Sukses

7 Tes Anxiety Disorder yang Bisa Bantu Atasi Gangguan Kecemasan, Ketahui Gejalanya

Tes anxiety disorder bisa membantu dalam mengidentifikasi gejala, tingkat keparahan, dan dampak kecemasan terhadap kehidupan seorang individu.

Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda pernah merasa cemas atau khawatir sebelum menjalani sebuah tes atau ujian? Rasa cemas tersebut mungkin menjadi hal yang umum dirasakan oleh banyak orang. Namun bagi sebagian individu, rasa cemas yang berlebihan tersebut bisa mengganggu kehidupan sehari-hari, bahkan membahayakan kesehatan mental mereka.

Oleh sebab itu, tes anxiety disorder perlu digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang. Tes ini dirancang untuk membantu profesional kesehatan mental, dalam menilai sejauh mana seseorang mengalami gangguan kecemasan. Meskipun tes ini tidak dapat menggantikan diagnosis resmi oleh seorang profesional medis atau psikolog, tetapi bisa memberikan gambaran awal yang berguna.

Gangguan anxiety disorder ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan tidak proporsional, terhadap situasi yang dihadapi. Individu yang mengalami gangguan ini seringkali merasa was-was, gelisah dan khawatir yang terus-menerus. Mereka mungkin memiliki pikiran-pikiran negatif yang menghantui mereka secara konstan, bahkan ketika tidak ada situasi yang menimbulkannya.

Dalam pengobatannya, anxiety disorder biasanya ditangani dengan pendekatan gabungan yang melibatkan terapi psikoterapi, pengobatan dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Berikut ini sejumlah tes anxiety disorder yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (12/3/2024). 

2 dari 4 halaman

Mengenal Apa Itu Anxiety Disorder dan Gejalanya

Anxiety disorder adalah suatu kumpulan gangguan mental yang melibatkan perasaan cemas dan ketakutan yang berlebihan. Kondisi ini seringkali memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan seseorang. Pada dasarnya, kecemasan adalah respons alami otak terhadap stres dan situasi berpotensi berbahaya, yaitu sebuah mekanisme perlindungan yang telah berkembang sepanjang evolusi manusia. Namun, dalam kasus gangguan kecemasan, respons ini menjadi tidak terkendali dan berlebihan.

Individu dengan gangguan kecemasan mengalami perasaan cemas dan takut yang konstan, bahkan tanpa adanya ancaman nyata. Kecemasan ini dapat menjadi sangat kuat, memengaruhi kualitas hidup, hubungan sosial dan kinerja sehari-hari seseorang. Lebih dari sekadar gejala sementara, anxiety disorder adalah kondisi kronis yang memerlukan perhatian medis dan psikologis serius.

Gangguan kecemasan membuat seseorang kehilangan semangat untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk hobi yang biasanya disukai. Rasa cemas yang intens dalam jangka waktu yang panjang seringkali menyebabkan kelelahan fisik yang cepat. Menurut World Health Organization (WHO), 301 juta orang di dunia menderita gangguan kecemasan, dengan 58 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja. Data Kementerian Kesehatan RI juga menunjukkan, bahwa gangguan kecemasan menempati peringkat kedua dari sepuluh penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia, dari tahun 1990-an hingga 2017.

Gejala awal anxiety disorder yang dirasakan penderitanya adalah perasaan gugup, hingga jantung berdegup kencang. Kemudian, tubuh dan pikiran Anda sulit untuk mengendalikan emosi saat menghadapi suatu objek. Ketakutan dan kekhawatiran itu bisa membuat Anda untuk memiliki serangan panik (panic attack).

Berikut adalah gejala umum dari anxiety disorder:

  1. Kecemasan yang sulit dikontrol
  2. Gelisah dan panik
  3. Kelelahan, akan tetapi sulit tidur
  4. Sulit berkonsentrasi
  5. Mudah marah dan terpancing emosi
  6. Rasa sakit dan nyeri pada tubuh
  7. Otot tegang, mual, mulut kering
  8. Tangan dan kaki kesemutan serta berkeringat
  9. Memikirkan dan melakukan perenungan tiada henti.
3 dari 4 halaman

Tes Anxiety Disorder

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah langkah awal yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis gangguan kecemasan, termasuk tes anxiety disorder. Dalam pemeriksaan fisik ini, dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi fisik pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan tes anxiety disorder biasanya meliputi pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan. Ketiga faktor ini umumnya terpengaruh oleh kecemasan yang dialami oleh pasien. Misalnya, tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang cepat dapat menjadi fluktuatif saat pasien mengalami serangan kecemasan. Selain itu, dokter juga akan memeriksa kondisi lain yang mungkin mempengaruhi gejala kecemasan. Misalnya, pemeriksaan kadar hormon tiroid dan pemeriksaan tingkat gula darah dapat dilakukan, untuk memastikan tidak ada gangguan kesehatan fisik yang menjadi penyebab gejala kecemasan.

2. Tes Zung

Tes Zung adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kecemasan pada individu. Dikembangkan oleh Dr. William W. K. Zung, tes anxiety disorder ini dapat membantu dalam mendiagnosis kecemasan yang mungkin dialami oleh seseorang. Tes Zung terdiri dari 20 pernyataan yang menggambarkan gejala-gejala kecemasan yang umum. Responden diminta untuk menilai sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan-pernyataan ini mencakup perasaan gelisah, kesulitan tidur, ketegangan dan kekhawatiran yang berlebihan. Setiap pernyataan dinilai menggunakan skala empat poin, mulai dari "hampir tidak pernah" hingga "hampir selalu". Setelah semua pernyataan dinilai, skor total dapat dihitung, dengan rentang skor antara 20 hingga 80. Semakin tinggi skor, semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yang menjalani tes.

Tes Zung dapat membantu dalam mengidentifikasi gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum atau gangguan kepanikan. Tes ini juga dapat memberikan indikasi sejauh mana kecemasan mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu tersebut. Meskipun tes ini dapat memberikan gambaran awal tentang tingkat kecemasan individu, diagnosis resmi dan perawatan yang tepat hanya dapat diberikan oleh tenaga medis yang kompeten. Jika Anda mengalami gejala kecemasan yang mengganggu, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk evaluasi yang tepat dan bantuan yang sesuai.

3. Tes Hamilton (HAM-A)

Tes Hamilton (HAM-A) adalah salah satu metode yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental, untuk mendiagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan gangguan kecemasan. Tes ini dikembangkan oleh Dr. Max Hamilton pada tahun 1959 dan masih digunakan secara luas hingga saat ini. Tes Hamilton (HAM-A) melibatkan serangkaian pertanyaan yang dirancang, untuk mengevaluasi simptom-simptom kecemasan seperti ketegangan otot, ketidaknyamanan fisik, rasa takut dan gangguan tidur. Responden diminta untuk memberi nilai pada setiap pertanyaan berdasarkan tingkat keparahan simptom yang mereka rasakan. Tes Hamilton (HAM-A) telah terbukti efektif dalam mendiagnosis gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan generalisasi (GAD), gangguan kecemasan sosial, ataupun gangguan stres pasca trauma (PTSD). Dengan tes ini, para profesional kesehatan mental dapat memahami dengan lebih baik tingkat keparahan dan jenis kecemasan yang dialami oleh pasien, sehingga pengobatan yang diberikan dapat menjadi lebih efektif.

4. Beck Anxiety Inventory (BAI)

Salah satu cara untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat ketakutan dan kecemasan pada seseorang adalah dengan menggunakan Beck Anxiety Inventory (BAI). BAI adalah tes anxiety disorder yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kecemasan individu, berdasarkan gejala-gejala yang dialami. Tes ini terdiri dari 21 pertanyaan yang berkaitan dengan gejala-gejala kecemasan, seperti rasa gelisah, ketegangan, kesulitan tidur, dan kekhawatiran yang berlebihan. Tiap pertanyaan dinilai berdasarkan tingkat keseringan dari skala 0-3, dengan total skor berkisar antara 0 hingga 63.

BAI sangat bermanfaat dalam mendiagnosis kecemasan dan dapat membantu pihak profesional dalam merencanakan program pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Tes ini juga membantu dalam memantau perubahan dalam tingkat kecemasan seiring berjalannya pengobatan. Meski BAI dapat memberikan gambaran tentang tingkat kecemasan, namun tes ini tidak dapat digunakan sebagai alat tunggal untuk mendiagnosis gangguan kecemasan. Tes ini harus digunakan sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh yang melibatkan observasi, wawancara dan survei lainnya.

 

4 dari 4 halaman

5. Social Phobia Inventory (SPIN)

Social Phobia Inventory (SPIN) merupakan salah satu alat tes yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat kecemasan pada gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder (SAD). SPIN terdiri dari 17 pertanyaan yang dibuat berdasarkan pada kriteria diagnostik kecemasan sosial yang terdapat dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Tes ini dirancang untuk mengukur tingkat intensitas kecemasan yang dialami penderita dalam situasi sosial yang berbeda-beda.

Pada setiap pertanyaan, responden harus memberikan tingkat kecemasan yang mereka rasakan, mulai dari tidak sama sekali (1) hingga sangat kuat (5). Poin-poin jawaban ini akan diakumulasikan untuk mendapatkan nilai totalnya. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin besar tingkat kecemasan yang dialami oleh individu tersebut. Dengan adanya SPIN ini, diharapkan masyarakat umum dapat lebih memahami pentingnya pengujian dan evaluasi terhadap tingkat kecemasan yang mungkin dialami oleh individu. Dengan demikian, para penderita gangguan kecemasan sosial dapat mendapatkan perawatan dan bantuan yang tepat untuk membantu mereka mengatasi kecemasan yang mereka rasakan.

6. Kuesioner Kekhawatiran Penn State

Gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang seringkali kurang dipahami oleh masyarakat umum. Salah satu bentuk gangguan kecemasan yang umum adalah tes anxiety disorder. Gangguan ini muncul saat seseorang merasa khawatir berlebihan dan gelisah menjelang, atau saat menghadapi tes atau ujian. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan seorang individu terkait tes, Kuesioner Kekhawatiran Penn State (Penn State Worry Questionnaire) dapat digunakan. Kuesioner ini adalah alat evaluasi standar yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur kecemasan terkait kekhawatiran.

Kuesioner ini terdiri dari 16 item dengan setiap item dinilai berdasarkan skala Likert dari 0 hingga 4, di mana 0 mewakili "tidak khawatir sama sekali" dan 4 mewakili "sangat khawatir". Item-item tersebut mencakup kekhawatiran tentang kinerja, kekhawatiran tentang kegagalan, kekhawatiran tentang evaluasi orang lain, dan lain-lain. Hasil dari kuesioner ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat kekhawatiran individu terkait tes dan memberikan panduan dalam mengembangkan strategi pengelolaan kecemasan yang efektif. 

7. Skala Gangguan Kecemasan Umum

Gangguan Kecemasan Umum (GAD) merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang sangat umum terjadi pada masyarakat. Gangguan ini seringkali kurang dipahami dengan baik, padahal bisa berdampak serius terhadap kehidupan seseorang. Tes Skala Gangguan Kecemasan Umum adalah alat yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengukur tingkat kecemasan seseorang. Tes Skala Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder Scale) merupakan instrumen yang dianggap efektif, untuk menilai tingkat kecemasan yang dialami oleh seorang individu. Tes ini terdiri dari serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk menilai perasaan kecemasan yang berlebihan, kekhawatiran yang berlebihan, perasaan gelisah dan gejala fisik yang terkait dengan GAD.

Dalam tes ini, responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan menjelaskan sejauh mana mereka mengalami gejala-gejala kecemasan, dalam kurun waktu tertentu. Hasil dari tes ini dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan seseorang, apakah berada dalam kategori normal atau mengalami gangguan kecemasan yang lebih serius. Tes Skala Gangguan Kecemasan Umum dapat membantu individu, untuk lebih memahami kecemasan yang mereka alami. Hal ini juga dapat menjadi langkah awal dalam mendapatkan bantuan profesional jika hasil tesmenunjukkan adanya gangguan kecemasan yang signifikan. Penting bagi masyarakat umum untuk lebih memahami dan mengedukasi diri mengenai GAD, sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang tepat kepada individu yang mengalami masalah kecemasan.