Liputan6.com, Jakarta Membalutkan pigmen merah yang mencolok seperti lipstik telah menjadi praktik yang akrab dalam upaya mempercantik penampilan. Dalam sejarahnya yang panjang, lipstik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual kecantikan, dengan jejak penggunaannya dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu.
Baca Juga
Advertisement
Tim arkeolog di bawah pimpinan Nasir Eskandari dari Universitas Teheran menemukan artefak menarik berupa kosmetik berwarna merah tua yang kemungkinan merupakan sediaan pewarna bibir. Temuan ini menambah pemahaman kita tentang praktik kosmetik zaman perunggu tepat di 4.000 tahun silam.Â
Ini adalah botol kecil yang diukir indah dari batu berwarna hijau yang disebut klorit, ditemukan dari Iran tenggara pada tahun 2001 setelah sungai Halil meluap dan membanjiri beberapa kuburan Khalkolitik. Ribuan artefak hilang akibat penjarahan, namun tabung tersebut berhasil ditemukan dan dibawa ke Museum Arkeologi Jiroft.
Keberadaan lipstik kuno ini mencerminkan tingkat kecanggihan budaya pada masa itu, di mana pengetahuan tentang metalurgi dan kimia diperlukan untuk menciptakan inovasi semacam itu. Berikut Liputan6.com merangkum penemuan unik lipstik kuno melansir dari Sciencealert, Kamis (7/3/2024).
Komposisi Lipstik Kuno Berusia 4.000 Tahun
Tim arkeolog yang dipimpin oleh Nasir Eskandari dari UDi menemukan sejumlah kecil bubuk halus berwarna ungu tua di dalam kosmetik berwarna merah tua. Melalui berbagai teknik analisis seperti pemindaian mikroskop elektron, difraksi serbuk sinar-X, spektrometri massa kromatografi cair kinerja tinggi, dan penanggalan radiokarbon, tim tersebut mempelajari serbuk tersebut.
Meskipun kemungkinan adanya kontaminasi tanah, hasil penelitian menunjukkan bahwa kontaminasi tersebut hanya sedikit. Sampel yang ditemukan ini berasal dari awal milenium ke-2 SM, sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dan isi dari sampel tersebut sangat menarik.
Komponen utama dari serbuk tersebut adalah hematit (pasir besi). Meskipun hematit biasanya berwarna hitam dalam bentuk batuannya, namun setelah digiling menjadi bubuk, warnanya menjadi merah yang kaya dan cemerlang. Selain hematit, bahan lain yang ditemukan termasuk kuarsa, klinoklor, braunite, manganit, dan galena, yang merupakan bahan umum dalam pembuatan cat kelopak mata kuno.
Para peneliti juga menemukan keberadaan lilin dan minyak nabati, yang mirip dengan bahan yang digunakan dalam lipstik modern. Proporsi mineral berbasis timbal dalam kosmetik ini dikatakan sangat minim menurut para peneliti.
Advertisement
Lipstik Kuno Bebas Timbal
Menurut Vidale, penemuan ini mengungkapkan bahwa pengrajin di Iran pada 5.000-4.000 tahun yang lalu memiliki pengetahuan yang maju tentang senyawa logam, alami, dan sintetis. Mereka mampu menciptakan eyeliner kohl hitam, alas bedak wajah dari timah putih, dan produk kosmetik lainnya.Â
Dia menambahkan, penemuan cat bibir juga menarik. Jejak mineral timbal yang minim menunjukkan bahwa pengrajin pada saat itu telah menyadari bahaya timbal jika digunakan secara berlebihan.Â
Ini juga menunjukkan kemungkinan penggunaan kosmetik dalam konteks seremonial dan formal, sebagai cara untuk meningkatkan penampilan sosial. Ini menegaskan peran penting kosmetik dalam mengekspresikan status sosial dan keanggunan dalam masyarakat pada masa itu.
Desain Tabung Lipstik yang Tidak Lazim
Meskipun artefak tersebut menunjukkan kesamaan dalam bahan dan gaya dengan artefak klorit lain yang terkait dengan budaya kuno Marḫaši, ukuran dan bentuknya dianggap sangat tidak lazim oleh para peneliti. Karena itulah mereka memutuskan untuk melakukan analisis mendalam untuk mencari tahu lebih lanjut.
Para peneliti menyoroti pentingnya cat bibir pada artefak tersebut, yang diperkuat oleh dimensi dan bentuk tabung batunya. Mereka mencatat bahwa artefak ini dirancang untuk kemudahan pegangan dengan satu tangan, sementara aplikatornya digunakan dengan tangan lainnya.Â
Namun sayangnya, artefak tersebut tidak ditemukan dalam konteks pemakamannya, yang mungkin bisa memberikan petunjuk tentang individu atau kelompok sosial yang terlibat. Meski begitu, penemuan ini membuka jendela wawasan tentang kehidupan orang-orang yang tinggal ribuan tahun yang lalu.
Meski demikian, masih banyak yang belum diketahui tentang penggunaan pigmen bibir, termasuk kapan dan di mana penggunaannya dimulai, serta proses pembuatannya.Â
"Kurangnya perhatian terhadap industri kosmetik zaman perunggu mungkin karena dianggap sebagai masalah sekunder yang terkait dengan perempuan, sementara sebenarnya kemewahan memiliki peran yang signifikan dalam interaksi sosial pada masa itu," kata Arkeolog Massimo Vidale dari Universitas Padua di Italia.
Advertisement