Sukses

Kapan Imunisasi BCG Perlu Dilakukan? Ketahui Manfaat, Cara Kerja, dan Ciri-Ciri Vaksin yang Gagal

Imunisasi BCG merupakan salah satu jenis vaksin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit TBC atau Tuberkulosis.

Liputan6.com, Jakarta Imunisasi BCG merupakan salah satu jenis vaksin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit TBC atau Tuberkulosis. Singkatan BCG sendiri berasal dari Bacillus Calmette-Guerin, yang merupakan jenis bakteri yang sudah dilemahkan dan diinaktivasi. Dalam prosesnya, vaksin ini diberikan melalui suntikan ke bagian lengan atas atau yakni tuberkulin dimana sering diberikan pada bayi yang berusia 24 jam setelah dilahirkan.

Imunisasi BCG memiliki beberapa manfaat yang penting dalam pencegahan penyakit TBC. Pertama, vaksin ini dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk perlindungan terhadap infeksi TBC. Kedua, imunisasi BCG dapat mengurangi risiko anak terkena TBC paru. Ketiga, vaksin ini juga dapat meminimalisir gejala dan kerusakan paru yang disebabkan oleh penyakit TBC. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa anak-anak kita telah menerima imunisasi BCG sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Namun, penting untuk diingat bahwa imunisasi BCG ini juga dapat mengalami kegagalan dalam memberikan perlindungan terhadap penyakit TBC. Beberapa ciri-ciri imunisasi BCG yang gagal mencakup tidak terbentuknya bekas suntikan setelah vaksin diberikan, atau bekas suntikan yang terlalu kecil dan tidak berkembang seiring waktu. Selain itu, anak yang telah divaksinasi BCG juga masih berisiko terkena TBC, terutama jika mereka terpapar dengan bakteri penyebab TBC yang sudah resisten terhadap vaksin BCG.

Untuk memahami apa itu imunisasi BCG dan kapan vaksin ini harus diberikan, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (3/3/2024)

2 dari 8 halaman

Manfaat Vaksin BCG

Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah tuberkulosis (TB), penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Vaksin ini memiliki banyak manfaat dalam menjaga kesehatan terutama pada anak-anak.

Salah satu manfaat utama vaksin BCG adalah mampu mencegah komplikasi parah yang dapat terjadi akibat infeksi TB. Vaksin ini telah terbukti efektif dalam mencegah penyakit TB yang parah seperti meningitis TB pada anak-anak. Meningitis TB adalah infeksi TB yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan kematian.

Melalui vaksinasi BCG, anak-anak memiliki perlindungan tambahan terhadap komplikasi serius yang mungkin terjadi akibat infeksi TB. Vaksin ini juga dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit TB di masyarakat.

Penting untuk dicatat bahwa vaksin BCG tidak memberikan perlindungan yang sempurna dan tidak mencegah infeksi TB dengan sempurna. Namun, dengan pemberian vaksin BCG secara rutin, risiko penyakit TB yang parah seperti meningitis TB dapat dikurangi secara signifikan, terutama pada anak-anak.

Dalam rangka menjaga kesehatan anak dan masyarakat secara keseluruhan, penting bagi setiap anak untuk mendapatkan vaksin BCG sesuai jadwal yang ditentukan oleh tenaga medis. Dengan demikian, manfaat vaksin BCG dalam mencegah komplikasi parah dan bentuk penyakit TB yang serius, terutama pada anak-anak, dapat dioptimalkan.

3 dari 8 halaman

Cara Kerja Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari infeksi tuberculosis (TB). Vaksin ini mengandung bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan.

Cara kerja imunisasi BCG dimulai ketika vaksin disuntikkan ke dalam lapisan atas kulit. Komponen bakteri dalam vaksin kemudian dikenali oleh sel imun dalam sistem kekebalan tubuh. Proses ini merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan aktivitas sel-sel imun yang akan melawan infeksi.

Selanjutnya, respons imun terbentuk ketika sel-sel imun tersebut memproses dan mempresentasikan komponen bakteri kepada sel T dan sel B. Sel T memainkan peran penting dalam mengoordinasikan respons imun, sementara sel B akan menjadi penghasil antibodi.

Dalam jangka waktu beberapa minggu setelah vaksinasi, antibodi akan diproduksi dan sistem kekebalan tubuh akan membentuk kekebalan terhadap bakteri TB. Antibodi dan sel imun lainnya akan bekerja bersama-sama untuk melumpuhkan dan mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh.

Dengan demikian, imunisasi BCG bekerja dengan cara menghadirkan komponen bakteri yang dilemahkan ke dalam tubuh untuk merangsang sistem kekebalan dan membentuk respons imun yang dapat melindungi terhadap infeksi bakteri TB.

 

4 dari 8 halaman

Siapa yang Perlu Mendapatkan Imunisasi BCG?

Vaksin BCG adalah salah satu jenis vaksin yang banyak digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TB). TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia adalah salah satu negara dengan angka kasus TB yang tinggi, oleh karena itu vaksin BCG menjadi sangat penting.

Lalu siapa saja yang perlu mendapatkan vaksin BCG? Secara umum, vaksin BCG direkomendasikan bagi semua bayi yang baru lahir. Hal ini dikarenakan bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga rentan terhadap infeksi tuberkulosis. Dengan memberikan vaksin BCG, diharapkan sistem kekebalan tubuh bayi dapat ditingkatkan dan mencegah terjadinya infeksi dan penyakit TB.

Selain itu, vaksin BCG juga disarankan untuk diberikan kepada individu yang sering berada di lingkungan dengan risiko tinggi terkena infeksi tuberkulosis. Misalnya, individu yang tinggal di daerah dengan kasus TB tinggi, individu dengan kontak langsung dengan penderita TB aktif, atau individu dengan kondisi medis tertentu seperti HIV/AIDS yang dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

Kesimpulannya, vaksin BCG sangat penting dalam mengurangi risiko terkena tuberkulosis, terutama pada bayi dan individu dengan risiko tinggi terkena infeksi tuberkulosis. Dengan meningkatkan imunitas tubuh, vaksin BCG dapat membantu melindungi kita dari penyakit yang serius ini.

 

5 dari 8 halaman

Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Melakukan Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah langkah penting dalam melindungi bayi dari infeksi tuberculosis atau TBC. Namun, sebelum menjalani vaksinasi BCG, perlu diingat beberapa peringatan penting.

Pertama, penting untuk memberi tahu petugas kesehatan tentang riwayat alergi bayi. Beberapa anak mungkin memiliki alergi terhadap komponen dalam vaksin BCG, seperti semburan tuberkulin. Jika bayi memiliki riwayat alergi, petugas kesehatan akan menentukan apakah vaksin BCG aman untuk diberikan atau tidak.

Kondisi kesehatan tertentu juga dapat mempengaruhi imunisasi BCG. Misalnya, bayi yang sedang menderita demam tinggi atau penyakit lain yang memengaruhi sistem kekebalan tubuhnya sebaiknya menunda pemberian vaksin BCG sampai kondisinya membaik. Hal ini agar vaksinasi dapat efektif dan aman bagi bayi.

Selanjutnya, bayi dengan infeksi kulit, seperti luka terbuka atau dermatitis, juga perlu menunda imunisasi BCG. Infeksi kulit dapat memperburuk reaksi lokal setelah vaksinasi.

Dalam beberapa kasus, reaksi anafilaktik yang sangat langka dapat terjadi setelah pemberian vaksin BCG. Oleh karena itu, penting bagi petugas kesehatan untuk memonitor bayi setelah vaksinasi. Jika ada reaksi yang tidak biasa terjadi, seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan yang signifikan, segera beri tahu petugas kesehatan.

Dengan memperhatikan peringatan-peringatan tersebut, vaksinasi BCG dapat dilakukan dengan aman dan membantu melindungi bayi dari infeksi tuberculosis.

 

6 dari 8 halaman

Dosis dan Jadwal Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) diperlukan untuk melindungi anak-anak dari penyakit tuberkulosis (TBC). Imunisasi ini biasanya diberikan kepada bayi segera setelah lahir atau pada usia dini.

Dosis imunisasi BCG yang diberikan hanya satu kali, yaitu dengan menyuntikkan vaksin BCG ke dalam lengan kiri atas bayi. Setelah vaksin tersebut disuntikkan, biasanya akan muncul bekas berbentuk benjolan. Namun, jangan khawatir, hal ini adalah respons normal dari tubuh terhadap vaksin. Bekas tersebut akan semakin besar dalam beberapa minggu kemudian mengering dan akan meninggalkan bekas parut kecil yang berwarna merah atau cokelat.

Untuk jadwal imunisasi BCG, vaksin ini biasanya diberikan pada saat bayi masih baru lahir atau dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Jadwal imunisasi BCG dapat berbeda-beda antar negara. Beberapa negara memberikan imunisasi BCG pada saat lahir, sedangkan negara lainnya mungkin memberikannya pada usia 6-8 minggu atau bahkan hingga 3 bulan.

Namun, terdapat kondisi-kondisi di mana pemberian vaksin BCG dapat ditunda. Misalnya, jika bayi menderita infeksi atau demam tinggi, maka imunisasi BCG akan ditunda hingga bayi sembuh. Selain itu, jika bayi menderita kelainan sistem kekebalan tubuh atau menggunakan obat-obatan imunosupresan, maka vaksin BCG juga akan ditunda. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan imunisasi BCG, terutama jika bayi memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Dengan mengikuti dosis dan jadwal imunisasi BCG yang tepat, kita dapat membantu melindungi bayi dari penyakit tuberkulosis dan meningkatkan sistem kekebalannya.

7 dari 8 halaman

Cara Pemberian Vaksin BCG

Cara pemberian vaksin BCG dilakukan oleh dokter atau petugas medis yang terlatih. Vaksin ini disuntikkan di lengan atas dengan dosis yang tepat. Selain itu, dalam beberapa kasus, vaksin BCG juga dapat dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui kateter.

Setelah vaksin diberikan, area yang disuntik dengan vaksin BCG harus ditutup dengan kain kasa selama 24 jam setelah divaksin. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran vaksin ke orang lain.

Untuk memantau keberhasilan vaksinasi, setelah 2-3 bulan, biasanya dilakukan tes Mantoux. Tes ini bertujuan untuk melihat apakah vaksin BCG telah memberikan efek proteksi terhadap tuberkulosis.

Vaksin BCG direkomendasikan untuk digunakan di negara dengan prevalensi tinggi tuberkulosis, dan di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam program pengendalian Tuberkulosis Nasional.

Efek samping lokal dan sistemik yang mungkin muncul akibat pemberian vaksin BCG meliputi pembengkakan di area penyuntikan, kemerahan, atau timbulnya bekas luka. Efek samping ini biasanya ringan dan akan hilang dengan sendirinya.

Penting untuk diketahui bahwa reaksi cepat BCG, yaitu munculnya benjolan kecil di area penyuntikan dalam waktu singkat setelah vaksinasi, bukanlah tanda infeksi aktif dan akan hilang dengan sendirinya. Reaksi cepat ini menunjukkan bahwa vaksin BCG telah memberikan perlindungan yang baik pada bayi baru lahir.

8 dari 8 halaman

Ciri-Ciri Imunisasi BCG yang Gagal

Imunisasi BCG atau Bacillus Calmette-Guérin merupakan salah satu vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri yang menandakan bahwa imunisasi BCG gagal memberikan perlindungan yang efektif.

Ciri pertama yang dapat diketahui adalah tidak adanya bisul atau ulkus di tempat suntikan. Biasanya, setelah penyuntikan vaksin BCG, akan terbentuk bisul atau luka kecil yang menandakan bahwa tubuh merespons vaksin dengan baik. Jika tidak ada bisul yang terbentuk, bisa jadi vaksin tersebut tidak memberikan respons imun yang memadai pada tubuh.

Ciri berikutnya adalah absennya bekas luka atau scar setelah beberapa bulan atau tahun. Pada umumnya, setelah vaksinasi BCG dilakukan, akan terbentuk bekas luka permanen di tempat penyuntikan. Jika bekas luka tersebut tidak terbentuk, hal ini dapat mengindikasikan bahwa vaksinasi tidak berhasil memberikan perlindungan yang optimal.

Selain itu, respons imun yang tidak memadai juga menjadi tanda bahwa imunisasi BCG gagal. Respon imun tubuh sangat penting dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkulosis. Jika tubuh tidak mampu merespons vaksin secara efektif, maka risiko terkena infeksi tuberkulosis tetap tinggi.

Secara keseluruhan, imunisasi BCG yang gagal ditandai dengan ketidakhadiran bisul atau ulkus setelah vaksinasi, tidak terbentuknya bekas luka permanen, serta respons imun yang tidak memadai. Jika seseorang mengalami ciri-ciri ini setelah menjalani imunisasi BCG, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui apakah perlindungan terhadap penyakit tuberkulosis sudah terbentuk atau tidak.