Liputan6.com, Jakarta Tradisi khas bulan puasa berbagai daerah di Indonesia, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Umat Muslim di tiap-tiap wilayah memiliki budaya unik, dalam menjalankan ibadah puasa tersebut. Mulai dari persiapan menu berbuka di masjid-masjid besar, hingga berbagai tradisi menjelang berbuka.
Baca Juga
Advertisement
Tradisi khas bulan puasa di Indonesia cukup menarik dan mampu mencuri perhatian banyak orang. Adapun salah satu tradisi Ramadhan yang terjadi di Aceh, yaitu tradisi Meugang di mana seluruh keluarga besar berkumpul untuk menikmati hidangan bersama.
Menjadi ajang silaturahmi antar tetangga dan komunitas, tradisi khas bulan puasa juga menjaga kebersamaan dan kekompakan antar masyarakat. Perlu diketahui , bahwa setiap daerah memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, namun tetap mempererat persaudaraan umat Muslim dalam menjalankan ibadah puasa.
Berikut ini tradisi khas bulan puasa di berbagai daerah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (8/3/2024).
1. Tradisi Megengan di Surabaya
Di tengah gemerlap kota Surabaya, terdapat tradisi yang kental dengan nuansa kebersamaan, yaitu Megengan. Upacara kecil ini diadakan sebagai penanda awal datangnya bulan suci Ramadan. Tempat pelaksanaan Megengan seringkali berada di masjid, mushola, atau tempat berkumpul lainnya.
Beragam menu lezat dihidangkan dalam Megengan, namun satu elemen yang tak boleh absen adalah kue apem. Keberadaan kue ini diyakini sebagai simbol penyucian diri menjelang Ramadan. Secara etimologi, kata "apem" bahkan disebut berasal dari bahasa Arab "afwan" yang berarti maaf.
2. Tradisi Nyadran di Jawa Tengah
Jelang Ramadan, masyarakat Jawa Tengah merayakan tradisi Nyadran. Momen ini dipenuhi dengan ziarah kubur, membersihkan desa atau makam, selamatan, makan bersama, hingga sedekah bumi. Beberapa wilayah di Jawa Tengah bahkan pernah menggelar selamatan massal untuk merayakan datangnya Ramadan. Nyadran bukan hanya eksklusif untuk Jawa Tengah, tetapi juga dilakukan di Jogjakarta, sejumlah daerah Jawa Timur, hingga Lampung.
3. Tradisi Dugderan di Semarang
Selain Nyadran, Jawa Tengah memiliki tradisi unik lainnya, seperti Dugderan di Semarang. Merupakan pesta rakyat yang menyatukan berbagai kalangan, dari pejabat hingga masyarakat umum, tradisi ini berlangsung sejak tahun 1881 pada masa pemerintahan Bupati R.M. Tumenggung Ario Purboningrat. Hingga kini, Dugderan tetap menjadi ajang rakyat yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah.
Acara ini menawarkan berbagai keseruan seperti pasar malam, permainan tradisional Warak Ngendok, beragam kuliner, dan masih banyak lagi. Dugderan menjadi momen yang dinanti-nanti sebagai pembuka perayaan Ramadan bagi semua kalangan.
4. Tradisi Padusan di Boyolali
Dari Jawa Tengah, khususnya Boyolali, hadir tradisi Ramadan bernama Padusan. Sebagai bentuk penyucian diri, masyarakat melakukan mandi atau berendam di sumber-sumber mata air yang dianggap keramat. Lokasi Padusan bisa beragam, seperti di laut, mata air, atau tempat lainnya. Salah satu tempat terkenal untuk Padusan adalah kompleks wisata Pemandian Umbul Pengging dengan empat mata airnya yang menjadi favorit warga.
5. Tradisi Munggahan di Jawa Barat
Berpindah ke Jawa Barat, terdapat tradisi yang cukup dikenal, yaitu Munggahan. Biasanya dilaksanakan seminggu atau dua minggu sebelum Ramadan dimulai. Kegiatan ini melibatkan kumpul bersama keluarga, tetangga, atau orang-orang terdekat. Acara utamanya adalah saling memaafkan sambil menikmati hidangan bersama atau yang disebut botram. Tidak lupa, doa pun dipanjatkan untuk kelancaran menjalankan ibadah puasa.
Advertisement
6. Tradisi Nyorog di Betawi
Di tengah kaya budaya Betawi, terdapat tradisi Nyorog yang tetap menjadi bagian rutin menjelang bulan puasa. Tradisi ini melibatkan pemberian bingkisan kepada para sesepuh atau yang lebih tua sebagai tanda penghormatan sekaligus penyambutan bulan suci Ramadan.
Berbagai jenis bingkisan diberikan, mulai dari makanan, sembako, hingga barang-barang lainnya. Makanan yang dihadirkan juga berasal dari ragam masakan khas Betawi, seperti soto tangkar, sayur babanci, gabus pucung, dan sebagainya.
7. Tradisi Megibung di Karangasem, Bali
Meskipun Bali didominasi oleh kepercayaan Hindu, namun masyarakat Islam yang tinggal di sana bebas menjalankan tradisi keagamaan. Salah satu tradisi unik adalah Megibung, sebuah adat makan bersama masakan khas Bali menjelang Ramadan. Raja Karangasem, I Gusti Agung Angluran Ketut, memperkenalkan tradisi ini sejak tahun 1692 Masehi, dan hingga kini tetap menjadi perayaan tahunan.
8. Tradisi Meugang di Aceh
Di Provinsi Aceh, yang juga dikenal sebagai Serambi Mekkah, terdapat tradisi khas jelang puasa yang disebut Meugang. Masyarakat Aceh memasak daging sehari sebelum Ramadan dan menyantapnya bersama keluarga. Tradisi ini juga melibatkan undangan bagi masyarakat kurang mampu untuk bersama-sama menikmati hidangan, mulai dari daging sapi, kambing, hingga kerbau. Tradisi Meugang diwariskan oleh Sultan Iskandar Muda dan dilakukan tidak hanya menjelang Ramadan, tetapi juga sebelum Idul Fitri atau Idul Adha, menciptakan momen yang penuh keberkahan sepanjang tahun.
9. Tradisi Malamang di Sumatera Barat
Tak kalah meriah, Sumatera Barat memiliki tradisi unik yang dikenal sebagai Malamang. Menyambut bulan Ramadan, masyarakat Minangkabau berkumpul untuk membuat lemang secara bersama-sama. Setelah lemang matang, malam hari diisi dengan syukuran dan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur menjelang puasa. Hidangan ini disajikan dengan tapai ketan hitam dan aneka lauk-pauk yang dinikmati secara duduk bersila, menciptakan momen sakral yang memperkuat silaturahmi.
10. Tradisi Balimau di Sumatera Barat
Selain Malamang, masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat juga memiliki tradisi Balimau. Tradisi ini melibatkan mandi dengan air jeruk nipis sebagai pengganti sabun, tujuannya adalah membersihkan diri baik secara fisik maupun spiritual menjelang Ramadan. Mirip dengan Padusan di Boyolali, Balimau bukan hanya mengutamakan kebersihan fisik, melainkan juga kebersihan jiwa. Selain jeruk nipis, beberapa rempah juga ditambahkan untuk memberikan kesan lebih berarti pada tradisi ini.
11. Tradisi Ziarah Kubro di Palembang
Di Sumatera Selatan, tepatnya di Palembang, terdapat tradisi istimewa dalam menyambut bulan puasa yang dikenal dengan nama Ziarah Kubro. Masyarakat setempat menjalankan ziarah kubur massal ke makam para tokoh agama, termasuk wali-wali yang berperan dalam penyebaran agama Islam dan ulama-ulama lokal. Salah satu aspek yang tak boleh terlewatkan dalam ziarah ini adalah mengunjungi makam pendiri Kesultanan Palembang Darussalam. Menariknya, ziarah massal ini tidak terpaku pada satu lokasi saja, melainkan dapat mencakup lebih dari tiga lokasi berbeda.
12. Pacu Jalur di Riau
Riau, dengan kekayaan kultur budaya Melayu yang masih sangat kental, memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan, yaitu Pacu Jalur. Tradisi ini melibatkan perlombaan adu cepat dayung di sungai, dengan menggunakan perahu yang panjangnya mencapai 24-40 meter dan diisi oleh 40-60 orang.
Sungai Batang Kuantan menjadi lokasi yang kerap digunakan untuk lomba ini. Sebagai penutup acara Pacu Jalur, masyarakat biasanya melaksanakan tradisi Balimau, mandi dengan menggunakan jeruk nipis. Tradisi ini menjadi momen bersatu dan mempererat hubungan sebelum memasuki bulan Ramadan di Pulau Sumatra.
13. Arwah Jamak, Demak
Arwah Jamak merupakan tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat Demak sejak zaman Sunan Kalijaga. Tradisi ini melibatkan pembacaan doa bersama untuk orang tua, sanak saudara dan leluhur yang telah meninggal dunia. Doa ini dibacakan menjelang datangnya bulan Ramadan dan juga selama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Selama tradisi ini berlangsung, masyarakat yang ingin mendoakan orang tua, saudara, dan leluhur mereka memberikan sedekah uang untuk setiap nama arwah. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.
14. Bakar Batu, Papua
Di Papua, khususnya di Jayapura, umat Muslim menyambut Ramadan dengan tradisi khas yang disebut Bakar Batu. Tradisi ini menggambarkan pembakaran batu panas yang digunakan untuk memasak berbagai jenis makanan seperti daging ayam, kambing, sapi dan umbi-umbian. Makanan tersebut ditumpuk di atas batu panas dan kemudian ditutup lagi dengan batu untuk proses pematangan. Bakar Batu bukan hanya sebuah ritual memasak, melainkan juga sebuah kegiatan yang mempromosikan silaturahmi dan saling memaafkan sebelum memasuki bulan Ramadan.
Advertisement