Liputan6.com, Jakarta Paul Alexander pria yang hidup selama 70 tahun dengan paru-paru besi dikabarkan meninggal dunia di usia 78 tahun. Melansir dari USA Today, Paul tutup usia pada Senin (11/3/2024) lalu.
Penyebab meninggalnya Paul belum diungkap ke publik. Namun pada bulan Februari, Paul Alexander sempat terinfeski Covid-19 yang mengharuskan ia dirawat di rumah sakit. Hal tersebut disampaikan oleh Lincoln, seseorang yang mengelola media sosial Paul.
Baca Juga
Sejak terinfeksi Covid-19, kondisi kesehatan Paul Alexander menurun hingga kesulitan untuk makan dan minum. Setelah mendapatkan perawatan intensif, Paul diperbolehkan pulang.
Advertisement
Paul terkena polio pada tahun 1952 ketika masih berusia 6 tahun. Pria asal Dallas, Amerika Serikat ini telah menjalani hidupnya dalam sebuah mesin bernama iron lung yang beratnya mencapai 600 pound atau sekitar 300 kilogram. Guinness World Records mengakui bahwa dia adalah pasien iron lung terlama dalam sejarah.
Kabar Paul Alexander pria paru-paru beso yang meninggal dunia ini dilansir Liputan6.com dari USA Today pada Kamis (14/3/2024).
Punya Banyak Impian
Meski sakit dan harus hidup menggunakan paru-paru besi selama 70 tahun lamanya, namun Paul Alexander tetap semangat menjalani hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, Paul aktif di media sosial, khususnya TikTok.
Dalam sebuah video yang sudah ditonton lebih dari 50 juta kali, Paul pernah ungkap jika ia punya banyak keinginan untuk melakukan banyak hal. Meski sedang sakit, namun Paul selalu menginspirasi.
"Saya mempunyai tujuan dan impian untuk melakukan lebih banyak hal sebelum saya pergi mengunjungi suatu tempat, dan saya berencana untuk melakukan dan mencapai tujuan tersebut bersama teman-teman saya," kata Alexander dalam video terpopulernya, yang telah ditonton lebih dari 56 juta kali.
“Saya ingin berbicara kepada dunia tentang polio dan jutaan anak yang tidak terlindungi dari polio. Mereka harus dilindungi, sebelum terjadi epidemi lagi,” tambahnya.
Advertisement
Sosok Optimis
70 tahun hidup dengan paru-paru besi tentunya bukan suatu hal yang mudah. Meski berbeda dari orang normal dalam menjalankan aktivitas, Paul Alexander selalu optimis dalam hidupnya.
Linda Elliott, anggota Rotary E-Club Texas Utara yang tinggal di Irving, mengatakan bahwa ia mengingat Paul sebagai orang yang optimis dan suka bermain. “Kami akan saling menyerang,” katanya. “Saya akan berkata, 'Jika Anda tidak berperilaku baik, saya akan pergi.' Dia hanyalah inspirasi bagi semua orang."
Pernah Menulis Buku
Harriet Zaidman, seorang penulis Kanada dan novelis anak-anak di Winnepeg pernah mewawancarai Paul Alexander saat dia menyusun “Second Chances,” sebuah novel dewasa muda berlatar masa epidemi, yang akhirnya menamai karakternya dengan namanya.
Ketekunan, tekad dan kerja keras Paul membuat buku yang ditulisnya tersebut memenangkan Penghargaan Geoffrey Bilson Kanada untuk Fiksi Sejarah untuk Kaum Muda pada tahun 2022.
“Dia (Paul) bercerita kepada saya tentang kehidupannya dan tantangan yang dia hadapi, dan itu sungguh luar biasa,” kata Harriet Zaidman.
Advertisement
Punya Tekad Kuat
Norman DePaul Brown, seorang perawat karir yang merawat dan mengawasi Alexander. Diungkapkan oleh Brown, Paul adalah sosok sangat cerdas dan sangat mahir dalam mengendalikan lingkungannya meskipun sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatannya. Semuanya, mulai dari diberi makan, dimandikan, atau disikat giginya, harus dilakukan secara fisik oleh orang lain.
Bukan hanya teknik pernapasannya yang membuat Alexander tetap hidup, tetapi tekad dan keinginannya untuk hidup, belajar dan mengalami berbagai hal terlepas dari kondisinya. Dia belajar untuk membuat dirinya disayangi orang lain dan membuat mereka melakukan apa yang dia perlukan untuk bertahan hidup dan bertahan.
“Dia mampu memaksa, meyakinkan, dan melibatkan semua jenis orang untuk memenuhi kebutuhannya,” kata Brown, yang kini tinggal di Little Rock, Arkansas.