Sukses

10 Kata-Kata Semar Inspiratif dan Tetap Relevan sampai Sekarang, Pahami Maknanya

Salah satu kata-kata Semar inspiratif yang sering dikutip adalah "Patutlah bersedih pada saat yang pantas."

Liputan6.com, Jakarta Semar merupakan salah satu tokoh pewayangan yang terkenal di dalam budaya Jawa. Sebagai tokoh yang penuh kebijaksanaan dan kebijakan, Semar berperan sebagai pengawas dan pelindung bagi para ksatria dalam cerita pewayangan. Namun, kebijaksanaan Semar tidak hanya terlihat dalam kehidupan pewayangan, melainkan juga dari kata-kata Semar yang memiliki makna mendalam dan relevan hingga saat ini.

Salah satu kata-kata Semar inspiratif yang sering dikutip adalah "Patutlah bersedih pada saat yang pantas." Makna dari kata-kata ini adalah bahwa kita seharusnya bersedih ketika memang ada hal-hal yang memang pantas untuk disesalkan. Semar mengajarkan kita bahwa bersedih tidaklah salah, namun kita harus pandai dalam memilih waktu dan situasi yang tepat untuk menyalurkan emosi tersebut.

Selain itu, Semar juga mengajarkan tentang pentingnya rendah hati melalui kata-kata inspiratif lainnya, "Awakmu kuwi kaya sing dipake dening tanduran. Ora iso diliwi." Makna dari kata-kata ini adalah bahwa kita seharusnya bersikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri, sebab kehidupan ini sementara dan tidak abadi. Kita sebaiknya menggunakan segala yang kita miliki dengan bijak dan tidak melupakan asal-usul serta akhir perjalanan hidup kita.

Secara keseluruhan, kata-kata Semar inspiratif tersebut mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, rendah hati, dan bersyukur dalam menghadapi kehidupan. Meskipun berasal dari cerita pewayangan, makna dari kata-kata Semar ini tetap relevan hingga saat ini. Kita dapat mengambil hikmah dan inspirasi dari kearifan Semar dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut adalah sejumlah kata-kata Semar yang masih relevan sampai sekarang, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (12/3/2024).

2 dari 6 halaman

Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara

Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara merupakan sebuah konsep yang berasal dari kata-kata Semar, yang memiliki makna yang mendalam. "Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara" merupakan ajaran yang mengajarkan tentang pentingnya untuk memberikan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan kepada sesama.

Dalam hidup ini, kita tidak dapat hanya berpikir tentang diri sendiri dan kepentingan pribadi saja. Kita juga harus memikirkan orang lain dan berusaha untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Sifat serakah dan tamak hanya akan membawa kerusakan dan ketidakadilan dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, kita harus memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, hormat, dan persaudaraan agar tercipta kedamaian dan kerukunan di masyarakat.

Melalui konsep "memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara", kita dituntut untuk berusaha keras dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta. 

Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho

Aja milik barang kang melok adalah pepatah yang berasal dari kata-kata Semar. Dalam kehidupan, sering kali kita tergoda atau terpana dengan segala hal yang terlihat cantik, indah, dan mewah. Namun, penting untuk diingat bahwa kepemilikan barang-barang tersebut tidak akan membawa kebahagiaan yang sejati. Memiliki barang-barang yang melok tentu bisa membuat kita senang sejenak, namun hal tersebut tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, ketika kita memiliki semangat dan tekad untuk mencapai tujuan-tujuan hidup kita, itulah yang benar-benar membuat kita bahagia dan puas.

Jangan pernah meragukan diri sendiri agar tetap bisa bersemangat dalam menjalani kehidupan. Rasa ragu akan menyebabkan kegagalan dan penurunan semangat. Teruslah percaya pada diri sendiri dan berjuanglah keras untuk meraih apa yang diinginkan. Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku dan tantangan, namun dengan semangat yang tak pernah padam.

3 dari 6 halaman

Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti

Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti adalah sebuah pepatah Jawa yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini berasal dari dunia pewayangan Semar yang merupakan tokoh bijak dalam kisah pewayangan.

Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti merupakan sebuah pepatah Jawa yang menyiratkan bahwa semua sifat buruk seperti kepicikan, keras hati, dan kemarahan hanya bisa dikalahkan dengan sikap yang bijak, sabar, dan lembut hati. Ini menekankan pentingnya memiliki kontrol emosi dan ketenangan pikiran dalam menghadapi situasi sulit atau konflik dengan orang lain. Dengan memiliki sikap bijak, seseorang dapat menyelesaikan masalah secara lebih efektif dan mencegah konflik yang lebih besar terjadi.

Selain itu, sikap sabar dan lembut hati juga sangat dibutuhkan dalam menjaga hubungan antarmanusia. Dengan bersikap sabar, seseorang dapat meredakan ketegangan dan membangun komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan dengan memiliki hati yang lembut, seseorang dapat menghadapi situasi dengan penuh kasih sayang tanpa harus terpancing emosi negatif sepeti kemarahan, iri dengki, dan kebencian.

Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman

Tokoh pewayangan Semar, seringkali dianggap sebagai tokoh yang memiliki kebijaksanaan tinggi dan bijak dalam memberikan nasihat bagi para tokoh lainnya. Salah satu kata-kata yang sering diucapkannya adalah "Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman". 

Dalam kehidupan ini, terkadang kita sering terjebak dalam obsesi untuk mencari kalungguhan melalui harta benda dan kedudukan sosial. Namun, hal-hal tersebut sejatinya hanyalah sesuatu yang sementara dan tidak akan membawa kebahagiaan yang abadi. Keduniaan hanya memberikan kesenangan sesaat, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan emosional kita sebagai manusia.

Kadonya juga menjadi hal yang perlu dihindari karena seringkali kita menjadi rakus dan tamak dalam mengumpulkan harta serta mengejar kenikmatan duniawi. Obsesi terhadap materi dapat menyebabkan kita kehilangan fokus pada nilai-nilai spiritual dan moral yang sebenarnya lebih berarti bagi kehidupan ini. Sebagai manusia, penting bagi kita untuk menempatkan kemareman sebagai prioritas utama dalam menjalani hidup agar selalu merasa puas dan bersyukur dengan apa yang dimiliki.

4 dari 6 halaman

Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha

Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha adalah ungkapan yang berasal dari kata-kata Semar yang memiliki makna filosofis yang mendalam. Ungkapan ini mengajarkan manusia untuk menghadapi kehidupan dengan sikap positif dan bijak.

Dalam hidup, haruslah berjuang tanpa harus bergantung pada bala atau pengikut. Kita harus mampu mencapai kemenangan dengan usaha kita sendiri tanpa perlu mengandalkan orang lain. Sebab sejatinya, kekuatan dan kesuksesan datang dari dalam diri kita sendiri, bukan dari jumlah pengikut atau dukungan yang kita miliki. Dengan bersikap demikian, kita akan menjadi pribadi yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain untuk meraih kesuksesan.

Selain itu, kemenangan sejati adalah ketika kita berhasil mencapainya tanpa merendahkan orang lain atau kelompok tertentu. Mengalahkan orang lain dengan cara-cara yang merendahkan hanya akan menunjukkan sifat rendah diri dan kurang ajar. Sebaliknya, memenangkan suatu pertarungan dengan sikap yang mulia dan menghormati lawan tetap membuat hati kita tenang dan terpenuhi. Oleh karena itu, mari berjuang dengan penuh integritas dan kejujuran.

Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman adalah pepatah yang berasal dari kata-kata Semar. Ketika menghadapi masalah dalam hidup, kata-kata ini memiliki makna yang penting untuk dipahami.

Aja Gumunan mengajarkan kita untuk tidak gampang terkejut saat menghadapi situasi yang sulit. Dengan tetap tenang dan terkontrol, kita dapat mencari solusi dengan lebih efektif. Selain itu, Aja Getunan mengingatkan kita untuk tidak kagum berlebihan saat dihadapkan pada prestasi atau masalah. Hal ini membantu kita untuk tetap rendah hati dan tetap berfokus pada progres kita sendiri.

Kemudian, Aja Kagetan mengajarkan pentingnya untuk tidak terkejut saat menghadapi tantangan hidup. Dengan memiliki sikap yang siap dan berani menghadapi segala kondisi, kita lebih mudah menemukan solusi yang tepat. Terakhir, Aja Aleman mengingatkan kita untuk tidak manja dan tidak bergantung pada bantuan orang lain. Mengalami pengalaman hidup sendiri akan membantu kita menjadi lebih mandiri dan tangguh.

Dalam menghadapi masalah, penting untuk tidak gampang terkejut, tidak kagum berlebihan, tidak manja, dan siap menghadapi pengalaman hidup. Dengan memahami arti dari Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, dan Aja Aleman, kita dapat mengatasi setiap tantangan yang dihadapi dengan lebih bijak dan tangguh.

5 dari 6 halaman

Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka

Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka adalah dua ungkapan dalam bahasa Jawa yang sering muncul dalam berbagai cerita pewayangan yang melibatkan tokoh Semar.

Pesan di atas mengingatkan kita untuk selalu rendah hati dan tidak pernah merasa paling pintar. Ketika seseorang merasa paling pintar, mereka cenderung menutup diri dari belajar hal-hal baru dan mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini dapat membuat mereka kehilangan arah dan kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus belajar dan terbuka terhadap pengetahuan baru, sehingga kita dapat terus berkembang tanpa salah arah.

Selain itu, pesan tersebut juga mengingatkan kita untuk tidak berbuat curang agar tidak celaka. Berbuat curang akan membawa dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Curang akan menciptakan ketidakjujuran yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak yang terlibat. Dengan menjaga integritas dan kejujuran dalam tindakan kita, kita dapat menjaga nama baik serta menghindari risiko masalah di masa depan.

Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan

Dalam pewayangan, terdapat banyak tokoh-tokoh yang memiliki makna dan pesan moral tersendiri. Salah satunya adalah tokoh Semar, yang memiliki peran penting sebagai ayah para pandawa. Semar sering kali dihubungkan dengan kata-kata bijak yang membawa makna kehidupan yang mendalam.

Salah satu ungkapan yang sering dikaitkan dengan Semar adalah "Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan". Ungkapan ini mengandung pesan motivasi yang mendalam. Artinya, jangan pernah merasa puas dan seringkali ketuhanan memberikan ujian kepada kita agar kita tidak mudah merasa puas dan menghargai apa yang kita miliki.

Ketika datangnya musibah, janganlah terlalu mudah merasa sakit hati dan putus asa. Musibah merupakan ujian dari Tuhan yang harus kita hadapi dengan kuat dan tabah. Kita harus percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada hikmah di baliknya dan segala hal terjadi atas izin-Nya. Dengan memperkuat iman dan berserah kepada-Nya, kita akan mampu melewati cobaan dengan lebih baik.

Selain itu, dalam menghadapi kehilangan juga tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Sesuatu bisa hilang dari hidup kita, namun yang tak pernah hilang adalah tujuan hidup untuk terus maju dan berkembang. Kehilangan bukanlah akhir dari segalanya tetapi awal dari hal-hal baru yang mungkin lebih baik daripada sebelumnya. Jika kita tetap tenang dan positif dalam menyikapi setiap kejadian, maka apapun yang terjadi pasti bisa dihadapi dengan lebih lapang dada.

6 dari 6 halaman

Urip iku urup

Urip iku urup adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang memiliki peribahasa yang maknanya berarti "hidup harus bisa menghidupi." Ungkapan ini terkait dengan prinsip hidup yang mengajarkan bahwa setiap individu harus mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri serta mampu mendukung kehidupan orang lain di sekitarnya.

Kata bijak "Urip iku Urup" ini mengajarkan kita untuk senantiasa menghidupi keberadaan kita dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Dalam hidup, kita harus bisa menjadi cahaya bagi orang-orang di sekitar kita, memberikan inspirasi, motivasi, dan bantuan yang dibutuhkan. Dengan menjalani hidup dengan prinsip ini, kita akan merasakan kedamaian dalam hati dan juga mendapatkan berkah dari Tuhan.

Hidup bukanlah hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi dalam membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Oleh karena itu, kata bijak semacam ini tetap relevan sampai kapanpun karena nilai-nilainya yang universal dan abadi. Jika setiap orang menerapkan prinsip ini dalam kehidupannya, maka dunia akan dipenuhi oleh kebaikan dan kasih sayang tanpa batas.

Aja adigang, adigung, adiguna

Aja adigang, adigung, adiguna adalah pepatah Sunda yang memperingatkan untuk tidak memamerkan kekayaan, kekuasaan, dan kemampuan seseorang. Pepatah ini berfungsi sebagai pengingat untuk tetap rendah hati dan menahan diri untuk tidak menyombongkan diri atas harta benda atau pencapaian. Dalam masyarakat saat ini di mana media sosial sering mendorong orang untuk memamerkan gaya hidup mewah atau pencapaian mereka, peribahasa ini mendorong individu untuk bersikap rendah hati dan menghindari mencari validasi melalui tampilan luar kesuksesan.

Dengan berpegang pada prinsip aja adigang, adigung, adiguna, individu dapat membina hubungan yang tulus berdasarkan rasa saling menghormati dan empati, bukan perbandingan atau kompetisi yang dangkal. Daripada berfokus untuk memamerkan kekayaan atau kemampuan mereka, individu dapat mengarahkan energi mereka untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan mengangkat orang lain. Pepatah ini menekankan pentingnya integritas dan kerendahan hati dalam karakter seseorang, mengingatkan kita bahwa kepuasan sejati berasal dari kepuasan batin dan pertumbuhan pribadi daripada validasi eksternal. Mari kita perhatikan kebijaksanaan kuno ini dan berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai ini dalam interaksi kita sehari-hari dengan orang lain.