Liputan6.com, Jakarta Kognitif adalah istilah yang sering kali digunakan dalam dunia psikologi, untuk mengacu pada semua aktivitas mental yang membuat individu mampu menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Aktivitas-aktivitas ini melibatkan berbagai proses mental seperti memperoleh informasi, memproses informasi tersebut, mengingat informasi dan menggunakan informasi tersebut untuk mengambil keputusan.
Salah satu fungsi kognitif yang paling penting, adalah kemampuan untuk menghubungkan informasi atau pengalaman yang baru, dengan pengetahuan yang sudah ada. Ketika individu mengalami situasi baru, kognisi memungkinkan mereka untuk mengaitkan informasi baru tersebut, dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Baca Juga
Selain itu, kognisi juga melibatkan kemampuan untuk menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Individu menggunakan proses kognitif untuk menganalisis informasi yang mereka terima, membandingkannya dengan pengetahuan yang sudah ada, kemudian membuat penilaian atau keputusan berdasarkan informasi tersebut.
Advertisement
Proses ini penting dalam pengambilan keputusan sehari-hari, baik dalam hal kecil seperti memilih makanan di restoran, maupun dalam hal yang lebih kompleks seperti memilih karir atau memutuskan pasangan hidup. Berikut ini fungsi kognitif yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (14/3/2024).Â
Apa Itu Kognitif?
Sebelum kita memasuki diskusi tentang teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, penting bagi kita untuk memahami konsep dasar dari perkembangan kognitif itu sendiri. Perkembangan kognitif merujuk pada proses pertumbuhan dan perubahan dalam pemikiran, pengertian, dan pemahaman seseorang tentang dunia di sekitarnya.
Istilah "kognitif" berasal dari kata "cognition" yang mengacu pada proses-proses mental seperti pengertian, pengetahuan dan pemikiran. Secara lebih spesifik, kognisi dapat diartikan sebagai rangkaian proses mental internal yang terjadi di dalam pikiran seseorang saat mereka sedang berpikir, merasakan, atau mengingat sesuatu. Menurut Neisser seorang ahli psikologi, kognisi meliputi perolehan, penggunaan dan organisasi pengetahuan. Dalam konteks pengembangan anak, kognisi memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan interaksi anak dengan lingkungannya. Proses kognitif seperti memahami, merencanakan dan mengevaluasi situasi, memengaruhi bagaimana seorang anak bertindak dan belajar dari pengalaman-pengalaman mereka.
Kognitif juga melibatkan aktivitas mental yang luas, seperti pemecahan masalah, analisis dan pemikiran kreatif. Melalui proses ini, individu dapat menghubungkan informasi, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat. Dengan demikian, kognitif memainkan peran kunci dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap dunia di sekitarnya. Dalam konteks pendidikan, kecerdasan kognitif sangat penting, karena menjadi dasar bagi pemahaman dan aplikasi konsep-konsep ilmiah. Tanpa kemampuan kognitif yang memadai, sulit bagi seseorang untuk memahami materi pelajaran secara mendalam dan memecahkan masalah dengan efektif.
Jadi secara keseluruhan, perkembangan kognitif membentuk dasar bagi kemampuan individu untuk memahami, merespons dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Dengan adanya proses kognitif yang efisien, individu dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dan menghadapi tantangan-tantangan yang kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Fungsi
1. Persepsi
Persepsi adalah kemampuan kognitif manusia, untuk mengalami dan memahami dunia di sekitarnya melalui indra-indranya. Proses persepsi melibatkan penerimaan, pengenalan dan interpretasi input sensorik yang diterima oleh tubuh kita. Ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungan sekitarnya, indra-indranya akan menangkap informasi dan mengirimkannya ke otak. Di dalam otak, informasi tersebut kemudian diolah dan diberikan makna. Hasil dari pemrosesan tersebut adalah persepsi.
Persepsi sangat penting, karena memungkinkan kita untuk melihat, mendengar, merasakan, mencium dan merasakan lingkungan di sekitar kita. Kemampuan ini memungkinkan kita mengenali benda, orang, suara, rasa dan aroma yang kita temui setiap hari. Selain itu, persepsi juga memungkinkan kita untuk memahami suatu peristiwa atau situasi tertentu. Misalnya, melalui persepsi kita dapat menilai apakah seseorang sedang marah, sedih, atau bahagia berdasarkan ekspresi wajahnya.
2. Perhatian
Perhatian merupakan salah satu dari fungsi kognitif yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam terminologi umum, perhatian merujuk pada kemampuan individu untuk fokus pada suatu objek atau stimulus tertentu, serta mengabaikan stimulus lain yang ada di sekitarnya. Dalam konteks kognitif, perhatian melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk seleksi stimulus, pemrosesan informasi, dan pengaturan sumber daya mental.
Perhatian memiliki peran yang krusial, dalam memahami dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Dengan adanya perhatian, seseorang dapat menghubungkan informasi yang diterima melalui panca inderanya dengan memori dan pengetahuan yang ada dalam pikirannya. Kemampuan untuk menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa juga sangat bergantung pada perhatian yang efektif. Namun, dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh distraksi, mempertahankan perhatian menjadi semakin sulit. Banyak faktor yang dapat mengganggu perhatian, seperti gawai, media sosial, atau tekanan pekerjaan yang tinggi.
3. Memori
Kognitif adalah salah satu segi penting dari aktivitas mental manusia yang melibatkan proses berpikir, menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Salah satu aspek kognitif penting yang memiliki peran besar dalam kehidupan sehari-hari adalah memori. Memori adalah kemampuan otak manusia untuk menyimpan, mengingat, dan mengambil informasi dari pengalaman atau pengetahuan yang telah diperoleh.
Memori terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah memori jangka pendek (short-term memory), memori jangka panjang (long-term memory), dan memori kerja (working memory). Memori jangka pendek adalah memori sementara yang berfungsi untuk menyimpan informasi sebelum disimpan dalam memori jangka panjang atau digunakan dalam pemrosesan pikiran saat ini. Memori jangka panjang merupakan penyimpanan informasi jangka panjang yang mencakup pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan keterampilan yang telah kita pelajari sebelumnya. Sementara itu, memori kerja berperan dalam mempertahankan dan memanipulasi informasi dalam pikiran dalam waktu singkat.
Â
4. Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan oleh manusia, untuk mengungkapkan aktifitas kognitifnya. Kognitif merujuk pada semua aktivitas mental yang melibatkan proses berpikir seperti menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Dalam konteks ini, bahasa adalah sarana yang memungkinkan kita untuk mengkomunikasikan pemikiran, gagasan, dan perasaan kita kepada orang lain. engan bantuan bahasa, kita dapat menghubungkan ide-ide yang berbeda dan mengekspresikan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Selain itu, bahasa juga memungkinkan kita untuk menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa berdasarkan pengetahuan yang kita miliki.
Kita dapat menggunakan bahasa untuk mempertimbangkan argumen, analisis, dan bukti yang ada sebelum mengambil keputusan atau menyimpulkan sesuatu. Melalui bahasa, kita dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain, serta membangun konsep-konsep baru bersama-sama. Dalam konteks ini, bahasa berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita.
5. Pemecahan masalah
Salah satu aktivitas kognitif yang penting adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan menemukan solusi yang efektif. Aktivitas kognitif ini melibatkan berbagai aspek mental, termasuk berpikir kritis, logika, kreativitas, dan penalaran. Dalam pemecahan masalah, individu harus mampu mengartikan dan menganalisis masalah dengan baik. Kemudian, mereka perlu mengidentifikasi berbagai opsi solusi yang mungkin dan mengevaluasi konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut.
Setelah itu, individu akan memilih solusi terbaik berdasarkan penilaian mereka dan melaksanakan tindakan yang diperlukan. Pemecahan masalah juga melibatkan kekreativan dalam berpikir. Ketika individu menghadapi masalah yang kompleks atau sulit, mereka perlu berpikir di luar kotak dan mencari solusi yang tidak konvensional. Hal ini melibatkan aspek kognitif yang lebih tinggi, seperti abstraksi, asosiasi, dan analisis mendalam. Pemecahan masalah adalah keterampilan kognitif yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki kemampuan ini cenderung lebih adaptif dalam menghadapi berbagai situasi.
6. Pengambilan keputusan
Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan merupakan suatu aktivitas kognitif yang sangat sering dilakukan oleh individu. Pengambilan keputusan ini melibatkan kemampuan mental individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa. Proses pengambilan keputusan dapat melibatkan berbagai faktor dan proses berbeda-beda. Pertama, individu perlu mengidentifikasi dan menghubungkan informasi yang relevan dengan situasi atau peristiwa yang dihadapi. Kemudian, individu harus mampu menilai dan mengevaluasi setiap opsi atau alternatif yang tersedia. Evaluasi ini didasarkan pada nilai-nilai pribadi, pengetahuan, pengalaman dan faktor emosional.
Selanjutnya, individu perlu mempertimbangkan pro dan kontra dari setiap pilihan dengan memperhitungkan berbagai risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Proses ini membutuhkan kemampuan kognitif individu dalam mengantisipasi kemungkinan hasil dari setiap keputusan yang diambil. Setelah mempertimbangkan semua faktor tersebut, individu akhirnya akan memilih satu opsi atau alternatif yang dianggap paling sesuai atau optimal.Â
Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Berdasarkan Teori Piaget
1. Tahap Sensorimotor (Usia 18–24 Bulan)
Tahap Sensorimotor merupakan tahap awal dari perkembangan kognitif pada manusia, yang terjadi pada usia 18 hingga 24 bulan. Pada tahap ini, individu mulai mengembangkan keterampilan motorik dan kemampuan untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, individu mulai belajar menggunakan indra mereka untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Mereka mulai mengenali benda-benda, suara-suara, dan pergerakan yang ada di sekitar mereka. Mereka juga mulai mempertajam keterampilan motorik mereka, seperti meraih benda dengan tangan mereka atau berjalan dengan tegak.
Selain itu, di tahap ini individu mulai belajar tentang hubungan sebab-akibat. Mereka melihat dan merasakan bahwa tindakan yang mereka lakukan dapat mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka. Contohnya, ketika mereka menjatuhkan mainan mereka, mainan tersebut akan jatuh ke lantai. Di tahap ini juga, individu memulai pembentukan konsep diri dan mulai menyadari perbedaan antara diri mereka sendiri dengan orang lain. Mereka belajar mengenali wajah orang tuanya dan menyadari bahwa mereka adalah individu yang terpisah dari orang lain.
2. Tahap Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)
Tahap Praoperasional adalah tahap perkembangan kognitif yang terjadi pada anak usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menggunakan bahasa dan simbol secara lebih aktif. Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak. Ciri khas dari tahap ini adalah adanya egosentrisme. Anak pada tahap ini cenderung melihat dunia dari sudut pandang mereka sendiri dan sulit untuk melihat perspektif orang lain. Mereka juga memiliki kesulitan dalam memahami konsep-konsep seperti melebihi atau kurang dari.
Selain itu, anak pada tahap ini juga mengalami perkembangan berpikir praseal (precausal thinking). Mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang tidak terkait secara alami, seperti mengasumsikan bahwa seekor boneka teddy bisa menyebabkan sakit perut jika dimakan. Tahap Praoperasional juga ditandai dengan perkembangan imajinasi yang kuat. Anak mulai mampu bermain peran dan menggunakan imajinasi mereka untuk menyelesaikan masalah dan memahami dunia di sekitar mereka.
3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7–11 Tahun)
Tahap Operasional Konkret adalah tahap dalam perkembangan kognitif anak yang berlangsung antara usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berpikir secara lebih logis dan sistematis serta mengembangkan kemampuan mempertimbangkan suatu peristiwa dengan lebih baik. Dalam tahap operasional konkret, anak-anak mulai mampu menghubungkan berbagai konsep dan ide yang terkait dengan dunia nyata. Mereka dapat menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Anak-anak pada tahap ini juga lebih mampu memahami konsep waktu, ruang, dan ukuran dengan lebih baik.
Pada tahap ini, anak-anak juga mulai mampu berpikir secara logis dan memahami konsep penyebab dan akibat. Mereka dapat membuat asumsi dan menyimpulkan berdasarkan informasi yang ada. Selain itu, anak-anak pada tahap ini juga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, meskipun masih dalam tingkat yang lebih sederhana. Dalam perkembangannya, tahap operasional konkret menjadi landasan yang penting untuk tahap berikutnya yaitu tahap operasional formal. Tahap ini akan membantu anak-anak dalam mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir secara abstrak dan mengatasi masalah yang lebih kompleks.
4. Tahap Operasional Formal (12 Tahun Ke Atas)
Tahap operasional formal merupakan tahap perkembangan kognitif yang terjadi pada individu yang berusia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, individu mulai mampu berpikir secara abstrak dan logis serta mampu menggunakan pemikiran hipotesis. Mereka mampu membuat dan menguji hipotesis secara sistematis, dengan menghubungkan berbagai informasi dan asumsi yang ada. Selain itu, individu pada tahap ini juga mampu mempertimbangkan berbagai konsep seperti moralitas, etika, dan keadilan. Mereka mampu memahami perspektif orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Mereka juga mampu memahami konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan mampu mengambil keputusan yang lebih rasional.
Pada tahap ini, individu juga mulai mampu mengatasi masalah dan menyelesaikan konflik secara verbal. Mereka mampu menggunakan pemikiran logis dan strategi pemecahan masalah yang lebih kompleks. Kemampuan berpikir abstrak pada tahap ini juga memungkinkan individu untuk menghadapi masalah yang kompleks dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi. Dalam tahap operasional formal, individu juga mulai mencari identitas dan mempertanyakan nilai-nilai serta keyakinan yang mereka anut. Mereka juga mulai memiliki minat yang lebih spesifik dan memilih jalur pendidikan atau karir yang lebih sesuai dengan minat mereka.
Advertisement