Liputan6.com, Jakarta Biang keringat adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi, di mana terdapat bintik-bintik merah atau ruam pada kulit mereka. Meskipun umumnya tidaklah serius, namun penyebabnya perlu diwaspadai. Biang keringat pada bayi terjadi ketika kelenjar keringat mereka tersumbat atau terhalang oleh debu, kotoran, atau pun kulit yang terlalu lembab.
Biang keringat pada bayi membuatnya tidak nyaman dan gatal-gatal. Oleh karena itu, penting bagi para orangtua mengetahui cara merawat bayi mereka di rumah. Pertama, pastikan bayi Anda selalu dalam keadaan kering dan sejuk. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu tebal, atau sulit menyerap keringat.
Selain itu, biang keringat pada bayi juga bisa dicegah dengan sirkulasi udara yang baik. Bagi para orang tua, sangat penting menjaga kebersihan kulit bayi dengan membersihkannya secara teratur. Anda bisa menggunakan sabun ringan dan air hangat saat mandi, serta keringkan kulit bayi dengan lembut menggunakan handuk bersih.
Advertisement
Hindari penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung bahan yang keras, atau berpotensi menyebabkan iritasi. Jika biang keringat pada bayi tidak kunjung membaik atau justru semakin buruk, segeralah konsultasikan dengan dokter. Berikut ini penyebab biang keringat pada bayi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (7/3/2024).Â
Â
Biang Keringat pada Bayi dan Penyebabnya
Biang keringat merupakan suatu kondisi ruam, atau bintik-bintik merah/merah muda yang sering muncul pada tubuh bayi terutama di area seperti bahu, leher dan kepala. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan prickly heat, heat rash atau miliaria. Ruam ini menyerupai jerawat kecil-kecil dan cenderung terlokalisasi pada bagian kecil area tubuh, meskipun terkadang dapat muncul di area yang lebih luas.
Terjadinya biang keringat terkait dengan penyumbatan kelenjar keringat, di mana keringat yang terperangkap tidak dapat keluar, menyebabkan iritasi pada kulit dan timbulnya benjolan-benjolan kecil. Meskipun bayi masih sangat muda, mereka juga dapat mengalami keringat berlebih dan berpotensi mengalami biang keringat, terutama saat terpapar suhu panas.
Bayi lebih rentan terkena biang keringat pada musim kemarau, terutama jika mereka mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca. Ada tiga jenis biang keringat, yaitu:
1. Crystallina (ringan): berupa lepuhan yang dapat dibersihkan dengan gesekan lembut, misalnya dengan menggunakan handuk lembap.
2. Rubra (sedang): bintik-bintik menonjol yang dapat disertai gejala iritasi dan gatal. Biang keringat ini dapat menyebabkan ruam dan lepuhan mirip jerawat.
3. Profunda (berat): benjolan padat yang terjadi lebih dalam daripada crystallina dan rubra, sering disertai rasa terbakar pada kulit.
Meskipun biasanya bersifat ringan dan dapat hilang sendiri dalam beberapa hari, biang keringat dapat memengaruhi anak-anak yang lebih besar dan bahkan orang dewasa. Kemunculan biang keringat erat kaitannya dengan faktor kepanasan dan tingkat kelembapan udara. Saat tubuh mengeluarkan lebih banyak keringat dalam kondisi panas dan lembap, risiko terkena biang keringat meningkat. Beberapa faktor yang berkontribusi pada kemunculan biang keringat pada bayi melibatkan pemilihan pakaian yang terlalu ketat atau tebal, kelenjar keringat yang belum matang, dan kebiasaan berbaring dengan posisi yang sama terus-menerus. Terutama pada lipatan kulit seperti leher, ketiak dan paha dalam.Â
Advertisement
Cara Mengatasi Biang Keringat pada Bayi
1. Kenakan Sarung Tangan Bayi
Ketika bayi baru lahir, mereka memiliki banyak refleks alami yang tidak dapat mereka kendalikan dengan baik. Salah satu refleks ini adalah menggaruk diri mereka sendiri. Padahal, kulit bayi yang masih sangat sensitif dan tipis dapat dengan mudah mengalami lecet dan iritasi akibat gatal-gatal ini. Salah satu kondisi kulit yang umum terjadi pada bayi adalah biang keringat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi biang keringat adalah dengan mengenakan sarung tangan bayi. Dengan mengenakan sarung tangan, bayi akan sulit menggaruk daerah yang terkena biang keringat sehingga dapat mencegah iritasi kulit yang lebih lanjut. Namun, penting untuk diingat bahwa sarung tangan bayi juga harus dijaga kebersihannya. Sarung tangan bayi harus sering dicuci, dicuci dengan air bersih dan sabun yang lembut, serta dikeringkan dengan baik sebelum digunakan kembali.
2. Pastikan Bayi Terhidrasi dengan Baik
Untuk mengatasi biang keringat pada bayi, salah satu langkah yang perlu diambil adalah memastikan bayi terhidrasi dengan baik. Bayi yang terhidrasi dengan baik akan memiliki produksi keringat yang normal, sehingga risiko terjadinya biang keringat dapat diminimalisir. Untuk memastikan bayi terhidrasi dengan baik, pastikan memberikan ASI atau susu formula sesuai dengan anjuran dari dokter. Perhatikan juga apakah bayi mengalami dehidrasi atau tidak. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi antara lain bibir kering, urin berwarna pekat dan bayi terlihat lemas. Jika bayi mengalami dehidrasi, segera berikan air putih dalam jumlah sedikit tapi sering. Selain itu, pastikan lingkungan bayi tetap sejuk dan tidak terlalu panas. Hindari penggunaan banyak lapisan pakaian atau pemakaian selimut berlebihan pada bayi agar kulitnya tidak terlalu lembap.Â
3. Hindari Pemakaian Krim atau Bedak Bayi
Biang keringat atau miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang umum terjadi pada bayi. Meskipun umumnya bukan kondisi serius, namun penyebab biang keringat perlu diwaspadai. Salah satu langkah yang perlu dihindari adalah pemakaian krim atau bedak bayi. Pemakaian krim atau bedak bayi pada bayi dengan biang keringat sebenarnya tidak dianjurkan. Krim atau bedak bayi dapat menyebabkan sumbatan pada pori-pori bayi dan memperburuk kondisi biang keringat. Selain itu, bahan-bahan dalam krim atau bedak bayi juga dapat menyebabkan iritasi kulit pada bayi. Sebagai pengganti krim atau bedak, pastikan bayi tetap dalam lingkungan yang sejuk dan berangin. Hindari juga mengenakan pakaian yang terlalu tebal atau panas.
4. Mandi dengan Air Hangat
Cara efektif selanjutnya yang bisa digunakan untuk mengatasi biang keringat pada bayi, adalah dengan mandi menggunakan air hangat. Mandi dengan air hangat dapat membantu membuka pori-pori kulit bayi, dan membersihkan keringat yang tersumbat di dalamnya. Air hangat juga dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi pada kulit bayi. Namun, penting untuk diingat bahwa suhu air mandi haruslah hangat, bukan panas, agar tidak menyebabkan kulit bayi menjadi kering atau terbakar. Selain mandi dengan air hangat, ada beberapa langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi biang keringat pada bayi. Misalnya, membiarkan kulit bayi tetap kering, menghindari penggunaan produk perawatan kulit yang berpotensi menyumbat pori-pori, serta mengenakan pakaian yang nyaman dan berbahan katun.
5. Jaga agar Ruangan Tetap Sejuk
Agar ruangan tetap sejuk, pastikan Anda memasang AC atau kipas angin untuk mengatur suhu udara di dalam ruangan. Suhu yang terlalu panas dapat membuat bayi lebih mudah berkeringat dan berpeluang mengalami biang keringat. Selain itu, pastikan juga bahwa ruangan tempat bayi berada memiliki ventilasi yang baik agar udara segar dapat masuk dengan lancar. Selain menjaga suhu ruangan, Anda juga harus memilih pakaian yang tepat untuk bayi. Pilihlah pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat dengan baik seperti katun. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu tebal atau terlalu banyak lapisan, karena hal ini dapat menyebabkan bayi lebih mudah berkeringat.
Â
6. Gunakan Pakaian yang Menyerap Keringat
Â
Untuk membantu mengatasi biang keringat pada bayi, kita perlu memilih pakaian yang menyerap keringat. Hal ini penting karena pakaian yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat dapat membuat kulit bayi semakin lembap dan memperburuk kondisi biang keringat. Pilihlah pakaian dari bahan yang ringan dan dapat menyerap keringat, seperti katun atau linen. Hindari pakaian yang terlalu ketat karena dapat membuat biang keringat semakin parah. Selain itu, pastikan juga untuk sering mengganti pakaian bayi yang berkeringat agar kulitnya tetap kering dan terhindar dari peradangan. Dengan menggunakan pakaian yang menyerap keringat, kita dapat membantu mengatasi biang keringat pada bayi dan menjaga kesehatan kulitnya. Sebagai orang tua, perlu untuk tetap waspada terhadap kondisi ini dan memberikan perhatian ekstra terhadap kebersihan dan kenyamanan bayi.
Â
Jenis Biang Keringat
Miliaria Kristalina
Miliaria kristalina, yang merupakan jenis biang keringat paling ringan, hanya memengaruhi lapisan kulit teratas. Ciri khas dari kondisi ini adalah kemunculan bintil merah yang berisi cairan bening dan mudah pecah. Secara umum, miliaria kristalina tidak menimbulkan gatal atau rasa sakit, menjadikannya bentuk biang keringat yang relatif ringan dan biasanya terjadi pada kulit yang terpapar panas secara langsung.
Miliaria Rubra
Miliaria rubra terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam daripada miliaria kristalina. Jenis biang keringat ini lebih umum terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Gejalanya mencakup bintil merah yang disertai dengan rasa gatal dan perasaan menyengat. Meskipun seringkali tidak berbahaya, miliaria rubra dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menjadi lebih nyata saat kulit mengalami kelembapan dan gesekan.
Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa merupakan tahap lanjutan dari miliaria rubra yang mengalami peradangan. Tanda khas dari jenis biang keringat ini adalah bintil merah yang berisi nanah (pustule) yang dapat berubah warna menjadi putih atau kuning. Keberadaan pustule menandakan adanya peradangan dan kemungkinan infeksi kulit. Miliaria pustulosa sering kali membutuhkan perhatian medis lebih lanjut, untuk penanganan yang tepat.
Miliaria Profunda
Miliaria profunda adalah jenis biang keringat yang jarang terjadi dan terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam, yaitu dermis. Tertahannya keringat pada lapisan ini menyebabkan munculnya bintil merah yang lebih besar dan lebih keras. Meskipun lebih jarang, miliaria profunda cenderung bersifat kronis dan dapat muncul secara berkala. Pengelolaan yang hati-hati dan konsultasi dengan profesional medis mungkin diperlukan, untuk menangani miliaria profunda dengan efektif.
Advertisement