Sukses

4 Gejala Afasia yang Disebabkan Kerusakan Area Otak, Begini Pengobatannya

Afasia adalah gangguan bahasa yang memengaruhi kemampuan seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Afasia adalah gangguan bahasa yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara, menulis, memahami kata-kata dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Gejala afasia dapat bervariasi tergantung pada area otak yang terkena dan tingkat keparahan kerusakan.

Beberapa gejala afasia yang umum terjadi meliputi kesulitan dalam menemukan kata yang tepat, membuat kalimat yang koheren, atau mengerti kata-kata yang orang lain ucapkan. Afasia adalah gangguan yang disebabkan oleh stroke, cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau penyakit degeneratif seperti penyakit Alzheimer.

Gejala afasia lainnya juga berkaitan dengan ketidakmampuan dalam menyampaikan dan memahami kata-kata. Oleh sebab itu, cara mengobati afasia perlu terapi yang melibatkan latihan dalam menjawab pertanyaan, mengulang kata-kata, atau mengikuti petunjuk tertulis.

Penting untuk mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang mencurigakan. Berikut ini gejala afasia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (4/3/2024). 

 

2 dari 4 halaman

Mengenal Apa Itu Afasia dan Gejalanya

Afasia adalah kondisi medis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan baik. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengontrol dan mengatur bahasa. Individu yang mengalami afasia akan menghadapi kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis. Adapaun beberapa tanda dan gejala diantaranya: 

1. Afasia ekspresif

Afasia ekspresif merupakan salah satu jenis gangguan bahasa yang memengaruhi kemampuan seseorang, untuk mengungkapkan pikiran, pemikiran dan perasaan mereka dengan jelas dan terstruktur. Afasia ekspresif ditandai dengan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata yang tepat, menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang lengkap, dan memahami bahasa yang dituturkan oleh orang lain.

Penderita afasia ekspresif sering kali mengalami kebingungan saat berbicara, mengulang kata-kata atau frasa yang sama berulang kali, dan mencari kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka. Mereka juga mungkin menggunakan kata-kata yang tidak relevan atau tidak terkait dengan topik pembicaraan yang sedang berlangsung.

Sebagai hasil dari afasia ekspresif, penderita mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, mengungkapkan keinginan dan kebutuhan mereka, dan berpartisipasi dalam percakapan yang kompleks. Afasia ekspresif dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cedera otak, stroke, tumor otak, atau penyakit degeneratif seperti penyakit Alzheimer.

Penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan medis yang komprehensif jika seseorang didiagnosis dengan afasia ekspresif. Terapi wicara dan bahasa dapat membantu memperbaiki kemampuan berkomunikasi penderita dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

2. Afasia komprehensif

Afasia komprehensif adalah salah satu jenis gangguan bahasa yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami dan mengerti bahasa dengan baik. Penderita afasia komprehensif mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata, kalimat, dan instruksi yang ditujukan kepada mereka.

Gejala utama afasia komprehensif adalah kesulitan dalam berbicara dan memahami bahasa. Penderita seringkali mengalami kesulitan dalam menemukan kata yang tepat saat berbicara, serta sering menggunakan kata-kata yang tidak relevan atau tidak berarti dalam pembicaraan. Mereka juga mengalami kesulitan dalam memahami kalimat yang sangat kompleks atau percakapan yang cepat.

Selain itu, penderita afasia komprehensif juga mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membaca teks dan memahami makna dari tulisan yang dihadapkan kepada mereka. Kemampuan menulis juga terganggu, sehingga penderita kesulitan dalam mengekspresikan gagasan atau pikiran mereka lewat tulisan.

Penderita afasia komprehensif seringkali mengalami frustasi dan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin merasa kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dan berpartisipasi dalam percakapan atau kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan bantuan dari keluarga dan tenaga medis agar penderita dapat beradaptasi dengan kondisi ini dan tetap hidup secara mandiri.

3. Afasia global

Afasia global adalah jenis afasia yang paling parah. Pada kondisi ini, seseorang akan mengalami kesulitan dalam memahami, berbicara, membaca, serta menulis. Gejala ini terjadi akibat kerusakan pada area otak yang bertanggung jawab dalam mengelola bahasa.

Penderita afasia global akan kesulitan dalam memahami bahasa yang diucapkan oleh orang lain. Mereka juga akan sulit untuk mengungkapkan pemikiran mereka melalui kata-kata dan kalimat yang tepat. Selain itu, kemampuan membaca dan menulis juga terganggu. Penyebab utama afasia global adalah cedera pada bagian otak yang mengelola bahasa, seperti stroke, tumor otak, atau trauma kepala.

Gejala awal yang muncul dapat berupa kebingungan, kesulitan berkomunikasi, serta perubahan dalam perilaku dan emosi. Langkah pertama dalam mengatasi afasia global adalah dengan melakukan diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan otak dan tes bahasa.

Setelah itu, penderita dapat menjalani rehabilitasi bicara dan bahasa dengan bantuan ahli terapi wicara. Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Dalam beberapa kasus, penderita afasia global tidak dapat pulih sepenuhnya, tetapi dengan dukungan keluarga dan terapi yang tepat, mereka dapat belajar strategi baru dalam berkomunikasi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

4. Afasia anomik

Afasia anomik adalah salah satu jenis afasia yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengingat dan menggunakan kata-kata yang benar. Penderitanya seringkali mengalami kesulitan untuk mencari atau menyebutkan suatu kata yang seharusnya dikenal olehnya, meskipun pemahaman mereka terhadap kata tersebut masih baik.

Gejala yang dialami oleh penderita afasia anomik dapat beragam, tergantung pada tingkat keparahan dari gangguan tersebut. Beberapa gejala yang umum terjadi adalah kesulitan dalam mengingat nama-nama objek atau orang, mengganti kata yang seharusnya digunakan dengan kata yang serupa atau bahkan menggunakan kata pengganti umum seperti "itu" atau "situasi", serta mengulang kata atau frase yang sama berkali-kali.

Selain itu, penderita juga dapat mengalami gangguan dalam menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara atau menulis, sehingga sering kali mereka mengalami kesulitan untuk menyampaikan pikiran atau ide dengan jelas dan terorganisir.

Meskipun afasia anomik dapat menjadi tantangan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, terapi bicara dan bahasa dapat membantu memperbaiki kemampuan berbicara dan mengurangi gejalanya. Penting bagi penderita dan keluarga mereka untuk mencari bantuan profesional dalam menghadapi afasia anomik ini agar mereka dapat kembali berinteraksi dengan baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

 

3 dari 4 halaman

Pengobatan Afasia

1. Terapi wicara dan bahasa

Terapi wicara dan bahasa merupakan salah satu metode pengobatan yang efektif untuk mengatasi gejala afasia. Afasia adalah gangguan komunikasi yang terjadi akibat kerusakan pada otak, yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara, memahami, membaca, dan menulis dengan baik.

Terapi wicara dan bahasa bertujuan untuk membantu penderita afasia memulihkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa mereka. Terapi ini dilakukan oleh ahli terapis wicara dan bahasa yang akan bekerja sama dengan penderita afasia untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami serta merancang program terapi yang sesuai. Selama terapi, penderita afasia akan dilatih untuk memperbaiki kemampuan berbicara, termasuk mengucapkan kata-kata dengan jelas dan melancarkan aliran bicara.

2. Obat-obatan

Obat-obatan untuk mengatasi gejala afasia dapat bervariasi tergantung pada jenis afasia dan penyebabnya. Beberapa obat yang biasanya direkomendasikan untuk mengobati gangguan bahasa ini termasuk:

  1. Jika afasia disebabkan oleh cedera otak atau peradangan, obat anti-inflamasi seperti kortikosteroid dapat diresepkan untuk mengurangi peradangan dan membantu memulihkan fungsi bahasa.
  2. Kondisi afasia dapat menyebabkan depresi dan kecemasan pada seseorang karena kesulitan berkomunikasi. Obat antidepresan dapat membantu mengatasi gejala depresi dan kecemasan yang terkait.
  3. Jika afasia disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di otak, obat pelunakan kotoran seperti aspirin atau obat antiplatelet lainnya dapat direkomendasikan, untuk mencegah pembekuan darah dan mengurangi risiko stroke.

3. Terapi komunikasi nonverbal

Afasia adalah penyakit yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara, memahami, membaca, dan menulis. Salah satu metode terapi yang efektif untuk mengatasi afasia adalah terapi komunikasi nonverbal. Terapi ini membantu individu afasia dalam berkomunikasi melalui metode-metode nonverbal, seperti gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.

Terapi komunikasi nonverbal bertujuan untuk meningkatkan ketepatan komunikasi serta memperbaiki keterampilan bahasa secara keseluruhan. Dalam terapi ini, pasien belajar menggunakan gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan isyarat lainnya untuk menyampaikan pesan atau menunjukkan pemahaman terhadap pesan yang diterima.

Terapi komunikasi nonverbal juga melibatkan menggunakan benda-benda atau gambar-gambar untuk membantu pasien mengasosiasikan kata-kata atau objek dengan maknanya. Dengan menggunakan metode ini, individu afasia dapat lebih mudah mengungkapkan pikiran dan perasaannya tanpa terbebani oleh hambatan yang disebabkan oleh gangguan bahasa. Dalam menjalani terapi komunikasi nonverbal, kerja sama antara pasien, keluarga, dan terapis sangat penting. Konsistensi dan kesabaran juga diperlukan karena proses pemulihan afasia membutuhkan waktu. 

4 dari 4 halaman

Jenis-Jenis Afasia

1. Expressive Aphasia (Afasia Ekspresif)

Afasia ekspresif menempatkan individu dalam situasi kesulitan untuk menyampaikan pemikiran, ide, dan pesan kepada orang lain. Dampaknya melibatkan aspek-aspek seperti berbicara, menulis, gerakan tubuh, dan bahkan kemampuan menggambar.

Konsekuensinya, mereka sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari seperti berkomunikasi melalui telepon, menulis email, atau berbicara dengan keluarga dan teman-teman. Gejala-gejala yang mungkin dialami oleh individu dengan afasia ekspresif termasuk bicara yang lambat dan terbata-bata, kesulitan mengeluarkan kata-kata tertentu, penggunaan kata benda dan kata kerja dasar, kesalahan ejaan atau tata bahasa, penggunaan kata yang salah terkait, dan penggunaan kata-kata yang tidak masuk akal.

2. Receptive Aphasia (Afasia Reseptif)

Afasia reseptif menandai kesulitan individu dalam memahami informasi yang mereka dengar atau baca. Selain itu, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam menginterpretasikan gerakan tubuh, gambar, angka, dan gambar. Dampaknya dapat dirasakan dalam aktivitas sehari-hari seperti membaca email, mengelola keuangan, berbicara, mendengarkan radio, atau mengikuti program TV.

Tanda-tanda dan gejala yang mungkin dialami oleh individu dengan afasia reseptif termasuk kesulitan memahami ucapan orang lain, kesulitan memahami kata-kata tertulis, kesalahan dalam memahami arti kata, gerakan, gambar, atau gambar, memberikan jawaban yang mungkin tidak masuk akal jika mereka salah mengerti pertanyaan atau komentar, dan mungkin tidak menyadari kesulitan mereka dalam memahami atau kesalahan bicara mereka sendiri.

3. Aphasia Symptoms Associated with Dementia (Tanda-tanda Afasia yang Terkait dengan Demensia)

Pada umumnya, individu dengan jenis demensia seperti penyakit Alzheimer dan demensia vaskular cenderung mengalami bentuk ringan afasia. Ini sering kali mencakup masalah dalam menemukan kata-kata dan dapat berdampak pada nama-nama, bahkan orang-orang yang sangat dikenal. Penting untuk dicatat bahwa meskipun mungkin mereka tidak dapat mengakses nama tersebut, ini tidak berarti mereka tidak mengenali orang tersebut atau tidak tahu siapa mereka, melainkan mereka hanya mengalami kebingungan.

4. Primary Progressive Aphasia (PPA) (Afasia Progresif Primer)

PPA adalah bentuk langka dari demensia yang secara signifikan memengaruhi kemampuan berbahasa. Karena merupakan kondisi progresif utama, gejala PPA cenderung memburuk seiring berjalannya waktu. Seringkali, masalah pertama yang diperhatikan oleh individu dengan PPA adalah kesulitan menemukan kata yang tepat atau mengingat nama seseorang.

Permasalahan ini secara bertahap semakin parah, mencakup bicara yang terhenti dan sulit, membuat kesalahan dalam suara kata atau tata bahasa, bicara yang lambat dengan kalimat yang pendek dan sederhana, lupa akan makna kata-kata yang rumit, bicara yang lebih samar, dan kesulitan dalam menjadi lebih spesifik atau menjelaskan apa yang mereka katakan.

Selain itu, individu dengan PPA juga mungkin mengalami gejala lain, termasuk perubahan dalam kepribadian dan perilaku, kesulitan dengan ingatan dan pemikiran serupa dengan penyakit Alzheimer, serta kesulitan dengan gerakan mirip penyakit Parkinson.