Sukses

Kepribadian Machiavellianism, Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya

Machiavellianism merujuk pada kepribadian yang dicirikan oleh sifat manipulatif, strategis, dan kecenderungan untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Machiavellianism merujuk pada kepribadian yang dicirikan oleh sifat manipulatif, strategis, dan kecenderungan untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi. Istilah ini berasal dari nama seorang filsuf politik Italia abad ke-16, Niccolò Machiavelli, yang terkenal dengan karya-karyanya yang membahas tentang kekuasaan dan politik. Meskipun Machiavellianism sering dikaitkan dengan perilaku yang tidak bermoral, tidak semua orang yang memiliki kepribadian ini memiliki sifat yang jahat.

Ada beberapa faktor penyebab timbulnya kepribadian Machiavellianism ini. Beberapa ahli percaya bahwa pengalaman masa kecil, seperti ketidakpuasan terhadap orang tua atau lingkungan yang tidak aman, dapat memainkan peran dalam pembentukan kepribadian ini. Selain itu, kecenderungan genetik juga dapat berperan dalam munculnya Machiavellianism.

Meski tidak selalu mudah untuk mengidentifikasi seseorang dengan kepribadian Machiavellianism, terdapat beberapa ciri-ciri yang umumnya terkait dengan kepribadian ini. Orang-orang yang memiliki kepribadian ini cenderung manipulatif dan suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Mereka juga sering kali memiliki kecenderungan untuk berbohong, memanipulasi informasi, dan mempertahankan hubungan hanya jika menguntungkan bagi mereka. Selain itu, mereka juga dapat menjadi tidak empati dan bersifat egois.

Meskipun sulit untuk mengubah kepribadian Machiavellianism sepenuhnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatifnya. Pendekatan yang efektif adalah dengan meningkatkan kesadaran diri dan memahami motif dan perilaku mereka. Selain itu, membangun hubungan yang sehat dan saling menguntungkan dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat Machiavellianism dapat membantu mengurangi manipulasi dan eksploitasi.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (12/3/2024) tentang Machiavellianism.

2 dari 6 halaman

Pengertian Machiavellianism

Pengertian Machiavellianism adalah sebuah konsep kepribadian yang mengacu pada pandangan dan tindakan seseorang yang manipulatif, licik, dan tidak bermoral dalam mencapai tujuannya. Istilah ini diambil dari nama Niccolo Machiavelli, seorang filsuf politik Italia yang terkenal karena karyanya yang kontroversial, "The Prince".

Orang yang memiliki kepribadian Machiavellianism cenderung menggunakan berbagai strategi dan taktik licik untuk mencapai keinginan dan kepentingan pribadinya. Mereka mungkin manipulatif, eksploitatif, dan kurang mempedulikan konsekuensi moral dari tindakan mereka.

Seorang Machiavellian biasanya cenderung menggunakan kecerdasan sosial dan emosional untuk memanipulasi orang lain, memperoleh kekuasaan, dan mencapai keuntungan pribadi. Mereka bisa menjadi ahli pembohong, memainkan orang lain untuk mencapai tujuan mereka sendiri, dan seringkali tidak memedulikan perasaan ataupun kesejahteraan orang lain.

Sifat Machiavellianism sendiri tidak selalu negatif, tergantung bagaimana sifat ini digunakan dan dalam konteks apa. Beberapa orang yang memiliki kepribadian ini dapat menggunakan kecerdikan mereka untuk tujuan yang baik atau demi kepentingan umum. Namun, jika Machiavellianism digunakan dengan cara negatif, dapat membawa dampak buruk pada hubungan interpersonal dan moralitas individu tersebut.

3 dari 6 halaman

Penyebab Machiavellianism

Kepribadian Machiavellianism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang memiliki sikap manipulatif, oportunis, serta cenderung mencari keuntungan pribadi tanpa memedulikan dampaknya pada orang lain. Meskipun konsep ini dinamai berdasarkan tokoh Italia abad ke-16 Niccolo Machiavelli, penyebab Machiavellianism pada seseorang dapat berasal dari berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa penyebab Machiavellianism yang umum terjadi:

  1. Latar belakang keluarga: Lingkungan keluarga yang kurang mendukung atau tidak adanya pembentukan nilai-nilai moral yang kuat dapat menyebabkan seseorang berkembang menjadi individu dengan kepribadian Machiavellianism.
  2. Pengalaman masa kecil: Adanya pengalaman traumatis atau penolakan dalam masa kecil dapat membuat seseorang mencari cara untuk mengatasi atau menghindari rasa sakit tersebut dengan memanipulasi orang lain.
  3. Kesuksesan yang diinginkan: Ambisi yang besar untuk mencapai keberhasilan atau mendapatkan keuntungan dapat mendorong seseorang untuk mengadopsi sikap Machiavellian.
  4. Lingkungan sosial: Dipengaruhi oleh pergaulan yang cenderung individualis atau kompetitif, individu dapat terdorong untuk menggunakan taktik manipulatif dalam berinteraksi dengan orang lain, demi mencapai tujuan pribadi.
  5. Kekuasaan yang kemudian menjadi obsesi: Terobsesi dengan keinginan untuk mengendalikan orang lain dan mendapatkan kekuasaan dapat memicu perilaku Machiavellian yang tidak memedulikan etika dan moralitas.

Penyebab Machiavellianism pada individu mungkin tidaklah terbatas pada poin-poin di atas, karena dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kepribadian bawaan dan pengalaman hidup yang unik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda Machiavellianism agar dapat memahami dan mengatasi dampak negatif yang mungkin timbul dari sikap ini.

4 dari 6 halaman

Ciri-Ciri Machiavellianism

Kepribadian Machiavellianism adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh penulis Italia abad ke-16, Niccolò Machiavelli. Kepribadian ini mengacu pada sikap manipulatif, egoistik, dan tidak bermoral, yang menjadi ciri khas seseorang yang menjalankan politik tanpa batas. Berikut adalah ciri-ciri Machiavellianism yang dapat diidentifikasi:

  1. Manipulatif: Orang dengan kepribadian Machiavellianism cenderung menggunakan manipulasi sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan mereka. Mereka seringkali menggunakan strategi pengaruh yang cerdik dan tidak jujur untuk mempengaruhi orang lain.
  2. Egoistik: Individu Machiavellianism cenderung berfokus pada kepentingan dan tujuan pribadi mereka sendiri, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan orang lain. Mereka cenderung tidak memperdulikan dampaknya terhadap orang lain asalkan mereka mendapatkan apa yang diinginkan.
  3. Keberanian terhadap risiko: Para Machiavellian cenderung memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko tinggi demi mencapai tujuan mereka. Mereka tidak takut mengambil langkah-langkah yang tidak biasa atau melanggar norma-norma sosial untuk mendapatkan keuntungan yang mereka inginkan.
  4. Tidak empati: Kepribadian Machiavellianism sering terkait dengan kurangnya empati. Mereka cenderung tidak peduli dengan perasaan atau kebutuhan orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri.
  5. Tidak adanya prinsip: Individu Machiavellianism seringkali tidak memiliki pandangan moral yang tetap. Mereka cenderung beradaptasi dengan situasi tertentu dan mengubah sikap atau prinsip mereka sesuai dengan kepentingan mereka sendiri.

Inilah ciri-ciri utama kepribadian Machiavellianism. Meskipun tidak semua orang dengan karakteristik ini tidak bermoral, penting bagi kita untuk memahami konsekuensi dan pengaruh yang mungkin terjadi ketika berinteraksi dengan individu yang memiliki kepribadian ini.

5 dari 6 halaman

Cara Mengatasi Machiavellianism

Machiavellianisme adalah kecenderungan individu untuk menggunakan manipulasi, taktik kecurangan, dan sikap yang egois untuk mencapai tujuan mereka. Dalam hubungan interpersonal maupun lingkungan kerja, perilaku ini dapat merusak hubungan dan mempengaruhi kesejahteraan individu lainnya.

Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi Machiavellianisme:

  1. Meningkatkan komunikasi: Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur, individu Machiavellianism cenderung merasa tidak nyaman karena tidak bisa menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuan mereka. Penting untuk menjaga transparansi dan menghindari terjadinya kesalahpahaman.
  2. Membangun kepercayaan: Mengembangkan kepercayaan yang kuat antara individu-individu dapat membantu mengatasi prilaku Machiavellianisme. Dengan memahami bahwa kepercayaan adalah salah satu fondasi dalam hubungan, individu Machiavellianism mungkin merasa terbatas dalam menjalankan taktik kecurangan mereka.
  3. Mengedepankan etika dan integritas: Menunjukkan etika dan integritas yang baik, serta berpegang pada prinsip-prinsip moral yang benar, bisa menginspirasi individu Machiavellianism untuk melihat pentingnya kejujuran dan kesejahteraan bersama.
  4. Menghindari konflik dan drama: Menghindari konflik yang tidak perlu dan drama yang merugikan merupakan langkah penting dalam mengatasi Machiavellianisme. Bila seseorang cenderung menggunakan manipulasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, penting bagi individu lainnya untuk menjaga keseimbangan dan menghindari konflik yang bisa menguntungkan mereka.
  5. Menetapkan batasan pribadi: Memiliki kejelasan dan batasan yang jelas dalam hubungan dan lingkungan kerja dapat membantu menghambat prilaku Machiavellianisme. Dengan menentukan dan menerapkan batasan, individu Machiavellianism akan menyadari bahwa taktik mereka tidak akan diterima atau berhasil.

Dalam mengatasi Machiavellianisme, penting untuk menjaga komunikasi, membangun kepercayaan, dan mengutamakan etika dan integritas. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari perilaku Machiavellianisme dalam hubungan dan lingkungan kerja kita.

6 dari 6 halaman

Cara Mencegah Machiavellianism

Machiavellianism adalah salah satu tipe kepribadian yang ditandai dengan manipulasi, kecerdikan, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Jika tidak dikendalikan, Machiavellianism dapat menyebabkan kerusakan dalam hubungan interpersonal dan organisasi. Untuk mencegah Machiavellianism, berikut adalah beberapa poin yang bisa diikuti:

  1. Pendidikan dan Keterampilan Empati: Memperoleh pengetahuan tentang pentingnya empati dan kemampuan praktis untuk mengembangkannya dapat membantu mencegah Machiavellianism. Berusaha memahami perspektif orang lain dan menunjukkan minat terhadap perasaan mereka adalah langkah awal yang penting.
  2. Mempromosikan Budaya Kerja yang Saling Mendukung: Menciptakan budaya kerja yang mendorong kolaborasi dan saling dukung dapat mengurangi kesempatan bagi perilaku Machiavellian untuk berkembang. Membangun tim yang inklusif dan komunikatif serta memberikan konstruktif umpan balik dapat meningkatkan kepercayaan dan mengurangi peluang manipulasi.
  3. Memperkuat Etika Organisasi: Memiliki standar etika yang kuat dan mengkomunikasikannya secara jelas dapat menjadi pencegahan Machiavellianism. Memastikan bahwa organisasi memiliki kode etik yang ditegakkan dengan konsekuensi yang jelas dapat menghambat perilaku yang tidak etis.
  4. Mendorong Kesadaran dan Kejujuran: Selalu mengedepankan kesadaran terhadap kepentingan bersama dan mendorong kejujuran dalam segala situasi dapat mengurangi pengaruh Machiavellianism. Mengadakan pelatihan tentang etika dan integritas dapat membantu karyawan untuk lebih waspada terhadap perilaku manipulatif.

Melalui pendidikan, budaya kerja yang saling mendukung, etika organisasi yang kuat, dan kesadaran serta kejujuran yang ditingkatkan, kita dapat mencegah pengaruh negatif Machiavellianism dalam hubungan interpersonal dan organisasi.