi menurut Snyder (2000). Terdapat beberapa komponen atau aspek utama dalam teori ekspektasi, yang memberikan gambaran lebih rinci tentang bagaimana ekspektasi terbentuk dan memengaruhi perilaku individu. Berikut adalah penjelasan yang lebih panjang mengenai masing-masing aspek:

1. Tujuan (Goal)

Tujuan atau goal menjadi landasan dari seluruh proses tindakan mental yang membentuk ekspektasi. Menurut Averill dan koleganya (sebagaimana dijelaskan oleh Snyder, 2000), tujuan ini menandakan akhir dari rangkaian tahapan perilaku mental individu terkait ekspektasi. Pentingnya tujuan ini tidak hanya terletak pada fakta bahwa tujuan tersebut harus bernilai, tetapi juga harus memungkinkan pencapaian secara logis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Pathway Thinking

Pathway thinking mencerminkan bagaimana individu melihat diri mereka sendiri sebagai pemilik kemampuan untuk mengembangkan "jalur" atau cara untuk mencapai tujuan mereka. Ini melibatkan pemikiran internal dan pesan kepada diri sendiri untuk meyakinkan bahwa individu tersebut mampu menemukan solusi atau jalur untuk menyelesaikan masalah. Pathway thinking menjadi kunci dalam membentuk strategi mental untuk mencapai tujuan dengan mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang dapat diambil.

3. Agency Thinking

Agency thinking mencerminkan persepsi individu terhadap kemampuan mereka untuk mencapai tujuan, terutama melalui jalur-jalur yang telah dipikirkan. Ini melibatkan pemikiran mengenai sejauh mana individu memiliki kendali dan kekuatan untuk mengatasi hambatan yang mungkin muncul dalam mencapai tujuan mereka. Pemikiran agensi ini mendorong individu untuk melakukan percakapan internal yang memotivasi, seperti meyakinkan diri sendiri bahwa mereka mampu dan tidak akan berhenti sampai mencapai tujuan.

4. Kombinasi Antara Pathway Thinking dan Agency Thinking

Komponen pathway thinking dan agency thinking dianggap sebagai dua aspek yang saling melengkapi dan bersifat timbal balik. Dalam kenyataannya, keseimbangan dan integrasi antara kedua aspek tersebut menjadi kunci keberhasilan dalam mempertahankan pencapaian tujuan. Jika salah satu aspek tidak dapat dicapai atau terabaikan, maka kemampuan untuk mempertahankan ekspektasi atau tujuan juga dapat terganggu. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengembangkan dan memelihara keseimbangan yang baik antara pemikiran jalur dan pemikiran agensi dalam perjalanan mencapai tujuan mereka.

Dengan memahami aspek-aspek ini, kita dapat memiliki wawasan lebih mendalam tentang kompleksitas proses mental yang terlibat dalam pembentukan ekspektasi dalam diri individu.